Oleh : Afifah Demolisher
Para menteri kabinet Jokowi 2019 sudah diumumkan, dimana sebelumnya mereka sudah di kumpulkan selama tiga hari sebelum pengumuman itu diluncurkan. Rakyat sudah mulai sedikit abai ketika mendengar pengumuman tersebut dikarenakan rakyat sudah bisa mengira siapa saja yang akan dipilih dan mau diarahkan kemana negeri ini.
“Beliau akan menjadi Menko Polhukam sehingga hal-hal yang berkaitan dengan korupsi, penegakan hukum, deradikalisasi, antiterorisme berada di wilayah Prof Mahfud MD” kata Jokowi (dilansir dari kompas.com)
Kompas.com memberitakan “Kita ingin yang berkaitan dengan radikalisme, yang berkaitan dengan intoleransi itu betul-betul konkret bisa dilakukan oleh Kemenag” kata Jokowi untuk Kementrian Keagamaan Fachrul Razi.
Saat ini dinegeri kita sudah terjadi penyempitan makna radikalisme dan terorisme. Dalam KBBI radikalisme adalah paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis. Radikalisme merupakan embrio lahirnya terorisme. (https://belmawa.ristekdikti.go.id) penyempitan yang terjadi adalah orang-orang yang berdakwah untuk memperjuangkan agama Islam sudah di cap radikalisme dan melakukan aksi terorisme.
Sungguh itu adalah perbuatan yang kejam. Ketika ada rakyat yang menyebarkan ajaran Islam, dimana tugas menyebarkan agama ini adalah perintah langsung dari sang pencipta manusia dan kehidupan. Justru kita diperintahkan untuk meninggalkan perintah sang pencipta untuk terlaksananya perintah seorang manusia yang menjabat sebagai Kementrian.
Jokowi mengusung nama mentri dari background TNI dan Porli serta dari kalangan politik serta profesional. Beliau mengusung nama tersebut tentu saja agar dengan mudah untuk melanggengkan urusan dan kepentingannya. Dan kepentingan beliau adalah melancarkan investasi serta menjauhkan orang idealisme tinggi.
Baru saja menduduki kursi sebagai Kementrian, Prof Mahfud MD dan Fachrul Razi sudah mulai memberantas ‘radikalisme’, ‘deradikalisasi’ dan ‘antiterorisme’. Sehingga akan muncul babak baru perseteruan rezim dengan para ulama. Sebelumnya, rezim menggunakan kekuatan institusi penegak hukum untuk langsung mengkriminalisasi ulama melalui sejumlah pasal makar dan UU ITE.
Sesungguhnya upaya untuk menghentikan dakwah Islam itu adalah sia-sia. Jika kita melihat sejarah kembali pada orde baru, upaya menghentikan perubahan itu sudah dilakukan oleh pemerintah sebelumnya, namun sia-sia karena perubahan sudah pasti akan terjadi. Apalagi dakwah Islam, Islam adalah agama sekaligus ideologi yang ketika diterapkan oleh negara maka Rahmatan lil alamin yang akan terjadi.
Radikalisme itu bukan paham Islam, sehingga kita tidak boleh termakan oleh opini yang dikerahkan oleh media mainstream. Radikal itu maknanya adalah secara mendasar (sampai kepada hal yang prinsip; perubahan yang mendasar juga maju dalam berfikir atau bertindak. Umat Islam yang radikal adalah wajar, karena Islam itu harus dipegang secara prinsip. Umat yang beragama Islam harus memegang juga mengemban termasuk juga menyebarkan, itu sebagai bukti keimanan kita kepada sang pencipta.
Firman Allah SWT “Kamu (Umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah” (TQS Ali Imron : [03] 110)
Allah SWT telah memberikan kedudukan menjadi Umat terbaik kepada kita umat Islam, bagaimana mungkin disaat kalimat sandangan yang mulia itu disematkan kepada kita namun kita sangat mudah terpengaruh oleh media mainstream bahkan sampai tekanan yang diberikan rezim kepada kita?
Dakwah pada hakikatnya adalah upaya untuk menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan kepada apa yang diserukan, yakni Islam. Oleh karenanya dakwah Islam tidak hanya terbatas pada aktivitas lisan semata, tetapi mencakup seluruh aktivitas lisan atau perbuatan yang ditujukan dalam rangka menumbuhkan kecenderungan dan ketertarikan kepada Islam.
Komitmen seorang Muslim dengan dakwah Islam mengharuskan dirinya untuk memberikan contoh yang hidup dari apa yang diserukan melalui lisannya, sekaligus memberikan gambaran Islam sejati melalui keterikatannya secara benar dengan Islam itu sendiri.
Jika memang kalimat ‘radikalisme’, ‘deradikalisasi’ dan ‘antiterorisme’ itu dikaitkan dengan Islam, sungguh ini termasuk perbuatan yang benar-benar memerangi Islam. Selain memfitnah ajaran Islam juga untuk memberikan monsterisasi Islam. Rezim melakukan gerakan menakut-nakuti rakyat untuk menjauhi Islam dan memusuhi manusia yang sedang menyebarkan dakwah Islam.
Tetap berpegang teguh terhadap Islam, dan mengikuti suri tauladan kita Rasulullah SAW itu adalah sikap yang benar. Rasulullah SAW menolak perjanjian dengan pengusa Quraisy yang didasarkan pada “toleransi”dengan peraturan-peraturan yang rusak. Beliau menolak meninggalkan permusuhan dan peperangan terhadap kebathilan. Beliau tidak pernah terpengaruh oleh berbagai goncangan atau ancaman. Beliau menganggap bahwa pergulatan politik merupakan suatu hal yang sangat penting, yang terkait dengan persoalan hidup dan mati. Beliau bersabda: “Demi Allah, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan perkara dakwah ini, (tentu tidak aku tinggalkan) sampai Allah menyaksikan perkara mereka atau aku binasa (yang) didalamnya, (maka) aku tidak akan pernah berpaling.[] Wallahu a’lam