Oleh : Ratih Ulfah
Aktivis Dakwah Kampus & Member Akademi Menulis Kreatif
Propaganda liberalisme lewat film akhir-akhir ini terus mencuat. Hal ini menimbulkan penolakan dari sebagian masyarakat yang tersadarkan akan bahayanya. Belum usai kontroversi film The Santri yang merusak akidah kaum muslimin, kini muncul film SIN yang akan merusak akhlak dari generasi muslim.
Berawal dari Wattpad yang kemudian dibukukan, cerita SIN karya Faradita kini diangkat menjadi film layar lebar. Film yang ditayangkan perdana 10 Oktober 2019 tersebut, sebelumnya telah dibaca di Wattpad sebanyak 23,8 juta kali. Sehingga menjadi novel terlaris dari karya-karya Faradita.
Sesuai dengan sinopsis, film produksi Falcon Pictures, yang disutradarai oleh Herwin Novianto ini berkisah tentang cinta kakak beradik, yang diperankan oleh Mawar de Jongh dan Bryan Domani. Kisah asmara mereka yang bermula di dunia maya. Namun setelah perasaan keduannya semakin dalam, akhirnya Raga mengetahui kalau ternyata Ametta adalah kakaknya sendiri. (DetikHot, 12/19/2019)
Yang lebih anehnya lagi, para sutradara terkemuka dan kontroversi, seperti Hanung Bramantyo, mengadakan festival film pendek SIN untuk mempromosikan film ini dengan menggunakan tema tagline, Ketika Kekasihmu Adalah Kakakmu Sendiri. Dalam festival film pendek ini, ada ratusan film yang ikut mendaftar kompetisi dan kemudian dipilih menjadi 22 film. Dan 22 film ini pun telah ditayangkan di XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan. (SUARA.com, 18/10/2019)
Sejak film ini diperkenalkan, banyak generasi yang termotivasi untuk menghasilkan film-film yang sama merusaknya. Namun menjadikan alasan agar generasi berbakat dan berkarya, tentu hal ini tidak dapat dibenarkan. Pernyataan seperti ini seolah-olah generasi hanya bisa berkarya dan berkontribusi dalam hal perfilman saja. Apalagi justru berkontribusi dalam menyebar kemaksiatan.
Film SIN ini bukanlah film pertama yang diperkenalkan kepada generasi saat ini. Namun, sudah beragam judul film bernuansa incest telah disuguhkan ke tengah masyarakat kita. Jika kita menelaah trailer film ini, jelas sekali digambarkan bahwa hubungan sedarah ini boleh asalkan suka sama suka atau tidak ada paksaan dalam menjalin hubungan.
Kita tidak bisa memungkiri, bahwa faktanya film ataupun tontonan bisa mempengaruhi tingkah laku seseorang. Begitu juga dengan adanya film SIN ini. Film ini sarat dengan nilai-nilai liberalisme, dimana budaya liberal ala Barat yang merusak dan pastinya bertentangan dengan Islam sangat jelas dipertontonkan. Disadari atau tidak, hal ini akan mempengaruhi mindset anak muda, seperti bolehnya pacaran, perzinahan, seks bebas, LGBT, kekerasan, narkoba dan sebagainya.
Film garapan Falcon Pictures ini dinilai sudah sangat berani menunjukkan arah pandangnya, yaitu liberalisme dan sekulerisme. Film ini dinilai sengaja menanamkan budaya rusak hubungan sedarah (incest) yang diharamkan dalam Islam, bahkan bisa mendatangkan murka Allah SWT.
Islam melarang hubungan sedarah (incest). Islam telah menjelaskan bahwa mahram ialah orang yang haram untuk dinikahi. Jadi, bagaimana mungkin kita membenarkan apa yang telah dilarang dalam agama? Allah SWT telah mengingatkan:
"Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara ayahmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang menyusui kamu, saudara-saudara perempuanmu sesusuan, ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak perempuan dari istrimu (anak tiri) yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu (menikahinya), (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu (menantu), dan (diharamkan) mengumpulkan (dalam pernikahan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (TQS. An-Nisa' [4] : 23)
Wajar film SIN ini banyak menuai kecaman. Pasalnya, Indonesia adalah Negara dengan penduduk mayoritas muslim dan ajaran Islam sangat melekat pada diri kaum muslim. Apalagi tokoh sentral film ini diperankan oleh remaja tanggung yang baru terjun ke dunia perfilman. Jelas akan menjadi idola baru bagi generasi milenial negeri ini. Tak terbayang, jika film yang jelas merusak akhlak ini digemari para remaja. Tentu negeri ini akan kehilangan generasi yang kelak akan melanjutkan tongkat estafet masa depan bangsa. Ide kebebasan ini memang sengaja dipertontonkan agar paham kebebasan (liberalisme) ini dianggap hal biasa ditengah masyarakat.
Propaganda ini terus digaungkan oleh kaum kafir Barat yang mengusung ide sekulerisme. Serangan demi serangan ditujukan kepada kaum Muslim. Target utama yang mereka bidik adalah generasi muda.
Film menjadi salah satu sarana hiburan, yang digunakan oleh kaum kafir Barat untuk merusak generasi, yang terangkum dalam 3F (Food, Fun and Fashion).
Kaum kafir Barat tidak akan membiarkan kaum Muslim bangkit. Sasaran utama mereka untuk menghancurkan Islam adalah dengan menghancurkan generasinya. Apa yang menimpa kaum Muslim hari ini, tidak terlepas dari penerapan sistem yang menaungi kehidupan mereka, yaitu sistem Sekularisme Liberal. Tak jarang, kita menjumpai generasi Muslim yang bangga dengan kehidupan hedonis yang di suguhkan oleh kafir Barat dibandingkan mendalami ajaran-ajaran Islam.
Disamping itu, tidak adanya peran Negara dalam menyaring paham-paham berbahaya yang mengancam kehidupan generasi. Seharusnya Negara bertanggung jawab dengan tidak memberikan kebebasan sepenuhnya kepada lembaga perfilman dalam rangka melindungi akidah umat. Namun, alih-alih memberikan perlindungan, pemerintah justru memberikan dukungan penuh atas keberadaan fim-film yang merusak ini.
Permasalahan cabang seperti ini akan terus kita jumpai, jika tidak menjadikan Islam sebagai pandangan hidup kita, kaum Muslim. Terutama dalam hal bernegara. Karena sejatinya dibutuhkan peran Negara untuk mengatur seluruh aspek kehidupan sesuai dengan syariat Islam.
Islam dengan aturan-Nya yang paripurna, sejatinya ketika diterapkan secara kaffah akan menjaga empat aspek yaitu: menjaga agama (hifzh ad-din), menjaga akal (hifzh al-'aql), menjaga jiwa (hifzh al-nafs), menjaga harta (hifzh al-maal). Dan peran Islam disini ialah dapat menjaga akal (hifzh al-'aql), terutama generasi muda, dari paham-paham yang menyesatkan, seperti liberalisme.
Wallahu a'lam bishawab.