Pengkhianat Bangsa Bukanlah Mahasiswa !



Oleh : Indriani Mulyanti  Am,keb
Bidan dan Member  Akademi  Menulis  Kreatif

Peran mahasiswa untuk mewujudkan perubahan di Indonesia memang tidak bisa dianggap remeh. Fakta sejarah menjelaskan pada tahun 1998 silam, mahasiswa mampu menggulingkan rezim orde baru yang telah berkuasa selama 32 tahun di Indonesia.
Pemuda dan Mahasiswa keberadaannya memang patut diperhitungkan. Saat ini,  Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati  pun menaruh perhatian kepada pergerakan mahasiswa Indonesia. 

Akhir pekan lalu, Sri Mulyani hadir sebagai pembicara utama dalam acara Dinamika (Studi Perdana Memasuki Kampus) yang tahun ini mengambil tema Kebudayaan Indonesia. Dalam sambutannya, ia kembali menekankan agar semua yang telah lulus dan masuk sebagai mahasiswa di PKN STAN untuk tidak menghianati negara. Apalagi seluruh biaya selama menempuh pendidikan di PKN STAN akan dibiayai oleh negara.

“Kalian sekolah di PKN STAN dibiayai oleh negara yang berasal dari uang rakyat. Jadi jangan pernah kalian menjadi pengkhianat Republik Indonesia. Jangan pernah! Kalian harus berjanji untuk setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini bukan janji kepada saya, karena kalian semua sudah merupakan anak yang sah dari Republik Indonesia. Jadilah pemersatu, jadilah perekat, jadilah orang-orang yang membentuk institusi yang senantiasa menjaga Republik Indonesia. Jangan pernah lelah mencintai Indonesia!” ujar Sri Mulyani. (cnbcindonesia.com, 30/9/2019)

Sepintas memang tidak terlihat ada yang salah dengan isi  pidatonya. Namun jika ditelaah, ada kata yang kurang tepat yang disampaikan Sri mulyani kepada mahasiswa. Pengkhianat bangsa bukanlah mahasiswa yang melakukan aksi saat mengoreksi  kebijakan penguasa.  Pengkhianat bangsa yang harusnya menjadi musuh bersama adalah para koruptor, pejabat yang lebih mementingkan kepentingan pribadi dan kepentingan asing diatas kepentingan rakyat. Jadi lebih bijak jika ungkapan  jangan menjadi pengkhianat bangsa  disampaikan kepada para pejabat, supaya menjadi peringatan bagi para penguasa agar selalu amanah dalam menjalankan tugasnya.

Faktanya yang menjual aset negara bukanlah mahasiswa, tapi oknum penguasa yang khianat. Korupsi dilakukan bukanlah oleh mahasiswa tapi oknum pejabat yang rakus dan haus harta. Siapakah yang menetapkan Kebijakan mendzalimi rakyat? Tentu, bukan mahasiswa.

Banyaknya oknum penguasa yang berkhianat kepada negara adalah buah dari peraturan kehidupan yang rusak. Pesta demokrasi yang memerlukan biaya yang besar, mendorong oknum penguasa bermental korup untuk mengembalikan modal pemilu, walaupun harus merampas uang rakyat.

Memang pejabat yang amanah dan mengayomi rakyat masih ada di sistem pemerintahan ini, tapi jumlahnya hanya sedikit. Bahkan bisa dihitung dengan jari. Berbanding terbalik dengan jumlah pejabat yang terkena skandal menjadi koruptor, sangat banyak bukan? Sampai KPK pun selalu kewalahan dalam mengusut kasus korupsi yang sudah menggurita.

Saatnya pemuda untuk bergerak. Pemuda bangsa Indonesia harus mulai peduli tentang kondisi bangsa Indonesia, karena Indonesia saat ini tidak sedang baik-baik saja. Indonesia mengalami krisis multidimensi dan perlu solusi yang tepat. Dipundak mahasiswa dan pemuda diletakkan  harapan masa depan bangsa yang lebih baik, hanya pemuda yang mampu mengubah sebuah negara itu bangkit dari keterpurukan.

Pemuda saat ini, akan menjadi pemimpin bangsa di masa yang akan datang. Wahai pemuda, jadilah sosok pemimpin yang amanah dan hebat. Pemimpin yang amanah hanya akan lahir dari individu yang takwa kepada Tuhannya. Lebih sempurnanya jika sistem pemerintahan yang ia jalankan berasal dari aturan Tuhan yaitu Allah SWT. Syariat Islam merupakan sistem kehidupan yang sudah teruji melahirkan sosok pemimpin hebat, contohnya para sahabat Rasulullah,  Muhammad Alfatih, Umar bin Abdul Aziz, Shalahuddin Al-Ayyubi, dll.

Mereka menorehkan tinta emas dalam sejarah masih dalam usia muda (Pemuda). Sejarah mencatat kegemilangan mereka ketika memimpin karena dipandu oleh aturan yang benar (Syariah Islam) aturan yang sesuai fitrah manusia, yang bisa memberikan solusi bagi semua permasalahan manusia. Tidakkah kita rindu, untuk dituntun kepada jalan yang benar dikehidupan yang fana ini. Rindu kepada pemuda pemuda Islam yang menyuarakan kebenaran.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ … وَشَابٌّ نَشَأَ فِى عِبَادَةِ رَبِّهِ»
“Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naungan-Nya: …Dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah …”
Dalam hadits lainnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
«إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَعْجَبُ مِنَ الشَّابِّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ»
“Sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memliki shabwah”
Artinya: Pemuda yang tidak memperturutkan hawa nafsunya, dengan dia membiasakan dirinya melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan.

Waallahu'alam bissowab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak