Pemimpin Perempuan Tak Menjanjikan Perubahan



Oleh. Reni Tresnawati 


Beberapa waktu lalu Politikus partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Puan Maharani, putri dari Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri dan Alm. Taufik Kemas, merasa bangga karena partai menunjuknya menjadi ketua DPR-RI. Akhirnya pecah telor, DPR di pimpin seorang perempuan, setelah 70 tahun. 


Perempuan pertama yang menduduki ketua DPR. " Semoga menginspirasi", kata  Puan. Di ruang Fraksi PDIP, lantai 7 Nusantara 1 Komplek Parlemen Senayan, selasa (1/10/19) (Tempo. Com). Pada Pelantikan DPR-RI, selasa 1 Oktober lalu sederet artis ikut dilantik. Di antara artis perempuan itu adalah penyanyi Mulan Jameelah dan Krisdayanti, beserta 12 artis lainnya. 


Tanggal 30 September lalu, Puan Maharani mengundurkan diri sebagai Menteri Koordinator  Pembangunan Manusia  dan Kebudayaan (Menko PMK) dari kabinet kerja. Lalu izin pamit kepada Presiden, karena sesuai undang-undang pejabat negara, tidak boleh rangkap jabatan. 


Sebelum dilantik menjadi Ketua DPR-RI periode 2019-2024, Puan tidak akan banyak komentar tentang ihwal program kerjanya. Kendati demikian, Puan mengatakan bahwa di bawah kepemimpinannya, DPR tidak akan banyak menghasilkan undang-undang. Tetapi, kerja yang produktif. Yang penting produknya matang. 


Berdasarkan UU Nomor 2 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 7 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPRD. Posisi Ketua diberikan kepada partai pemenang Pemilu. PDIP merupakan partai pemenang Pemilu 2019.


Terpilihnya Puan Maharani sebagai Ketua DPR-RI, tak lepas dari peran sang ibu. Megawati. Yang masih menjabat sebagai Ketua Umum PDIP. Pelantikan Puan di tengah posisi Mega sebagai pemegang kekuasaan dan Jokowi sebagai petugas partai. Ini menyiratkan bahwa konsep trias politica dalam sistem demokrasi sangat kental. 


Jika untuk mencari jalan perubahan dari sistem demokrasi, tentu tidak akan bisa, sebab dalam demokrasi semua yang dilakukan adalah halal. Bila suatu negara ingin mewujudkan perubahan yang lebih baik dengan menghalalkan segala cara, rasanya utopis. Faktanya demokrasi hanya menjadi pemulus ambisi para pembantu kekuasaan. 


Pemimpin saat ini tidak pernah memikirkan penderitaan rakyat, rusaknya generasi yang sudah tidak terkendali, tidak mendapatkan perhatian sedikit pun dari pemerintah, sementara generasi adalah penerus yang akan mencetak generasi  cerdas untuk negara ini.


Dan itu semua disebabkan aturan-aturan yang fungsinya tidak dipakai sebagaimana mestinya. Yaitu aturan yang diberikan sang Pencipta alam semesta ini. Maka dari itu error lah kehidupan ini. 


Mereka yang benci aturan Allah, melecehkan bahkan menolak mentah-mentah demi mempertahankan sebuah kekuasaan yang menguntungkan kepentingan pribadi atau golongannya. 


Demokrasi dibuat oleh orang-orang kafir, tentu aturan-aturannya pun dari kufur. Dalam demokrasi siapapun pemimpinnya, mau perempuan atau lelaki, atau jabatan apapun, sama saja, tidak membuat negara lebih baik. Misal, Indonesia sudah beberapa kali gonta ganti pemimpin, dari militer, ulama, cendekiawan, perempuan, rakyat biasa. 


Tetapi keadaannya tidak berubah. Malah sebagian kekayaan negara hilang, karena dijual dan dimiliki oleh manusia penghamba demokrasi. Sisa kekayaan yang ada, ditawarkan ke negara barat dengan harga murah. Indonesia pun dikuasai dan diatur asing, termasuk dalam kepemimpinan negara. 


Dengan terpilihnya Puan sebagai Ketua DPR-RI, tidak tertutup kemungkinan  itu pun pesanan asing, dengan harapan Indonesia bisa dikuasai seluruhnya. Demokrasi memperbolehkan perempuan menjadi pemimpin yang di dalamnya ada kaum lelaki juga. 


Dalam memilih pemimpin demokrasi tidak menentukan harus seorang yang berkopeten dan mumpuni di bidangnya, tetapi ditentukan oleh siapa yang menjadi pemenang dalam pemilu, walau pun dia tidak memiliki kemampuan dan keahlian di bidangnya. 


Jika suatu negara dipimpin oleh orang yang bukan ahlinya, atau di pimpin seorang wanita, akan dibawa kemana negeri ini? Sudah terbukti Indonesia di pimpin keduanya, yang ada malah aset-aset negara raib, dijual ke negara asing. Apalagi sekarang DPR di pimpin seorang wanita dan belum ketahuan kemampuannya.


 Sabda Rasulullah : " Tidak akan beruntung kaum yang perkaranya di pimpin oleh seorang wanita. (HR. Bukhari) 

Dari hadis di atas. Jelas sudah, karena kaum perempuan sangat lebih mengedepankan perasaan  daripada logika, dibanding lelaki yang lebih mengedepankan logika daripada perasaan. 


Pria lebih bisa memimpin negara dan bisa mengatasi perkara-perkara yang terjadi di masyarakat atau negara, karena pria lebih tegas dalam mengambil keputusan. Kiprah dan kedudukan perempuan di parlemen dalam Islam, kedudukannya tidak di posisikan dalam kepemimpinan yang bersifat membawahi pria dan wanita di dalamnya. 


Namun, posisinya disesuaikan dengan kodratnya. Misal, bekerja di bagian kewanitaan. Seperti, resepsionis, administasi, dll. Dalam perang pun wanita diminta bertugas di bagian kesehatan dan perdapuran, walaupun ada juga wanita yang terjun langsung ke medan perang, jika keadaan darurat. 


Kiprah wanita dalam Islam, yang utama adalah menjadi ummun wa rabatulbait, yang bertugas mendidik anak yang cerdas dan tangguh untuk mencetak generasi penerus bangsa, yang akan menjadi Muhammad Fatih-Muhammad Fatih selanjutnya. 


Jalan atau solusi Islam yang ditawarkan, untuk mewujudkan dan menerapkan hukum-hukum Allah, dengan syariat Islam, tentu akan menjadi perubahan yang hakiki, untuk seluruh alam. Sistem Islam sudah terbukti keberhasilannya dalam mengurus rakyat dan negara dengan baik dan bijaksana. Selama tiga belas abad. Wallahu'alam. 



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak