Oleh: Rahma Syahidah
Insiden penusukan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Wiranto viral di jagat maya. Hal itu membuat seorang aktor Marissa Haque turut mengeluarkan pernyataan yang cukup mengejutkan. Menurut Marissa, luka yang dialami Pak Wiranto tidaklah serius dengan alasan tidak adanya darah yang ia lihat dalam rekaman video kejadian penusukan. Masih dengan insiden yang sama, anggota DPRD DIY, Hanum Rais dilaporkan ke polisi terkait postingan di akun Twitter-nya. Menurut Putri Amien Rais tersebut penusukan Wiranto hanyalah settingan agar dana deradikalisasi terus mengucur. Bukan hanya Hanum, melainkan banyak dari kalangan masyarakat yang juga menilai sama. Seolah-olah kejadian penusukan tersebut memang sudah direncanakan.
Jika kita jeli mengamati kejadian demi kejadian mulia dari penusukan, pemeriksaan medis, dan bergulirnya beragam opini publik mengarahkan kepada dugaan kuat bahwa kejadian tersebut hanyalah akting dengan aktor yang sudah dibriefing sebelumnya.
Di sistem demokrasi , penguasa rela melakukan rekayasa untuk melancarkan kepentingannya. Bahkan meski rakyat mampu menunjukkan bukti kebohongannya, penguasa justru membungkam kebenaran tersebut dengan menangkap sesiapa yang berupaya membongkar kebohongan tersebut. Demi kekuasaan, penguasa tega membohongi rakyatnya sendiri. Namun rakyat sudah semakin cerdas melihat fakta yang ada. Rakyat mana yang mau dibohongi oleh penguasanya sendiri? Tentu tidak ada.
Bagaimana rakyat mampu mencintai penguasanya sedangkan para pemilik tampuk kekuasaan berkhianat, membodohi rakyat. Lebih-lebih tanggung jawab pengurusan urusan umat sama sekali tidak menjadi prioritas utama. Sebaliknya, rakyat semakin terabaikan segala kebutuhannya. Terdzhalimi bagi mereka yang peka terhadap kondisi dan menunjukkan kesalahan penguasa. Mereka ditangkap dan dipersekusi. Sedang penguasa? Asyik dengan agenda penuh kapitalistik.
Berbeda dengan sistem kapitalis,di mana liberalisme menjadi sesuatu yang niscaya pada penerapannya, Islam memiliki pengaturan tentang sistem pemerintahan yang sempurna. Dalam Islam, penguasa adalah pelayan rakyat. Penguasa wajib memenuhi urusan rakyat mulai dari penyediaan layanan kesehatan terbaik, fasilitas jalan, pendidikan, dsb. Tersebab ketaqwaan yang dimiliki pemimpin negara, mustahil ia akan mengkhianati rakyatnya dengan berbagai tipu muslihat , kecurangan, berita bohong, dan kebijakan yang menyengsarakan rakyat. Sebab amanah sebagai pemimpin dan pengusaha akan diminta pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.
Ketika Rasulullah menjadi pemimpin negara, Rasulullah sangat dicintai rakyatnya sebagaimana Rasulullah mencintai rakyatnya. Sebab pengaturan negara benar-benar diatur berdasarkan aturan Islam secara menyeluruh. Tentu aturan yang berasal dari Allah, Sang Pencipta dan Sang Pengatut Kehidupan adalah satu-satunya aturan terbaik.
Islam juga telah membuktikan keberhasilannya dalam pengaturan ekonomi, Khalifah Umar misalnya, memerintah hanya tiga tahun namun dalam tiga tahun tersebut, dia berhasil membawa kemakmuran, dan dikenal sebagai salah satu khalifah yang berhasil mensejahterakan rakyatnya. Tidak ada satu pun rakyatnya yang berhak menerima zakat. Luarbisanya aturan Islam dalam mengatur seluruh aspek kehidupan.
Allah SWT berfirman yang artinya:
"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS Al Maidah ayat 50)
Rakyat sudah muak dengan pengauss dzhalim. Rakyat rindu dengan pemimpin yang adil dan amanah . Sudah saatnya kita beralih pada sistem yang agung lagi sempurna, yakni sistem Islam. Sebab tanpa penerapan sistem Islam dalam bingkai kehidupan, mustahil hukum-hukum Allah bisa diterapkan secara menyeluruh. Dan hanya dengan sistem Islam lah penguasa yang adil dan amanah bisa terwujud.
Tags
Opini