Oleh Ratna Nurmawati (Muslimah Peduli Umat)
Setiap tanggal 30 September, bangsa Indonesia kembali diingatkan pada sebuah peristiwa kelam sejarah Indonesia, yakni Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia (G 3 0S/PKI). Melalui gerakan tersebut, PKI saat itu berhasil membunuh sejumlah jenderal yang dituduh sebagai dewan jenderal yang akan mengkudeta pimpinan negeri ini. Namun demikian gerakan tersebut pada akhirnya berhasil ditumpas.
Sejak itu rakyat Indonesia tetap sepemikiran dalam memandang peristiwa bersejarah tersebut, yakni bahwa Komunisme adalah ideologi yang berbahaya. Ideologi ini tidak mengakui adanya Tuhan. Sering bertindak kejam, sadis, tidak berperikemanusiaan dan menyengsarakan umat manusia. Semua orang trauma terhadap G 30 S/PKI. Karena itu Komunisme layak untuk diberantas hingga ke akar-akarnya.
Ideologi-Ideologi di Dunia
Istilah ideologi bisa disepadankan dengan istilah mabda dalam bahasa Arab. Mabda (ideologi) pada dasarnya adalah keyakinan rasional (‘aqidah aqliyyah) yang melahirkan aturan-aturan kehidupan. Artinya, mabda (ideologi) pada hakikatnya adalah pemikiran mendasar yang bersifat menyeluruh dan mendalam mengenai hakikat kehidupan, yang kemudian melahirkan sistem kehidupan.
Dengan definisi di atas, sebetulnya di dunia ini hanya ada tiga 3 (tiga) yang layak dikategorikan sebagai ideologi (mabda): (1) Sosialisme-Komunisme; (2) Kapitalisme; (1) Islam. Realitasnya, hanya tiga ideologi inilah yang mampu memberikan jawaban atau solusi atas berbagai persoalan yang dihadapi manusia. Terlepas dari benar-tidaknya jawaban atau solusi tersebut. Faktanya pula, hanya tiga ideologi ini yang melahirkan sistem kehidupan: sistem ekonomi, sistem politik, sistem sosial, sistem hukum, dsb.
1. Sosialisme-Komunisme.
Secara mendasar, ideologi Sosialisme-Komunisme didasarkan pada akidah materialisme. Akidah ini menyatakan bahwa manusia, alam semesta dan kehidupan ini semuanya berasal dari materi (benda). Materi adalah sesuatu yang azali. Ia tidak diciptakan oleh Tuhan, tetapi ada dengan sendirinya (wajib al-wujud).
Materialisme menempatkan materi sebagai tolok ukur segala sesuatu. Sesuatu yang real tidak lain adalah sesuatu yang bersifat material atau fisikal. Sebaliknya, sesuatu yang immaterial atau nonmaterial tidak dipandang sebagai sesuatu yang real. Tuhan, misalnya, bukanlah sesuatu yang real, karena keberadaannya—secara material dan fisikal—tidak bisa dibuktikan. Karena itu ideologi Sosialisme-Komunisme ini terkenal sebagai ideologi yang anti Tuhan atau anti agama, yang kemudian melahirkan jargon, “Agama (baca: keyakinan kepada Tuhan) adalah candu bagi masyarakat.”
Karena Tuhan dianggap tidak ada dan segala sesuatu dipandang berasal dari materi, maka aturan-aturan kehidupan yang dibuat oleh manusia harus mengikuti hukum materi (yang selalu mengalami evolusi), bukan mengikuti hukum Tuhan. Dengan pemahaman dasar seperti inilah ideologi Sosialisme-Komunisme melahirkan berbagai konsepsi dan aturan kehidupan—sosial, politik, ekonomi, hukum, dsb—yang bercorak materialistik, yang terbukti banyak melahirkan bencana bagi umat manusia.
2. Kapitalisme.
Berbeda dengan Sosialisme-Komunisme, ideologi Kapitalisme didasarkan pada akidah sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan). Akidah sekularisme ini mengakui bahwa manusia, alam semesta dan kehidupan ini berasal dari—atau diciptakan oleh—Tuhan. Namun demikian, keberadaan Tuhan hanya diakui sebagai Pencipta, bukan sekaligus sebagai Pengatur. Dengan kata lain, pengakuan terhadap Tuhan hanya sebatas formalitas belaka. Sebab ideologi Kapitalisme hanya mengakui Tuhan dari sisi keberadaan-Nya semata, tidak dari sisi peran-Nya.
Konsekuensinya, kehidupan manusia tidak perlu diatur oleh Tuhan, tetapi cukup diatur oleh manusia sendiri. Manusia dipandang memiliki kewenangan mutlak untuk mengatur dirinya sendiri. Karena itulah ideologi Kapitalisme menjauhkan peran Tuhan (baca: agama) dari kehidupan, sekaligus mengukuhkan peran manusia sebagai pengatur kehidupan. Dalam konteks kekinian, hal itu diwujudkan dalam kerangka demokrasi dengan jargon kedaulatan rakyat-nya. Kedaulatan rakyat nyata-nyata menafikan kedaulatan Tuhan.
Ideologi Kapitalisme kemudian melahirkan berbagai konsepsi dan aturan kehidupan—sosial, politik, ekonomi, hukum, dsb. Berbagai konsepsi dan aturan kehidupan tersebut semata-mata bersumber dari akal dan hawa nafsu manusia.
Dengan menjadikan kedaulatan ada di tangan manusia (rakyat), berbagai malapetaka kehidupan manusia terjadi. Manusia yang serba kurang dan terbatas, dengan kepentingan dan hawa nafsunya, membuat berbagai konsepsi dan aturan yang justru banyak menimbulkan bencana bagi mereka sendiri. Kehidupan serba bebas tanpa mau terikat dengan aturan Tuhan menjadi pola hidup manusia. Dilegitimasi dengan jargon Hak Asasi Manusia (HAM), manusia hidup lepas dari aturan Tuhan. Penindasan sesama manusia terjadi. Yang kuat menindas yang lemah. Yang berkuasa memeras rakyat. Tidak ada nilai-nilai spiritualitas dalam kehidupan sosial karena agama adalah urusan privat, bukan urusan publik.
3. Islam.
Islam jelas berbeda bahkan bertolak belakang dengan kedua ideologi di atas. Islam memandang bahwa manusia, alam semesta dan kehidupan berasal dari—atau diciptakan oleh—Tuhan, yakni Allah SWT. Dialah Pencipta sekaligus Pengatur alam semesta beserta seluruh isinya. Allah SWT berfirman:
Itulah Allah, Tuhan kalian. Tidak ada Tuhan selain Dia Yang menciptakan segala sesuatu. Karena itu sembahlah Dia. Dialah Pemelihara segala sesuatu (TQS al-Anam [6]: 102).
Islam memandang bahwa sebagai Pencipta dan Pengatur, Allah SWT adalah Mahatahu atas segala sesuatu yang Dia diciptakan dan Dia atur. Islam pun memandang bahwa sebagai ciptaan (makhluk), manusia—meskipun yang paling mulia di antara makhluk-Nya—memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan. Di sisi lain Allah SWT telah memberikan seperangkat aturan bagi manusia untuk mengatur kehidupannya, yakni al-Quran dan as-Sunnah. Karena itu masuk akal jika manusia mengatur seluruh aspek kehidupannya—baik urusan akhirat maupun urusan dunia; baik urusan ibadah maupun muamalah—dengan berpedoman pada al-Quran dan as-Sunnah yang bersumber dari Penciptanya, yakni Allah Yang Mahatahu. Bahkan manusia wajib tunduk pada al-Quran dan as-Sunnah sebagai sumber hukum bagi kehidupan mereka (Lihat, antara lain: QS an-Nisa [4]: 65).
Sama-sama Berbahaya
Jelas, bukan hanya Sosialisme-komunisme, ideologi Kapitalisme pun berbahaya. Sebab kedua ideologi tersebut sama-sama menolak peran Tuhan dalam mengatur kehidupan manusia. Karena itu ideologi yang perlu dicurigai, diwaspadai dan disingkirkan tentu bukan hanya ideologi Sosialisme-Komunisme semata, tetapi juga ideologi Kapitalisme.
Saat ini ideologi Kapitalismelah yang diterapkan hampir di seluruh dunia, termasuk di negeri ini. Ideologi ini telah terbukti menghasilkan banyak bencana dan kerusakan. Di bidang ekonomi, misalnya, sistem ekonomi kapitalis ribawi terbukti menjadi biang kerusakan ekonomi di negeri ini. Fundamental ekonomi rentan krisis. Utang luar negeri terus menumpuk. Kebijakan ekonomi tidak berpihak kepada rakyat. Semua ini bukan sekadar ancaman, namun telah nyata menyengsarakan rakyat.
Di bidang politik, sistem demokrasi telah nyata menjadi biang kerusakan sosial politik di negeri ini. Lahirlah para politisi koruptor yang mementingkan kepentingan pribadi, mudah ingkar janji, memperkaya diri sendiri, membangun dinasti politik, bahkan memanipulasi agama. Lahirlah perundangan yang sarat dengan kepentingan dan hawa nafsu, yang lebih berpihak kepda para pemilik modal ketimbang kepada rakyat kebanyakan.
Di bidang sosial, sistem sosial yang permissif melahirkan ragam kemaksiatan dan tindakan amoral. Perzinaan dilegalisasi. Miras dijadikan komoditas. Aneka kriminalitas tidak mendapatkan sanksi yang tegas. Dll.
Hanya Islam
Jika pada faktanya baik Sosialisme-Komunisme maupun Kapitalisme sama-sama berbahaya, lalu mengapa kita tidak segera berpaling pada ideologi (mabda) Islam yang nyata-nyata bersumber dari sang Pencipta, Allah SWT, dan telah terbukti selama berabad-abad menjadi rahmatan lil alamin? Apalagi Allah SWT telah berfirman:
Inilah jalan-Ku yang lurus. Karena itu ikutilah oleh kalian jalan itu dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan lain yang dapat menyimpangkan kalian dari jalan-Nya. Demikianlah Allah memerintahkan hal itu kepada kalian agar kalian bertakwa (TQS al-Anam [6]: 153).
Alhasil, hanya Islam satu-satunya ideologi (mabda) yang sahih. Islam hadir sebagai wujud kasih sayang Allah SWT kepada makhluk-Nya. Karena itu marilah kita kembali bersama-sama menerapkan Islam sebagai ideologi yang mengatur seluruh aspek kehidupan kita. Di sinilah pentingnya umat Islam menegakkan sistem pemerintahan Islam. Karena hanya dalam sistem pemerintahan Islam, ideologi Islam bisa benar-benar diterapkan.
Allahummahdina ash-sirath al-mustaqim. Aamiin.
Tags
Opini