(Oleh : Ummu Hanif, Anggota Lingkar Penulis Ideologis)
Laman media banyak diwarnai aksi heroik para pemuda yang “konon katanya” sedang ikut berduka dan menyuarakan kegelisahannya. Lepas pro dan kontra kehadiran mereka dengan berbagai tuntutannya (dan tulisan ini memang bukan untuk membahas itu), pemuda adalah potensi besar yang dimiliki negeri ini. pengawalan potensi mereka adalah hal besar untuk menghindari upaya pembajakan.
Karena kita lihat bersama, di tengah besarnya potensi generasi muda kita, ada sebuah keprihatinan mendalam menyelimuti masyarakat. Kekerasan dan pergaulan bebas, tawuran antar pelajar, seks bebas, hamil diluar nikah, aborsi, perkosaan, pelecehan seksual, peredaran VCD porno, LGBT di kalangan remaja, narkoba dan HIV/AIDS seakan menjadi perkara lumrah yang mewarnai sebagian besar generasi ini. Pembajakan potensi kaum milenial ini pun kerap dilakukan dengan iming-iming semu individulis hedonis
Tak dapat disangkal potret buram ini merupakan buah penerapan sistem sekuler liberal. Sistem pemuja kebebasan ini telah membuka kran-kran kemaksiatan di tengah masyarakat yang difasilitasi oleh negara melalui kebijakan ekonomi, sosial, hukum, budaya dan pendidikan yang notabene bukan menjadikan halal-haram sebagai standarnya. Walhasil, generasi muda yang seharusnya menjadi aset terbesar dan tak ternilai harganya itu pun tercabik-cabik oleh kerakusan kapitalis liberal.
Dalam Islam, pemuda merupakan salah satu piranti penting yang dimuliakan, dijaga bahkan diberdayakan demi kepentingan dan keselamatan peradaban dunia akhirat. Islam memahami betul potensi besar yang dimiliki oleh kaum muda dengan jiwa yang penuh semangat, optimisme, percaya diri, penuh energi, penuh impian dan cita-cita. Para pemuda di setiap zaman dan ruang merupakan ujung tombak yang memiliki peran dan andil besar dalam Islam.
Oleh karena itu, Islam begitu memperhatikan kehidupan para pemuda yang dimilikinya, bahkan sejak mereka dalam kandungan ibunya. Islam dengan seperangkat aturannya berupaya menjaga kehidupan para pemuda dan masyarakatnya agar bersih dari segala perilaku menyimpang, menutup pintu-pintu kemaksiatan, menjamin pendidikan dan kesehatannya, serta mendorong mereka guna menyibukkan dirinya dalam ketaatan dan penuh dedikasi untuk agama, masyarakat dan negaranya.
Tinta sejarah telah menorehkan kisah inspiratif nan heroik tentang para pemuda Islam di masa silam, bahkan kisah mereka terus masyur di masa kini. Seorang Pemuda hebat seperti Usamah bin Zaid yang di usia 18 tahun sudah menjadi panglima perang menghadapi romawi, Umar bin Abdul Aziz usia 22 tahun menjadi gubernur Madinah, Imam Syafi’i usia 15 tahun sudah menjadi seorang mufti, dan Muhammad Al Fatih pada usia 22 tahun sudah menjadi seorang khalifah bahkan setelah 2 tahun menjabat berhasil menaklukan benteng legendaris Konstatinopel pada usia 24 tahun. Dan masih banyak lagi para pemuda Islam yang begitu inspiratif pada masa silam, yang notabene mereka hidup dalam naungan sistem Islam.
Wahai kaum millenial, jika saja suaramu kalian labuhkan pada mainstream perjuangan penegakan sistem Islam yang agung nan mulia itu, maka sungguh seluruh potensi besar yang kalian miliki begitu berharga di mata Islam, kaum muslimin bahkan jagad raya. Makhluk langit dan bumi pun akan bersaksi atasmu dihadapan-Nya kelak di yaumil akhir. Tiada pilihan dan harapan bagi kaum millenial muslim, selain berada dalam barisan suara penyongsong kebangkitan Islam. Allahu Akbar!
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (QS Ali ‘Imran [3]: 110).
Wallâhu a‘lam bish-shawâb.