Melawan Islamophobia Sejak Dini



Oleh: Yashinta Triadisti 
(Santri PP Al Amri Leces Probolinggo) 

Akhir-akhir ini serangan opini dari kelompok phobia Islam cukup gencar. Semua mata yang melihat dapat menemukan adanya agenda dan upaya yang sistematis. Pencitraburukan perjuangan dakwah  khilafah  di kalangan generasi muda Indoneaia semakin masif dilakukan.

Remaja ditakut-takuti dengan "Jangan ngaji khilafah" melalui berbagai media. Khilafah digambarkan seperti "monster" yang menakutkan, yang akan menggerogoti negeri dan menciptakan banyak masalah, padahal kekacauan yang terjadi di Indonesia mulai dari aspek ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan hingga keamanan negara, bukan karena khilafah. Melainkan justru manusia lebih memilih menerapkan sistem buatan manusia dari pada sistem Allah. Tak cukup itu, simbol-simbol Islam pun distigmakan dengan  terorisme. Alhasil, banyak sekali kita jumpai kalangan kaum muslim yang malah takut dengan Islam, takut menunjukkan identitasnya sebagai muslim dan takut menerapkan Islam secara kaffah (totalitas), padahal kita sudah sepakat bahwa berislam kaffah sebenarnya konsekuensi dari keimanan kita kepada Allah dan Rasulullah.

Banyak faktor yang yang berperan dalam membentuk Islamophobia ini, namun secara garis besar dapat dijelaskan ke dalam dua faktor.
Pertama, faktor  internal kaum muslim yang sangat lemah pemahamannya tentang Islam. Lemahnya pemahaman kaum muslimin terhadap ajaran agamanya membuat pemikiran-pemikiran asing masuk dengan mudah ke dalam benak mereka dan menjadi pemahaman  mereka. Justru sebaliknya ajaran Islamlah yang asing bagi mereka.

Kedua, faktor eksternal, yaitu dari orang-orang kafir yang memusuhi Islam dan senantiasa berusaha menjauhkan pemahaman Islam dan penerapannya dari benak dan kehidupan kaum muslimin.

Tujuan mereka satu, yakni menghadang setiap benih perjuangan yang mengarah pada penegakan syariah secara kaffah. Salah satu cara yang mereka lakukan adalah dengan mengadu domba umat Islam. Yang menerima sekulerisme liberalisme mereka sebut dengan Islam moderat, sedangkan yang menolak mereka sebut sebagai Islam radikal.

Banyak upaya yang telah mereka lakukan untuk menggolkan tujuan mereka. Mereka berusaha memasukkan pemahaman- pemahaman asing yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam, tapi mereka bungkus dengan label Islam. Mereka juga "mempromosikan" Islam sebagai agama yang kejam, keras, primitif,  tidak berperikemanusiaan, kuno, ketinggalan zaman, dan  membawa kerusakan. Pokoknya apapun akan dilakukan agar siapapun berkesimpulan bahwa Islam mestinya tidak layak diterapkan dan seharusnya dicampakkan. 

Sementara bagi kaum muslim sendiri yang ingin menerapkan Islam tidak luput dari bidikan mereka. Mulai dari sebutan fundamentalis, ekstrimis, hingga teroris juga mereka gembar-gemborkan, sehingga membuat umat Islam sendiri enggan untuk menampakkan keislamannya, apalagi teguh dalam memegang aqidahnya.

Padahal negara dan agama adalah saudara kembar. Agama merupakan dasar sedangkan negara adalah penjaganya. Sesuatu yang tanpa dasar akan runtuh dan dasar tanpa penjaganya akan hilang. Inilah yang terjadi saat ini. Ketika Islam yang merupakan solusi dari seluruh problematika manusia tidak dijaga sebagai dasar negara dan satu-satunya aturan, maka kekacauan yang akan terjadi.
Jangan takut memperjuangkan khilafah. Justru takutlah akan akan hari pengadilan, di mana tidak ada perlindungan selain lindungan-Nya. Ketika kita ditanya oleh Allah tebtang kedudukan kita dalam perjuangan menegakkan agamaNya, apakah kita berada di barisan pejuang atau hanya sebagai penonton? Atau justru pada barisan orang-orang yang memusuhi  dan menghalangi perjuangan penegakan syariah dan khilafah? Semua tergantung pilihan kita dan semua akan dimintai pertanggunganjawaban di yaumil hisab nanti.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak