Oleh : Susi Ummu Zhafira
Ibu rumah tangga
Setiap dari kita pasti selalu menginginkan yang terbaik dalam kehidupan ini. Memiliki banyak keinginan dan cita-cita yang senantiasa menjadi harapan untuk bisa diwujudkan suatu saat nanti.
Sebagai seorang ibu misalnya, kita pasti akan berharap yang terbaik untuk anak-anak kita. Mampu mengantarkan mereka menjadi generasi pemimpin di masa yang akan datang. Mewujudkan generasi khairu ummah yang menjadi dambaan umat.
Begitu juga sebagai istri. Berharap menjadi sebaik-baik pasangan untuk suami yang kita cintai. Senantiasa berkeinginan bisa mendampinginya menjemput kesuksesan dunia dan akhiratnya. Saling menggenggam melewati ujian kehidupan hingga kebersamaan itu berlanjut di jannah-Nya.
Sebagai pribadi juga demikian. Kita juga tentu memiliki keinginan untuk diwujudkan. Misalnya, bercita-cita menjadi seorang penulis. Bukan sembarang penulis, tapi penulis yang senantiasa istiqomah menyuarakan perubahan. Memberikan pencerahaan dalam setiap tulisan yang dihasilkan. Hingga tulisan-tulisan itu menjadi saksi akan keberpihakannya kepada kebenaran. Dan kelak tulisan-tulisan itu menjadi amal jariyah yang tak terputuskan meski ajal telah datang.
Bahkan sebagai seorang pebisnis juga mengharapkan kebaikan. Tidak ada seorang pebisnis pun yang menginginkan kegagalan dalam bisnisnya. Mereka selalu berharap bisnis yang dijalaninya akan semakin bertumbuh dan menjadi wasilah kebaikan di tengah-tengah umat.
Apalagi sebagai pengemban dakwah. Ada cita-cita mulia untuk bisa menjadikan Islam sebagai satu-satunya aturan yang diterapkan di muka bumi, sebagai bentuk ketundukan nyata seorang hamba kepada Sang Illahi.
Tapi, sayangnya. Kita sering menjadi pengkhianat. Bukan soal mengkhianati orang yang kita cintai. Tapi diri sendirilah yang justru menjadi korban atas pengkhianatan itu. Yaps. Dan fatalnya lagi, kita telah berhasil mengantarkan diri kita pada predikat seorang pecundang.
Kok bisa!? Tentu saja bisa. Ketika niat sudah diazamkan dalam diri, tapi nyatanya kita sering menjadikan banyaknya hambatan sebagai alasan untuk berproses mewujudkan apa yang telah kita harapkan. Apa yang telah kita cita-citakan dan janjikan pada diri kita. Bukankah ini sebuah bentuk pengkhianatan?! Dan pengkhianatan terhadap diri sendiri hanya bisa dilakukan seorang pecundang.
Seolah ada jutaan alasan yang betul-betul tidak bisa kita singkirkan yang membuat kita menunda dengan kata "nanti". Kemudian menyepelekan amanah yang seharusnya kita jalankan sepenuh hati. Walhasil, semua harapan dan cita-cita itu hanya akan menjadi sebuah mimpi.
Dan itu bukti kita telah mengkhianati diri sendiri. Karena masalahnya bukan pada sejuta hambatan yang menghantui. Tapi kondisi diri sendirilah yang bermasalah dan wajib bermuhasabah diri. Bukankah kita telah diperintahkan untuk berupaya semampu kita. Mengerahkan segala daya demi tercapainya keberhasilan dalam sebuah amal yang kelak kita rindukan balasannya. Bukan sekedar menjalankannya tanpa persiapan yang terukur. Karena segala sesuatu butuh persiapan untuk mendapatkan hasil maksimal yang kita inginkan.
Karena sungguh pendahulu kita adalah generasi pemenang, bukan pecundang. Mereka tak pernah menjadikan hambatan di depan mata sebagai alasan untuk ragu atau bahkan berhenti dalam berjuang. Mereka selalu menyiapkan diri dalam setiap misi perjuangan. Mereka hanya melihat dengan keyakinannya. Mereka hanya mencukupkan diri dengan apa yang telah Allah dan nabi-Nya janjikan. Surga.
Sehingga mereka memiliki kekuatan ruhiyah yang tak terbantahkan. Hingga kekuatan ini selalu berhasil membuat hati musuh-musuh Allah gentar. Kekuatan ruhiyah ini jugalah yang menghancurkan tembok-tembok penghambat kemenangan Islam. Hingga cita-cita dan harapan mereka selalu Allah wujudkan.
Merekalah panutan kita. Berhentilah membohongi diri sendiri! Berhentilah menjadi pecundang dengan ribuan alasan! Segeralah jemput kemenangan atas segala yang kita citakan dengan memproses diri. Berupaya terbaik yang bisa kita lakukan tanpa tapi tanpa nanti. Bukankah Allah Maha Melihat? Dan sungguh Allah tak kan membiarkan hamba-Nya yang mau berusaha.
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka” (TQS. Ar-Ra’d [13]: 11).
Allah pasti akan menolong kita. Memberikan sejuta jalan demi terwujudnya kesuksesan demi kesuksesan hidup yang kita impikan. Tentu, jika kita menggenapi dengan segala upaya untuk menjadi seorang pemenang! Semangat!!