Islam kembali menjadi sorotan.




Oleh: Ummu Shahabiyyah

Wiranto tertusuk ketika akan keluar dari mobilnya, kejadian penusukan itu sangat cepat. Untungnya pelakunya mudah dibekuk, Abu Rara.

Seperti biasa, media mainstream memberikan stempel bahwa pelakunya adalah suami istri yang konon katanya terpapar paham radikal ISIS. Pak Jokowi pun buru buru mengeluarkan steatment bahwa pelakunya terpapar radikal. 

Kejadian penusukan ini sungguh menggelitik, banyak kejanggalan yang terjadi. Seperti saat terjadi penusukan, begitu mudahnya pelaku menerobos tim pengaman menteri. 
Pada saat kejadian penusukan penjagaannya terlihat seadanya pada saat kejadian.

Padahal dihari hari biasa penjagaan pada seorang menteri itu ketat. Ini sungguh aneh dan diluar kebiasaan. Kemudian setingkat menteri,mendatangi suatu tempat dan tanpa sambutan. Ini juga janggal mengingat dia seorang Menteri Polhukam. Ini perlu diselidiki, ada apa sebenarnya? 

Kemudian setelah berita penusukan itu,ramai diperbincangkan siapa pelaku,latar belakang dan kiprahnya. Bisa diduga, seperti kasus kasus yang sebelumnya,pelaku pasti dituduh radikal, tampilan islami dsb. Sungguh framing yang luarbiasa jahat atas umat Islam.

Lantas mungkinkah Isis menyuruh aktifisnya untuk bergerak? apa urusannya isis disini? untuk apa dan siapa isis bergerak disini? ini menjadi pertanyaan yang harus dijawab oleh mereka yang mengklaim ini dr organisasi tersebut.

Lantas kemudian organisasi lain pun ikut tekena cipratan isu ini.Narasi-narasi sumbang pun kembali dialamatkan kepada organisasi yang selama ini di cap radikal.Isu terus digoreng meskipun berbeda redaksi, berbeda jumlah tusukan, berbeda alur cerita. Gaung peristiwa ini terus menggelinding sampai presiden pun ikut menyampaikan akan melakukan perang terhadap radikalisme.Berbeda reaksi dengan kasus di Wamena yang ditanggapi dingin dan santuy. Padahal jelas jelas kasusnya memakan banyak korban dari warga sipil. Juga korban demo di DPR ditanggapi ala kadarnya dan tidak menjadi satu hal penting.Ini adalah sebuah kedzaliman yang luarbiasa. 

Bagaimana acuhnya mereka dengan korban korban yang bergelimpangan hancur dan terbakar di Wamena,serta gugurnya satu persatu genereasi penerus bangsa di jalan jalan panas saat meminta keadilan untuk negeri mereka justru menanggapinya dingin,sinis, dan kasus berdarah di Wamena  dijawab dengan konser musik.Sungguh tanggapan yang berasal dari  pemikiran yang dangkal dan jauh dari empati.

Ini tidak masuk akal bagi saya,seorang rakyat biasa yang turut berduka atas kasus tersebut.

Kembali pada kasus 'penusukan' yang terjadi,banyak yang justru menyebutnya ini rekayasa, sinetron, drakor dll, ini sangat lucu dan ironis sekali. Korban yang dari kalangan pemerintah, justru ditanggapi sebagai lelucon, kepercayaan dan wibawa pemerintah sudsh jatuh ke titik nadir dimata rakyat. Mereka tak lagi bereaksi yang heboh dengan kasus macam ini.

Mungkin hanya rumput bergoyanglah yang bisa menjawab kenapa.Rakyat sudah lelah dengan berbagai masalah sehari hari. Hidup mereka semakin berat dengan beban yang harus mereka pikul.Rakyat sudah lelah disuguhi framing framing gelap terhadap Islam,kriminalisasi terhadap ajaran Islam yang justru tidak pernah berbuat kerusakan di NKRI.

Media massa bungkam,tak ada satupun yang mengangkat isu dan peristiwa ini menjadi highligtnya. Semua membisu dan lebih senang mengangkat berita receh saat ada yang lebih penting yang perlu disorot. Dimana netralitas media disaat ini? Mereka menutup mata atas kasus penting dan enggan menyiarkannya. Hanya media sosial yang terus mengunggah update terbaru seputar peristiwa peristiwa kekinian di negeri ini. Rakyat pun semakin apatis dengan media yang menjadi corong pemerintah.Mereka tak lagi menjadikan tv sebagai rujukan berita. Mereka lebih percaya pada media sosial seperti twitter dan FB.

Kesemrawutan ini semua berawal dari jauhnya kita dengan aturan Islam.Pemerintah lalai dan tidak meriayah umat dengan baik sehingga menimbulkan gelombang protes menuntut keadilan dan kesejahteraan. Mereka menyalahgunakan kekuasaan untuk diri mereka dan golongan mereka, tapi lupa, bahwa ada rakyat yang telah menaikkan mereka ke posisi sekarang. Demokerasi sudah memberi kita gambaran,bahwa produk produk mereka sesungguhnya adalah  individu oportunis yang minim empati. Masihkah berharap dengan sistem seperti ini? Masihkan patut dipertahankan sebagai aturan yang mengatur umat manusia ciptaan Allah?? Seharusnya demokrasi ini di campakkan dan jangan ditengok lagi!

Sungguh bila aturan manusia yang diterapkan hanya kehancuran dan kemunduran yang terjadi.Maka apa yang seharusnya kita lakukan?? apa yang sebenarnya kita butuhkan? Tidak lain dan tidak bukan hanyalah kembali kepada aturan Allah yang menjajikan keadilan,menjanjikan kesejahteraan dan perlindungan terhadap jiwa jiwa kaum muslim dan non muslim. Hanya sistem Islamlah yang akan memelihara Islam dari framing2 negatif, dan narasi narasi menyesatkan terhadap ajaran Islam. Hanya sistem yang datang dari Illahi Robbilah yang bisa memanusiakan manusia dan menjauhkan manusia dari perbudakan pemikiran Barat yang senantiasa membenci Islam dan menginginkan kaum Muslim lemah dan tercerai berai. Hanya Khilafahlah yang menyatukan semuanya.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak