Hafidz Quran Pada Usia Senja





Oleh : Lilik Yani

Menjadi keluarga Allah adalah idaman setiap muslim. Tak peduli anak-anak, remaja, dewasa, bahkan lanjut usia, semua ingin menjadi keluarga Allah di bumi. Masalahnya seberapa banyak yang mau berjuang untuk mewujudkan impian itu? 

*********

Kali ini kita akan belajar dari sosok wanita sepuh yang begitu cintanya pada al-Qur'an, hingga di usia senjanya terus bersemangat untuk mewujudkan impiannya. Beliau bercita-cita menjadi hafidzah al-Qur'an.

Siapa yang tak malu, para muda yang sibuk mengejar harta dan kekayaan dunia, adakah target menjadi penghafal kitabullah? Atau paling tidak bisa istiqomah interaksi dengan ayat-ayat mulia dari Allah? Sungguh, kami harus menunduk malu. Anak-anak muda yang matanya masih bening tanpa harus disambung kacamata, harusnya lebih semangat bermesraan dengan ayat-ayat cinta. Buktinya bagaimana? Hanya segelintir yang fokus mendalami pedoman hidupnya. Kebanyakan cenderung tak peduli, bahkan ada yang mulai berani melawan aturan Allah.

Jika masih ada yang istiqomah menjalin kemesraan dengan al-Qur'an, sungguh mereka adalah hamba pilihan. Apalagi jika yang memilih jalan keselamatan ini adalah hamba yang sudah sangat tua secara fisik dan usia. Tapi semangat masih membara dalam jiwanya. 

Seperti wanita sepuh yang ada dalam kisah ini. Beliau memiliki impian untuk menghafalkan al-Qur'an sejak usia dini. Hal ini termotivasi karena ayah beliau yang senantiasa mendoakan dirinya dan anak-anaknya agar menjadi hafidz dan hafidzah. 

Pada usia 13 tahun, beliau telah menghafal al-Qur'an sampai 3 juz.  Setelah menikah di usia tersebut, beliau disibukkan dengan urusan rumah tangga dan anak-anaknya yang berjumlah 7 orang. Terlebih ketika suaminya wafat, sehingga waktunya habis untuk mendidik dan mengurusi tujuh orang anak-anak yang menjadi amanahnya.

Setelah anak-anak tumbuh dewasa dan berkeluarga, beliau memiliki waktu luang. Maka kembalilah menunaikan impian mulianya untuk menghafalkan al-Qur'an. Bersamaan dengan putri bungsunya yang saat itu bersekolah di Tsanawiyah (SMP), yang memiliki cita-cita menjadi seorang hafidz Qur'an. Jadi mereka berdua bisa saling motivasi untuk mewujudkan impian sebagai penjaga dan penghafal kitab mulia.

//Metode Menghafal al-Qur'an yang Dipilih//

Beliau dan putrinya menghafal al-Qur'an setiap hari dengan menggunakan metode TIKROR, dengan cara repetisi atau pengulangan dalam membaca ayat. Setiap ba'da Ashar, putrinya membacakan ayat yang hendak dihafal sebanyak 10 ayat. Kemudian beliau menirukannya sebanyak 3 kali. Setelah itu putrinya menjelaskan makna dari ayat-ayat yang baru dibacakan. Setelah itu mereka kembali melakukan pengulangan proses tadi sebanyak 3 kali.

Keesokan harinya, sebelum berangkat ke sekolah, putrinya mengulang kembali 10 ayat tersebut untuk beliau. Setelah itu beliau mendengarkan lantunan murratal al-Qur'an dan beliau mengulangi bacaan 10 ayat sebanyak 3 kali. Lalu selama seharian beliau senantiasa mendengarkan murratal 10 ayat tadi di sela-sela aktivitasnya pada hari itu. 

Demikian seterusnya setiap hari. Untuk hari Jum'at, beliau meluangkan waktu khusus untuk mengulangi kembali ayat-ayat yang telah mereka hafalkan selama satu pekan. Demikian seterusnya, proses menghafal ayat demi ayat yang beliau lakukan bersama putrinya.

//Menjadi Hafidz Qur'an di usia 82 Tahun//

Kurang lebih dalam 4,5 tahun, beliau sudah menghafalkan 12 juz al-Qur'an dengan cara seperti di atas. Pada saat putrinya menikah, suaminya sangat mendukung aktivitas beliau. Mereka tinggal di rumah yang dekat rumah beliau, dengan harapan bisa melanjutkan program hafalannya.

Bahkan menantunya selalu memberikan semangat dan seringkali ikut menemani mereka. Sekaligus menyimak hafalan mereka serta membantu menafsirkan ayat-ayat yang mereka hafalkan.

Tiga tahun kemudian, ketika putrinya mulai disibukkan dengan urusan anak-anak dan urusan rumah tangganya, maka beliau dicarikan seorang ustadzah untuk menemani menyempurnakan hafalan Qur'annya.

Subhanallah, dengan ijin dan pertolongan Allah swt, akhirnya beliau berhasil dengan sempurna menghafalkan seluruh al-Qur'an di usianya yang ke-82 tahun. Keberhasilan beliau akhirnya menjadi motivasi bagi putrinya untuk mengikuti jejak ibundanya.

//Menjaga Hafalan Al-Qur'an//

Setelah melalui proses yang panjang dengan segenap liku-likunya, maka harus tetap dijaga hafalannya. Cara yang beliau lakukan agar hafalan al-Qur'an tidak hilang, dengan selalu mengulang-ulang ayat-ayat yang telah beliau hafalkan di setiap kesempatan. Beliau selalu mendengarkan murattal al-Qur'an dan menirukannya. Demikian juga ketika shalat, selalu membaca beberapa surat panjang. Terkadang beliau meminta salah seorang putrinya untuk menyimak hafalannya.

Keluarga besar beliau juga sangat mendukungnya. Hingga menciptakan suasana yang kondusif, untuk saling mengingatkan dan memberi semangat. Walau hanya satu jam, mereka sepakat untuk mengadakan  pertemuan rutin satu pekan sekali.  Dalam pertemuan itu mereka saling menyimak hafalan masing-masing.

//Berkah Menghafal al-Qur'an//

Kesuksesan beliau menjadi hafidz Qur'an memberikan efek positip untuk lingkungannya. Para tetangga yang awalnya kurang simfatik pada cita-cita beliau untuk menjadi hafidz, kini ikut termotivasi untuk menghafal al-Qur'an. Sedikit demi sedikit hafalan mereka semakin bertambah.

Putra putri beliau, walau belum ada yang hafal al-Qur'an secara keseluruhan, kini mulai tersulut untuk bisa menjadi hafidz seperti ibunda mereka.

Saat ini, setelah beliau mampu menghafalkan seluruh al-Qur'an, beliau bersemangat untuk menghafalkan hadist Rasulullah saw.  Menggunakan metode tikror seperti ketika menghafal al-Qur'an. Kini beliau sudah hafal 90 hadist, dan masih terus menghafal hadist yang lebih banyak lagi.

Sungguh besar karunia Allah yang dilimpahkan pada beliau. Di saat perempuan-perempuan lain yang sebaya atau lebih muda, disibukkan dengan angan-angan keduniaan, beliau menancapkan visi akherat. Beliau sibuk dengan urusan besar yang memiliki manfaat dan keutamaan dunia akherat.

Ketika disibukkan dengan menghafal al-Qur'an, beliau merasakan kelapangan hati yang tak terkira. Sirnalah segala kecemasan di hatinya. Beliau tidak menyangka akan terbebas dari perasaan khawatir terhadap urusan-urusan yang menimpa anak-anaknya. MasyaAllah indahnya. Nikmat tak terkira dari Allah untuk hambaNya yang memiliki tekat kuat menjadi penjaga kalamullah.

Beliau adalah keluarga Allah di bumi. Semoga perjuangan beliau bisa menjadi inspirasi bagi setiap muslim yang mengetahuinya. Hingga semakin banyak keluarga Allah di bumi. Keluarga yang melahirkan generasi cinta Qur'an. Keluarga yang akan membawa ke jalan keselamatan, menuju jannah dengan iringan ridlo Allah. InsyaAllah


Ngawi, 8 Oktober 2019


#MenjadiHafidzQuranDiUsiaSenja
#YukSemangatCintaQuran







Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak