Oleh : Nur Afifah,
Pemerhati Generasi Surabaya
Pada zaman serba teknologi seperti sekarang ini, gadget adalah barang yang tidak dapat terpisahkan. Masyarakat mampu menyerap informasi, berkomunikasi, dan bersenang-senang melalui fitur-fitur canggih di dalam gadget.
Sayangnya ada yang sangat berlebihan dalam menggunakan gadget kali ini. Itupun yang terpapar candu gadget adalah anak-anak dan remaja.
“Dalam sehari, sejak Agustus 2019, ada dua sampai tiga kasus baru anak karena gangguan belajar. Setelah digali, penyebabnya ternyata kecanduan gadget. Mereka selalu mencari ponsel dan tidak menyelesaikan tugas, yang berimbas turunnya nilai pelajaran,” Ungkap Yunias di temui di RSUD Dr Soetomo Surabaya (dilansir di surya.co.id)
Sebelum masuk ke area candu, interaksi anak-anak atau remaja terhadap gadget ini harus di perhatikan, apakah memang sudah dibatasi atau bahkan di biarkan oleh sang pendidik generasi agar anak-anak atau remaja tersebut tidak mengganggu kehidupan orang tua? Dari berbagai kasus kebanyakan fakta menunjukkan kecanduan gadget ini dikarenakan orang tua yang menginginkan agar sang anak senang (versi orang tua) dan kedua orang tua tidak masuk ke area kepribadian anak. Padahal kenyataannya orang tua harus bisa masuk kedalam pribadi anak, karena hasil karakter anak adalah hasil dari didikan kepribadian yang di ajarkan oleh anak. Bagaimana mungkin orang tua bisa ter lock dari gadget anak?
Seyogyanya seorang pemuda adalah generasi penerus sebuah bangsa, kader bangsa, kader masyarakat, kader agama dan kader keluarga. Pemuda selalu diidentikkan dengan perubahan, betapa tidak peran pemuda dalam membangun bangsa ini, peran pemuda dalam menegakkan keadilan, dan peran pemuda sebagai simbol perjuangan. Dan bagaimana mungkin gelar yang seharusnya disandang oleh sang pemuda generasi ini terpapar candu gadget?
Negara bisa mati ketika mayoritas generasi sudah memiliki sifat cuek dikarenakan terpapar oleh candu gadget, generasi yang mementingkan diri sendiri dengan keasyikan dalam permainan dunia maya yang dihadirkan oleh fitur-fitur menarik didalam gadget.
Lantas, bagaimana sikap kita sebagai pemerhati generasi? Ya, sebagai pemerhati generasi khususnya juga para orang tua adalah benar-benar mamperhatikan tanggung jawab perihal pendidikan. Misalnya, bertanggung jawab dalam pendidikan iman, bertanggung jawab dalam pendidikan moral, bertanggung jawab dalam pendidikan fisik, bertanggung jawab dalam pendidikan akal, bertanggung jawab dalam pendidikan kejiwaan, bertanggung jawab dalam pendidikan sosial dan bertanggung jawab dalam pendidikan seks.
Bertanggung jawab akan perihal tersebut bermaksud mengikatkan anak terhadap dasar-dasar keimanan, rukun Islam dan dasar-dasar syariat semenjak anak sudah mengerti dan memahami. Keseluruhan dari pendidikan yang didasari oleh aqidah Islam ini berlandaskan pada wasiat Rasulullah SAW dan petunjuknya menuntun anak dan memahami dasar-dasar iman, rukun-rukun Islam, dan hukum-hukum syariat.
Islam mengajarkan berbagai aturan dalam semua lini kehidupan, salah satunya adalah perihal pendidikan. Saya paparkan cara Islam dalam mengajarkan pendidikan anak adalah:
1. Membuka kehidupan anak dengan kalimat tauhid Laa Ilaha Ilallah
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Ibnu Abbas RA bahwa Nabi SAW bersabda: “Bukakanlah untuk anak-anak kalian pertama kalinya dengan kalimat Laa Ilaha Ilallah (Tiada sesembahan yang hak kecuali Allah)
2. Mengajarkannya Masalah Halal dan Haram setelah Ia Berakal
Ajaran Islam ini adalah agar seorang anak ketika membuka kedua mata dan tumbuh besar, ia telah mengetahui perintah-perintah Allah sehingga ia bersegera melaksanakannya. Ia juga mengenal larangan-larangan Allah sehingga bersegera menjahuinya.
3. Memerintahkannya untuk beribadah saat umurnya tujuh tahun
Rasulullah SAW bersabda “Perintahkan anak-anak kamu melaksanakan sholat pada usia tujuh tahun, dan disaat mereka telah berusia sepuluh tahun pukullah mereka jika tidak melaksanakannya, dan pisahkanlah tempat tidurnya.”
Faedah perintah ini adalah agar anak mau mempelajari hukum-hukum Ibadah ini sejak tumbuh dewasanya serta akan terbiasa melaksanakan dan menegakkannya. Selain itu, ia akan terdidik untuk selalu taat kepada Allah, melaksanakan hak-Nya, bersyuur kepada-Nya, berpegang teguh kepada-Nya bersandar kepada-Nya dan berserah diri kepada-Nya. Disamping itu, agar dengan ibadah ini anak-anak dapat terjaga kesucian rohaninya, kesehatan fisiknya, kebaikan akhlaknya, serta lurusnya perkataan dan perbuatannya.
4. Mendidiknya untuk Cinta kepada Nabi, Keluarganya, dan Cinta Membaca Al-Qur’an
Alangkah indahnya syarir berikut:
Pemuda-pemuda akan tumbuh sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan oleh bapaknya
Pemuda-pemuda tidak akan tumbuh dengan akalnya, tetapi dengan agamanya
Maka, dekatkanlah ia dengan agama
Inilah pentingnya fitrah dan pengaruhnya. Dapat kita ketahui bahwa anak yang tumbuh didalam keluarga yang menyimpang, belajar di lingkungan sesat, dan berkumpul dengan kelompok rusak, ia akan menyerap kerusakan tersebut. Ia akan terdidik dengan akhlak yang buruk dan tertuntun dengan pendidikan yang rusak dan fatal.
Dan dari sini penulis mengingatkan kepada kita semua agar kita semakin peduli dengan pendidikan generasi. Sangat indah dan menyejukkan saat kita menggunakan standart Islam dalam menjalankan pendidikan untuk berhasilnya kualitas sang generasi. Ketika generasi saat ini memiliki motivasi yang kuat, mereka akan memiliki energi yang besar untuk belajar. Mereka akan tergerak untuk berusaha sengan sungguh-sungguh melakukan apa yang menurutnya baik. Semakin kuat motivasinya, semakin kuat usahanya.