Oleh : Lilik Yani
Saat itu nama negeri kita adalah Nusantara. Sebuah kawasan yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihubungkan dengan laut. Nusantara menjadi jalur perdagangan laut internasional. Posisi inilah yang memudahkan akses dengan dunia luar dan terlibat dalam interaksi internasional. Hingga mendapat banyak pengaruh dari peradaban sekitarnya termasuk dengan Khilafah di Timur Tengah.
Posisi Nusantara yang strategis, menjadikan seluruh peradaban yang berdiri kokoh di luar akan masuk dan mengubah sistem kehidupan di Nusantara. Tak terkecuali dengan peradaban Islam yang sejak abad ke 6 M tengah tumbuh di Timur Tengah, tepatnya di sebelah sisi barat Nusantara.
Saat ini banyak orang yang tidak percaya bahwa negeri kita ada jejak khilafah. Maka pentingnya menunjukkan bukti-bukti yang bisa disampaikan kepada umat sekarang agar bisa memahami sejarah yang sebenarnya.
//Hubungan dengan Khilafah//
Interaksi Nusantara dengan kawasan Timur Tengah sudah pernah ada semenjak Islam awal muncul. Saat itu interaksi dalam bentuk relasi ekonomi dan perdagangan. Baru setelah Timur Tengah berada dalam kekuasaan Khilafah Islam, maka relasi meluas menjadi politik keagamaan dan intelektual.
Ketika Khilafah diperintah Bani Umayyah (660-749H), sejumlah wilayah di Nusantara masih berada dalam kekuasaan Kerajaan Hindu-Budha. Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan Budha di Nusantara yang tercatat memberikan pengakuan terhadap kebesaran Khilafah.
Pengakuan ini dibuktikan dengan adanya dua pucuk surat yang dikirim oleh Raja Sriwijaya kepada Khalifah di masa Bani Umayyah. Surat pertama dikirim kepada Muawiyyah. Surat kedua dikirim kepada Umar bin Abdul Aziz.
Ini ada cuplikan surat kedua,
......kepada Raja Arab (Umar bin Abdul Aziz) yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Tuhan. Saya telah mengirimkan kepada Anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiaha yang tidak begitu banyak, sekedar tanda persahabatan. Dan saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya, dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya....
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa Khilafah Islam telah menunjukkan eksistensinya di negeri kita, Nusantara. Sejak masa Kerajaan Hindu Budha. Khilafah mendapat pengakuan dari Raja Nusantara, hingga muncul ketertarikan mereka kepada dakwah Islam.
//Bahasa Politik Islam//
Bahasa Arab memainkan peran penting dalam kehidupan sosial keagamaan kaum Muslim. Berbagai suku di Nusantara mengadosi peristilahan Arab ke dalam kehidupan. Sejumlah kosa kata Arab yang diadobsi masyarakat Nusantara berkaitan dengan permasalahan politik.
Misalnya kata daulat, sultan, khalifah, baiat, jihad, majelis, musyawarah dan yang lainnya. Penggunaan kosakata politik Islam akan semakin luas ketika institusi politik Islam mulai berdiri pada akhir abad ke-13. Konversi penguasa ke Islam, yang selama ini dikenal sebagai 'kerajaan', kini disebut 'kesultanan'.
Hingga sejumlah penguasa muslim di Nusantara mengusahakan legitimasi gelar 'Sultan' dari penguasa politik dan keagamaan di Timur Tengah. Bahkan ada penguasa Muslim yang gigih untuk mendapatkan gelar sultan dari Kekhilafahan Islam di Timur Tengah yang diwakili oleh Sharif Mekkah.
Hal ini bukan sekedar menunjukkan hasrat kuat mereka agar mendapatkan legitimasi, tetapi juga mengisyaratkan keinginan untuk mengasosiasikan diri dengan kekuasaan Khilafah Islam. Dengan kata lain, politik muslim di Nusantara ingin diakui sebagai bagian integral dari Daulah Islam.
Itu antara lain bukti-bukti bahwa negeri kita sejak lama sudah ada hubungan dengan Khilafah Islam. Itu artinya ada jejak-jejak khilafah yang sudah menebarkan ajaran Islam di Nusantara. Bahkan sultan di negeri kita yang meminta diajarkan syariat Islam. Padahal kala itu masih termasuk kerajaan Hindu-Budha.
Subhanallah, pesona kekhilafahan Islam sanggup menjadi magnet bagi wilayah sekitarnya untuk tunduk dalam kekuasaannya. Sungguh Allah yang Maha Agung, yang menggerakkan hamba-Nya untuk menjemput hidayah Islam. Allahu Akbar.
Surabaya, 28 Oktober 2019
#JejakKhalifah
#BuktiAdaJejakKhilafahdiNusantara