Ada Apa Dibalik Kontroversi Film SIN?



Oleh : Ratna Kurniawati

Tontonan berupa film dengan genre action, komedi, drama, dan lainnya tak sedikit dijadikan tuntunan oleh sebagian masyarakat, terlebih bagi anak remaja yang selalu ingin mencoba sesuatu hal yang baru. Tuntunan tersebut dapat berupa cara berpakaian, bertingkah laku dan berpikir. Terlepas film tersebut menimbulkan kontroversi atau tidak di tengah masyarakat.

Sebelumnya, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan film berjudul Kucumbu tubuh indahku yang mempropagandakan tentang LGBT, film dua garis biru yang mempropagandakan tentang pergaulan bebas, film berjudul The Santri yang dinilai sengaja menanamkan nilai-nilai liberalisme dan pluralisme, serta merusak profil Santri itu sendiri. Kini, film SIN, juga menuai kontroversi. Film SIN dari Falcon Picture mengangkat cerita yang cukup jarang dijumpai di dalam masyarakat. Mengusung tagline 'Saat Kekasihmu adalah Kakakmu Sendiri, film drama ini menghadirkan kisah yang cukup menyedihkan yang dialami oleh sepasang kekasih. Ternyata mereka adalah kakak beradik. Film ini dinilai sengaja mempropagandakan budaya Incest yang diharamkan Islam. SIN menjadi tema film pendek sekaligus sebagai media promosi . Adanya kompetisi Festival Film Pendek SIN sendiri harus menggunakan tema tagline, "Ketika Kekasihmu Adalah Kakakmu Sendiri".  Dengan berbagai macam cerita yang tak kalah rusak. Dalam Festival Film Pendek SIN ini ada ratusan film yang ikut mendaftar kompetisi dan kemudian dipilih menjadi 22 film. 22 film ini pun telah ditayangkan di XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan. Dan yang terbaru, dari 22 film pendek itu telah disaring lagi menjadi delapan film. Hingga nantinya delapan film ini akan dipilih lagi menjadi tiga film sebagai pemenang. Pengumumannya pemenang akan dilakukan pada Premiere film SIN, 10 Oktober 2019.

Kapitalis memandang film
Film SIN tentu saja bukan merupakan film pertama yang kontroversial di Tanah Air. Karena sesungguhnya dalam film komersial, orientasi pembuatannya adalah bisnis dan mengejar keuntungan. Dalam klasifikasi ini, film memang dijadikan sebagai komoditas industrialisasi. Sehingga, film dibuat sedemikian rupa agar memiliki nilai jual dan menarik untuk disimak oleh berbagai lapisan khalayak. Selain itu, film merupakan salah satu alat untuk mempropagandakan nilai-nilai tertentu, seperti gaya hidup. Urusan bagaimana tanggapan masyarakat nantinya, itu merupakan persoalan belakangan. Karena dalam sistem kapitalisme standar perilaku sebatas kemaslahatan yang bersifat relatif dan kondisional.

Islam sebagai solusi

Mengingat pergaulan remaja saat ini yang semakin bebas dan tak jarang menabrak norma-norma yang berlaku di tengah masyarakat, terlebih norma agama seakan jauh dari pedoman hidup. Film yang bertemakan maksiat yang merupakan propaganda kaum liberalis dikhawatirkan dapat merusak akhlak generasi muda yang saat ini kian minus. 
Sedangkan syariat Islam memandang bahwa  pembuatan film seharusnya memperhatikan hal-hal seperti isi cerita yang tidak bertentangan dengan norma agama, tidak adanya adegan berduaan padahal keduanya bukan mahram, tidak mengumbar aurat dan aturan lainnya. Sehingga film tersebut dapat menjadi sarana dakwah karena tidak hanya sebagai tontonan, tetapi juga tuntunan karena sesuai dengan koridor syariah. Oleh karena itu, perlu adanya sistem Islam yang dapat menjamin penjagaan akhlak generasi. Adapun hal tersebut, yaitu: Pertama, ketakwaan individu yang mendorongnya untuk terikat kepada hukum syara’. Kedua, kontrol masyarakat, seperti adanya budaya amar makruf nahi mungkar di tengah-tengah masyarakat. Ketiga, negara memberi sanksi kepada mereka yang melanggar syariat. 

Oleh karena itu, pembuatan film yang sesuai tuntunan sulit direalisasikan, jika orientasi pembuatannya hanya berupa bisnis dan mengejar keuntungan semata. Karena itu, untuk mewujudkan film yang tak bertentangan dengan koridor-Nya perlu adanya pemahaman yang benar bagi mereka yang membuat film, sehingga benar-benar tontonan tersebut dapat dijadikan tuntunan yang benar. Wallahu a’lam.



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak