Oleh: Nasiatul Karima
(Aktivis Dakwah Muslimah Pasuruan dan Anggota Komunitas Penulis Revowriter)
Menurut data dari situs We Are Social, dilaporkan bahwa di Indonesia dengan jumlah penduduk mencapai 268,2 juta tetapi pengguna Mobilenya (ponsel pintar dan tablet) ternyata bisa mencapai 355,5 juta, melebihi jumlah penduduknya. Dan dilaporkan juga bahwa penduduk di Indonesia rata-rata berselancar di internet menghabiskan waktu 8 jam 36 menit per harinya. Sedangkan porsi di media sosial rata-rata penduduk di Indonesia, menghabiskan waktu 3 jam 26 menit per hari (Websindo.com.7/3/2019). Memang smartphone adalah produk teknologi yang seharusnya digunakan untuk bisa membantu manusia menyelesaikan urusan yang rumit menjadi lebih mudah. Secara umum siapapun boleh saja menggunakan smartphone, karena ia hanyalah alat yang memiliki karakteristik tertentu. Seperti halnya alat-alat lain yang biasa digunakan manusia untuk menyelesaikan urusannya. Sebagai contoh pisau, pisau adalah alat untuk memotong. Pisau ini sangat membantu manusia dalam urusan potong-memotong. Apalah jadinya kalau tidak ada pisau, pastilah para ibu dibuat sulit kalau hendak memasak sayur, karena kesulitan untuk mengupas atau memotong. Kita juga tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya para dokter ahli bedah dibuat sulit untuk melakukan tindakan operasi pembedahan kepada para pasiennya jika tidak ada pisau.
Memang alat apapun, sejatinya diciptakan untuk kebaikan manusia. Tidak terkecuali smartphone. Tetapi manusia adakalanya berpotensi menggunakan alat-alat hasil penemuan kemajuan teknologi, untuk hal-hal negatif atau sesuatu yang merugikan orang lain. Sebagai contoh, Di Surabaya pada hari jum'at 30/8/2019 diberitakan ada pembacokan oleh orang tidak dikenal terhadap siswa SMA. Ternyata dari hasil penyelidikan motif pembacokan diduga siswa SMA tersebut sering WA pacar orang lain (detiknews.30/8/2019). Pada hari yang sama di Probolinggo diberitakan ada remaja putri setelah kenalan dengan pemuda di facebook dan kopidarat langsung diperkosa bergantian di ladang jagung (detiknews.30/8/2019). Kejadian-kejadian tersebut adalah sebagian kecil contoh manusia menggunakan alat bukan untuk kebaikan tetapi untuk keburukan.
Untuk bisa menentukan kebaikan dan keburukan memang harus ada standar yang baku. Sebagai umat Islam standar baku untuk menentukan baik dan buruk adalah apa-apa yang dijelaskan dalam al-Qur'an dan as-Sunnah. Manusia tidak diberi hak sedikitpun untuk campur tangan dalam menilai perbuatan manusia apakah baik ataukah buruk. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. al-Maidah: 49 yang artinya: "Dan hendaklah engkau memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka......". Begitu juga firman Allah SWT dalam QS. al-Hasyr: 7 yang artinya: "...... Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah......". Sehingga memiliki smartphone adalah mubah. Tetapi penggunaannya yang harus terikat dengan hukum syara'. Setiap muslim haruslah memiliki misi dan visi dalam hidup di dunia ini. Kita harus menyadari dan memahami bahwa Allah menciptakan manusia hanya untuk beribadah kepada Allah. Di dunia hanya untuk taat kepada perintah dan larangan Allah. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ali Imron: 102 yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim".
Hidup di dalam aturan kapitalis saat ini, memang sulit untuk bisa taat kepada hukum Allah. Hal ini karena aturan kapitalis buatan penjajah barat ini mengharuskan memisahkan agama dari kehidupan. Wajar apabila dalam aturan kapitalis ini, orang berbuat sesuka hatinya tidak peduli lagi apakah halal ataukah haram, tidak peduli juga apakah menzalimi orang lain ataukah tidak. Yang penting keinginannya bisa tercapai dalam perbuatan-perbuatan yang dilakukannya.
Sudah saatnya para pemuda sadar dan bangkit dari bius syahwat dunia. Gunakan smartphone yang ada digenggaman untuk merubah setiap kemungkaran menjadi ketaatan kepada sang Kholiq. Jadikan smartphone bukan hanya semata-mata telepon pintar saja tapi juga sebagai sarana dakwah, sarana amar ma'ruf nahi munkar. Hiasilah, penuhilah sosmed dengan kebaikan-kabaikan Islam.
Umat sangat merindukan sosok para pemuda handal, pembawa cahaya kebaikan Islam, seperti muhammad al-Fatih, Sholahuddin al-Ayubi, Mush'ab bin Umair. Sudah saatnya remaja sibuk untuk urusan agamanya. Sebagaimana saat ini, keberadaan agama tidak lagi dianggap penting dalam mengatur kehidupan. Maka jadikan smartphone sebagai sarana menolong agama-Nya. Saatnya berkarya dalam kebaikan Islam untuk mewujudkan kesadaran umat tentang indahnya hidup dalam naungan Khilafah sang perisai umat. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَعْجَبُ رَبُّكَ مِنْ شَابٍّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ
"Rabbmu kagum dengan pemuda yang tidak memiliki shobwah" [HR. Ahmad]
Shabwah adalah kecondongan untuk menyimpang dari kebenaran.