Oleh : Hijriana H Djalil
Beberapa waktu belakangan berbagai permasalah menghujani berbagai kampus dinegeri +62 mulai dari permasalahan biasa hingga luar biasa terjadi. Seperti perpeloncoan yang terjadi dikampus ternama di salah satu universitas di ternate hingga viral dan menjadi perbincangan paling hangat di seantero negeri. Juga disertasi gila seorang doktor yang mengemukakan nafsu mengalahakan wahyu membuka peluang zina besar-besaran tapi katanya ini bukan zina, naudzubillah. Hingga yang paling terbaru adalah kasus di DO ( Drop out ) nya salah seorang mahasiswa di universitas kendari dengan alasan terindikasi terlibat dalam organisasi terlarang di negeri +62, padahal semua tuduhan ini tak berdasar sebab tak terbukti adanya.
Jika kita adalah mahluk pemikir maka tentu kita akan mencari tahu apa sih penyebab hal ini terjadi? Siapa dalang yang patut disalahkan atas sekelumit problematika yang terjadi di atas ini.
Yup seperti yang kita tahu bersama kampus adalah tempat kita menimbah ilmu, mencari jati diri , dan belajar banyak hal yang pastinya tak akan kita dapati semasa bangku sekolah dasar, sekolah menengah pertama, ataupun sekolah menengah ke atas, tapi sayangya citra kampus kembali tercoreng tersebab karena sikap segelintir orang yang berlaku semena-mena yang melakukan sesuatu atas kehendak nafsu menjadikan dalih manusia sebagai alat untuk menyerang mangsa tak berdosa ataupun berlaku curang pada mereka yang tak punya kuasa
Ini semua terjadi tak terlepas dari system yang sudah lama menggerogoti diri tiap mereka yang menjalankannya, penerapan sistem sukuler kapitalisme menjadikan asas pemisahan agama dari kehidupan membuat para pengembannya melakukan hal apapun tanpa dasar yang jelas , kurikulum pendidikan yang berantakanpun menciptakan ketimpangan social dan tak mampu menciptakan generasi yang benar-benar beradab , berkepribadian baik, serta berbudi pekerti luhur. Kampus dijadikan sebagai tempat untuk adu fashion tapi miskin karakter bagaimana seharusnya perilaku seorang yang berpredikat maha. Kurikulum pendidikan terobosan sistem sekuler nyatanya menciptakan generasi yang generasi apatis juga matrealistsis, senangnya memukul lawan merangkul kawan tak peduli entah kawan itu benar atau salah yang penting lawan ku tendang, begitu kiranya slogan mereka.
Namun perlakuan mereka berbeda pada mahasiswa yang benar-benar peduli pada generasi bangsa Jika ada yang menentang kuasa tirani rezim berkuasa yang salah kaprah maka pastilah mereka ditodongi dengan berbagai delik hukum yang tak jelas juga tak berdasar, betapa mirisnya pendidik rupa setan pemangsa ini, pun demikian dengan mereka yang katanya berakal dan pandai pada bidang yang dikuasai dalil al-quran di buat sedemikian rupa untuk menghalalkan otak busuk mereka, perbuatan zina misalnya.
Ini semua berbanding terbalik dengan kurikulum pendidikan era islam berjaya, para pendidik juga para penimba ilmu sukses menjadi generasi emas serta menjadi pusat perhatian dunia sebab kurikulumnya terbaik sepanjang masa, bukan hanya berkepribadian baik namun juga berbudi pekerti luhur dan mampu menjadi harapan bangsa, Negara juga agama. Bukan karena manusia yang hebat atau punya rujukan ke barat seperti para bedebah bangsa tapi Al-quran dan As-sunnah jadi pedoman hidupnya hingga mampu menjadi generasi tangguh hebat dan jadi pusat perhatian semua dunia. Nah bagaimana tak inginkah kembali terapkan kurikulum berbasis dari sang pencipta? Yang nyatanya memang mampu meriayah para pendidik juga penimba ilmunya? Ayolah back to islam kaffah.