Teladan dari Sang Penghulu Surga




Oleh: Nuni Toid
Ibu Rumah Tangga
Member AMK dan Alumni BFW 212


Membaca kisah "Fatimah Ibu bagi Bapaknya" sangat menyentuh hati. Bagaimana seorang Fatimah kecil berjuang menjaga ayahnya dari perlakuan kaum musyrik waktu itu.

Ketika Rasul Saw sedang salat, datang Uqbah bin Mu'ayyath yang menaburkan kotoran unta ke atas punggung nabi yang sedang bersujud. Fatimah kecil yang melihat perlakuan yang sudah keterlaluan langsung datang membersihkan kotoran unta dari atas punggung ayahnya.

Fatimah putri kesayangan Baginda Rasulullah Saw  yang dengan penuh kerelaan dan kesadaran masuk dalam agama yang dibawa oleh ayahnya. Bagaimana hati tidak bergetar mendengar seorang ayah berkata demikian terhadap putrinya, 

"Wahai Fatimah engkau adalah putri yang paling aku sayangi, semua apa yang engkau inginkan pasti ayah usahakan, namun ada satu hal yang tidak bisa ayah jamin. Ayah tidak bisa menyelamatkanmu dari Allah Swt  jika engkau tidak mau mengikuti ajaran-Nya. "(HR Bukhari).

Tak terasa air mata hangat mulai mengambang di pelupuk mata ini. Kisah yang sangat menginspirasi kaum muslimah. Seorang anak yang sangat sayang dan cinta pada orangtuanya sebagai wujud ketaatan pada ajaran-Nya.

Masih adakah anak yang seperti itu di zaman sekarang? Insyaallah masih banyak  anak yang taat dan bakti pada orangtuanya, karena  didikan dari orangtuanya. Dalam ajaran Islam, bukan orangtua saja yang memiliki kewajiban terhadap anak, tapi anak pun demikian. Sebagai bentuk baktinya pada orangtua, anak memiliki kewajiban juga. Seperti yang termaktub dalam surat Lukman: 14 yang artinya: 

"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua  orangtuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah,  dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua  orangtuamu. Hanya kepada Aku kembalimu."

Begitulah Islam mengajarkan dengan indahnya hubungan anak dengan orangtuanya. Islam melarang anak berbicara kasar, membentak apalagi mengatakan kata uh, ah yang akan menyakiti hatinya. Anak wajib memberikan nafkah jika mampu dan wajib merawatnya bila orangtua sudah lanjut usia. Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadits, 

"Sungguh merugi, sungguh merugi, sungguh merugi seseorang yang mendapatkan kedua orangtuanya sudah renta atau salah seorang dari keduanya namun tidak dapat membuatnya masuk surga. "(HR. Muslim). 

Masih banyak lagi bentuk kewajiban anak terhadap orangtuanya sebagai buah bakti ketaatannya pada agamanya.

Namun, banyak juga anak yang durhaka kepada orangtuanya. Sungguh hal ini sangat disayangkan. Seharusnya, seorang anak bisa menolong orangtuanya kelak. Hal ini karena hanya ada tiga hal yang kita bawa saat meninggal salah satunya adalah doa anak yang saleh/salehah. Ironisnya, keadaan ini terjadi karena anak yang kita harapkan tak bisa menolong kita. Kesalahan itu tak bisa ditimpakan sepenuhnya pada anak. Keadaan ini terjadi karena negara menerapkan sistem yang salah. Yakni sistem kapitalis-sekuler-liberal. Pendidikan akidah diabaikan dan tidak ditanamkan sedari kecil. Maka, tingkah laku, pemikiran, dan gaya hidup mereka  terbaratkan. Salah siapakah?

Sejatinya, anak adalah generasi penerus bangsa yang akan meneruskan perjuangan dan menjadi pemimpin umat. Sudah saatnya kita membuka mata  dan mulai merangkul mereka dengan memberikan pendidikan dan pemahaman yang benar agar mereka kembali pada agamanya. Rasullullah Saw bersabda:

"Setiap  anak lahir dalam keadaan fitrah, orangtuanyalah yang menjadikan  Nasrani, Yahudi, atau Majusi."(Al Bukhari). 

Untuk itu, para orangtua harus membekali dirinya dengan pemahaman Islam yang kaffah.

Maka, sayangi anak-anak kita dengan sayang yang benar yang sesuai dengan tuntunan ajaran agama kita. Semua itu hanya ada dalam sistem yang benar yaitu sebuah sistem yang bersumber dari Sang Pembuat Sistem. Dialah Allah Swt.

Wallaahu a'lam bishshawwaab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak