Oleh : Nina Marlina
(Komunitas Pena Islam)
Hari raya idul Adha telah kita lewati bersama. Para jamaah haji pun telah selesai melaksanakan rangkaian ibadah haji. Berangsur-angsur mereka pulang kembali ke negaranya. Sungguh beruntung bagi orang yang mampu dan mau melaksanakan ibadah kurban atau haji di bulan mulia ini. Bahkan Allah dan Rasul-Nya mencela muslim yang mampu tapi tak mau melaksanakannya.
Sesungguhnya ada pesan dan hikmah dari kedua ibadah ini. Pertama, ketaatan dan kedua pengorbanan. Sudah semestinya, seorang muslim taat kepada Allah. Tanpa tapi dan tanpa nanti. Ketika diserukan kewajiban kepadanya, ia melaksanakannya tanpa keberatan. Tanpa berpikir panjang, ia langsung menunaikannya. Jika dilarang berbuat keharaman, ia pun menjauhinya. Allah SWT berfirman : "Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan 'Kami mendengar, dan kami taat'. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."
Kedua, ia pun rela berkorban demi meraih ketaatan. Ia rela mengorbankan hartanya di jalan Allah. Ia rela menjauhi segala hal yang dilarang ketika ibadah haji. Membunuh binatang, berkata kotor, atau berhubungan badan. Semua dilakukan dengan ikhlas, tanpa mengharap pujian manusia. Namun semata-mata untuk menggapai keridhoan-Nya.
Spirit haji ini harus terus terjaga. Spirit ini mesti membekas dalam kehidupan. Karena hidup ini senantiasa ada dalam pengawasan-Nya. Maka sudah seharusnya aturan-Nya pun mengatur kehidupan kita. Nabiyullah Ibrahim as telah mencontohkan bagaimana ia taat terhadap perintah Allah SWT untuk menyembelih anaknya. Meski harus kehilangan anak yang dicintainya. Begitu pula Rasulullah Saw telah menjadi teladan dalam berkorban demi memperjuangkan agama Allah. Segala hal beliau lakukan untuk menegakkan kalimat Allah di muka bumi. Berbagai ujian dan cobaan mampu beliau lalui.
Selain itu, momentum haji telah meningkatkan persatuan kaum muslimin di seluruh dunia. Ruhiah telah terbangun dan dirasakan di sana, semestinya tetap terjaga ketika di luar haji. Persaudaraan tetap terjalin baik. Umat Islam tak terpecah belah. Tak pandang ras, suku, atau bahasa. Rasulullah Saw menggambarkan umat Islam sebagai satu tubuh. Jika satu bagian sakit, maka yang lain pun ikut merasakannya. Lebih jauh kita pun sebagai umat Islam harus bersatu. Kita semua disatukan oleh aqidah yang satu. Yakni aqidah Islam. Sejatinya, kaum muslim adalah umat yang kuat dan hebat. Jika mereka sadar dan bersatu, mereka tak kan lagi terpuruk. Tak kan lagi terdzalimi dan terjajah kaum kafir. Meski pada faktanya saat ini pula kondisi umat bagaikan buih di lautan. Banyak namun tak memiliki kekuatan.
Maka dari itu, semoga kita bisa mengambil hikmah dari momentum ini. Mampu mengorbankan segala yang kita miliki demi perjuangan Islam. Rela mengorbankan harta, waktu, tenaga, pikiran bahkan nyawa. Selanjutnya berusaha meningkatkan ketaatan kepada Allah SWT. Melaksanakan apa-apa yang diperintahkan. Menjauhi segala yang dilarang-Nya. Tanpa adanya sistem Islam, semua itu memang terasa sangat berat. Untuk itu, umat Islam wajib dan perlu mewujudkan kembali sistem Islam tersebut. Tiada lain agar kehidupan manusia senantiasa diatur dengan aturan-Nya. Wallahu a'lam bishshawab.
*sumber gambar : jabar.tribunnews