Oleh: Chezo
(Aktivis BMI Community Cirebon)
Istilah generasi milenial memang sedang akrab terdengar karena dewasa ini, generasi milenial menjadi topik yang cukup hangat dikalangan masyarakat. Millennials atau kadang juga disebut dengan generasi Y adalah sekelompok orang yang lahir setelah Generasi X, yaitu orang yang lahir pada kisaran tahun 1980- 2000an. Maka ini berarti millenials adalah generasi muda yang berumur 19- 39 pada tahun ini. Millennials sendiri dianggap spesial karena generasi ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, apalagi dalam hal yang berkaitan dengan teknologi.
Tumbuh di era teknologi yang berkembang dengan pesat, menyebabkan para generasi milenial lebih cepat mengetahui dan menyerap informasi melalui internet. Informasi ini tentu mempengaruhi keinginan untuk dapat memiliki, mencoba atau merasakan hal-hal yang serupa, sesuai dengan informasi yang didapatkan. Pengalaman digital itu berefek menjadikan mereka lebih konsumtif daripada generasi sebelumnya. Contohnya, ketika barang baru diluncurkan generasi milenial cepat memperoleh informasi terkait barang baru. Otomatis rasa ingin memiliki pun muncul.
Uniknya, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti menilai sifat konsumtif generasi milenial membantu memperkuat perekonomian Indonesia. Apalagi sifat konsumtif itu juga dibarengi oleh karakteristik generasi muda yang masih produktif sehingga memiliki daya beli (buying power). Bahkan, generasi milenial berani besar pasak daripada tiang karena menganggap karir masih panjang.
"Kalau anak muda gajinya Rp10 juta atau Rp20 juta berani belanja Rp30 juta karena punya future income (pendapatan di masa mendatang)," ujar Destry di Museum Bank Indonesia, seperti dikutip dari Antara, Jumat (6/9). (m.cnnindonesia.com)
Riset yang digelar lembaga independen Provetic tentang perilaku belanja konsumen menunjukkan para generasi milenial cenderung memiliki perilaku menabung untuk hal-hal yang bersifat konsumtif. Bagi generasi milenial, menabung tidak hanya untuk tujuan finansial yang besar seperti membeli rumah atau ibadah umroh.
Tetapi juga untuk pembelanjaan yang bersifat konsumtif, seperti beli tiket konser musik, wisata, ataupun nongkrong di café dengan mengenakan aksesoris kekinian. Mereka bahkan rela menghabiskan waktu berjam-jam untuk browsing di dunia maya, dan uang yang banyak asalkan tetap up to date. (m.moneysart.id)
Mengkonsumsi barang demi sekedar menunjang status sosial dan gaya hidup yang glamor sudah tidak jarang lagi kita temukan pada kehidupan masyarakat era modern ini. Konsumerisme ini sebenarnya tidaklah terjadi secara alami, tetapi ini adalah gejala global akibat diterapkannya sistem Kapitalisme dalam kehidupan. Acuan kebahagiaan dengan memiliki gaya hidup yang seperti ini adalah kepuasan materi atau hedonisme.
Orang rela berkompetisi untuk mendapatkan materi agar dapat memuaskan hawa nafsunya. Meski untuk itu mereka berprinsip tak apa besar pasak dari tiang dengan cara berutang kesana kemari. Padahal gaya hidup hedonis ini dapat menyeret manusia pada pusaran kompetisi tanpa garis akhir, bahkan meski pelakunya jatuh bangkrut pun masih tak kunjung puas. Padahal Allah Ta’ala telah berfirman,
وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]: 26-27).
Penerapan sistem Kapitalisme ini telah membuat kebanyakan manusia menjadi sengsara dan selalu diliputo akan kekhawatiran akan harta yang dimiliki. Sehingga sudah selayaknya kita tinggalkan sistem Kapitalisme yang telah menyengsarakan kehidupan manusia ini dan menggantinya dengan penerapan sistem Islam yang mampu membawa ketenangan dalam jiwa dan keberkahan. Maka benarlah nasihat Nabi saw.:
اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ.
“Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu”(HR. Bukhari Muslim).