Oleh: Aisyahtini Lubna Naimah Member Akademi Menulis Kreatif
Pemuda adalah generasi penerus bangsa. Perannya sangat penting bagi kemajuan bangsa. Sama halnya dengan keberadaan mahasiswa. Menurut Wikipedia, mahasiswa adalah sebutan bagi orang yang sedang menempuh pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi yang terdiri atas sekolah tinggi, akademi, dan yang paling umum adalah universitas. Mudah terarus dengan opini yang ada, terlalu mudah mengikuti trend yang ada.
Namun mahasiswa kini kurang menyadari jika mereka adalah "Agent Of Change". Banyak realita yang dapat kita temukan bahwa para pemuda terjebak dalam nikmat keduniawian. Sehingga lupa akan berjuta potensi yang melimpah. Memiliki tenaga kuat dan bebas untuk melangkah kesana kemari tanpa kerepotan dengan urusan rumahtanga. Mereka juga memiliki ketajaman berfikir, kesenggangan waktu, dan mampu beradaptasi dengan era baru. Sehingga kini disebut dengan "Mahasiswa gadget". Dimana segala aktivitas tak lepas dari smartphone.
Jika segala potensi yang dimiliki para mahasiswa dipergunakan dengan komprehensif dan sistematis. Maka akan menghasilkan mahasiswa yang kuat, memiliki kecerdasan intelektual yang mumpuni bahkan kritis. Sayangnya, mereka saat ini disibukkan dengan hedonis, bahkan narkoba.
Akhirnya mereka kurang memahami dirinya dengan baik dan menyebabkan mereka salah jalan. Dan tidak mampu menggunakan otaknya untuk berfikir, jika ada tugas tidak akan mudah untuk "copy paste". Memahami dirinya dapat dimulai dari sisi manapun. Mulai dari hal kecil untuk bertanya pada dirinya "Untuk apa saya hidup". Disitulah akan timbul berbagai macam jawaban yang akan memantik jiwa kegemilangannya untuk mencari tau siapa dirinya. Dan selanjutnya akan timbul pertanyaan mendasar yakni Dari mana, Untuk apa, Kemana setelah hidup.
Tatkala hal itu sudah terjawab mereka akan mengetahui esensi penciptaan dirinya. Dan akan merubah segala perilaku yang kurang benar menjadi lebih baik lagi. Bukan hanya sekedar berubah bentuk penampilan, yang dulunya sederhana menjadi kekinaan, namun cara berpikirnya pun berubah. Karena cara berpikir seseorang menentukan cara berperilaku. Dan bukan hanya berpindah dari satu lokasi ke lokasi yang lain , namun hijrah yang sesungguhnya jika sudah mampu menerapkan aturan agama yakni Islam didalam segala aspek kehidupan. Sehingga para milenialis tak mudah dipengaruhi dengan hal apapun.
Dengan berislam secara menyeluruh atau "kaffah". Artinya mampu menerapkan aturan Sang Pencipta yakni Allah swt disegala perbuatan. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Islam tidak hanya ada di masjid ketika sholat, atau ketika berpuasa dan haji. Namun segala prilaku senantiasa terpaut dengan aturanNya. Perbuatan yang kurang bijak akan menjadi lebih baik. Karena disitu mereka memahami jika disegala aktivitasnya selalu diawasi oleh Allah Azza' Wa jalla. Sehingga akan timbul perasaan takut jika akan melakukan penyelewengan terhadap aturanNya. Yang menjadi orientasi kehidupan hanyalah rida Allah. Bukan hanya kesenengan yang fana. Sifat kemalasan, hedonisme, mudah terbawa arus, akan hilang. Dan menjadikan diri menjadi intelektual tangguh yang berkepribadian Islam. Dan setelah merubah dirinya menjadi lebih baik, akan membawa perubahan dilingkungan sekitarnya. Baik keluarga, teman, sekolah, universitas bahkan negara. Negara mempunyai kewajiban penuh atas pelayanan terhadap rakyatnya. Bukan hanya sekedar tentang kekuasaan semata, tapi memastikan bagaimana rakyatnya tidak menderita, kelaparan, bahkan putus sekolah. Rasullulah sebagai suri tauladan pernah mencontohkan dimana saat beliau menjadi pemimpin. Yang menerapkan islam diseluruh 2/3 dunia. Dimana saat itu daulah islam yang menerapkan hukum islam secara kaffah. Dan negara mengatur muamalah memelihara akhlak, mengarahkan penegakan syiar-syiar dan ibadah, serta memelihara seluruh urusan masyarakat sesuai hukum hukum islam. Contoh negara seperti ini yang mampu melahirkan generasi cemerlang, kritis dan mnjadikan Islam sebagai pegangan untuk beraktivitas, tanpa adanya pemisahan antara aturan agama dalam kehidupan.
Wallahu a'lam bishshawab