Momentum Hijrah





Oleh : Lilik Yani

Pada tahun ke 10 kenabian, Nabi Muhammad diuji Allah dengan meninggalnya dua orang terkasih yang mendukung dakwahnya. 
1) Paman Abu Thalib, meski belum masuk Islam, tapi beliau menjadi tameng Nabi Muhammad ketika kaum Quraisy menghalangi dakwahnya.

2) Bunda Khadijah, istri sekaligus pendukung setia dakwah Rasulullah. Semua harta kekayaan diserahkan demi kelancaran dakwah. Jadi penghibur di kala duka, dan pemberi masukan atau solusi jika Rasul meminta pendapat. Hingga Rasul merasa tenang, hidup bersama bunda Khadijah.

Rasulullah saw sungguh bersedih ditinggal pergi orang-orang dekat yang mendukung penuh dakwahnya. Hingga tahun itu disebut tahun kesedihan. Lalu Allah berkenan memberikan hiburan kepada kekasih-Nya yang berduka itu.

Rasulullah saw diajak pergi, jalan-jalan ke Masjidil Aqso (Isra). Kemudian diajak naik ke Sidratil Muntaha (mi'raj). Usai perjalanan Isra mi'raj, beliau menceritakan hikmah yang diberikan Allah selama isra mi'raj kepada para penduduk Quraisy. Tapi mereka tidak percaya, bahkan mendustakan Rasulullah saw. 

Ketika perlawanan kaum Quraisy di Mekkah semakin parah. Rasulullah dan para sahabat mendapat tekanan luar biasa, maka Pada tahun 12 kenabian, Allah memerintahkan Rasulullah dan para sahabat yang mendukungnya untuk hijrah ke Madinah.

Dalam hal ini, bukan sekedar berpindah tempat semata. Tapi karena ini perintah Allah. Rasulullah sangat berat meninggalkan kota Mekkah, karena merupakan tanah kelahiran dan memberikan jekak memory yang teramat sulit dilupakan. Tapi karena ini perintah Allah, maka beliau melaksanakan.

Diawali para sahabat yang berangkat duluan, kemudian disusul oleh rombongan pendukung lainnya. Hingga tak ada tersisa satupun muslim di Makkah. 
Semua sudah hijrah ke Madinah.

Dalam hal ini, hijrah Rasul bukan karena takut kepada penduduk Makkah. Tapi karena ingin menyelamatkan agama Islam. Jadi motivasi hijrah adalah demi keselamatan agama Allah. Dengan hijrah maka umat meninggalkan apa saja yang dilarang Allah, untuk menjalankan perintah Allah.

Di Madinah, umat akan dibersihkan dari segala kesyirikan, kedzaliman, untuk kembali kepada Allah. Bagaikan tungku air yang membersihkan  kerak besi.

Untuk itulah, jika mau hilang kerak, gunakan hukum Allah. Sudah terbukti berabad-abad lamanya, jika hidup kita menggunakan hukum Allah, maka kehidupan umat akan sejahtera. 

Mari kita jadikan momentum hijrah ini untuk kembali evaluasi. Jika aturan manusia yang diterapkan ternyata membuat kehidupan kacau dan umat semakin terdzalimi. Maka tidak ada pilihan lain jika ingin hidup aman sejahtera, selamat dunia akherat, dengan cara kembali menerapkan hukum Allah. Itulah makna hijrah sesungguhnya.

Wallahu a'lam bisshawab

Surabaya, 1 September 2019

#Muharram1441HSurabaya
#HijrahMenujuSyariahKaffah
#HijrahSelamatkanIndonesia
#TinggalkanLiberalismeLawanKomunisme
#WeAreTheWorldKHILAFAHv

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak