Oleh : Yuli 'azizah
Speechless, rasanya saya sudah kehabisan kata-kata untuk mengungkapkan apa yang menimpa umat Islam di negeri tercinta ini.
Tuduhan, tudingan datang secara bertubi-bertubi menimpa Islam dan kaum muslimin di negeri ini.
Oh, sakit sekali menjadi umat Islam di negeri ini. Walaupun mayoritas namun selalu terzholimi.
Nampaknya gejala ketakutan terhadap Islam (Islamophobia) dan ketakutan akan bangkitnya kekuatan Islam politik sudah menjalar di tengah masyarakat terutama dilevel rezim sekuler yang sedang berkuasa saat ini.
Begitu akutnya Islamophobia yang melanda menjadikan rezim ini seperti kehilangan akal sehat. Rezim saat ini bahkan secara massif dan nampak kian terstruktur dengan didukung oleh ulama tertentu yang ingin menjauhkan umat ini dari aktifitas menunaikan kewajiban , memperjuangkan syariah dan khilafah. Bahkan, rezim berupaya membangun narasi bahwa perjuangan syariah dan khilafah radikal, memecah belah persatuan, meniadakan kebhinekaan, intoleran, keras, dan sejumlah stigma negatif lainnya.
Ide khilafah, jihad, cadar, janggut, celana cingkrang, istilah hijrah bahkan bendera tauhid distigma sebagai sesuatu yang negatif dan harus diwaspadai. Dan berita yang sempat viral adalah adanya seorang Taruna Militer yang membawa bendera tauhid dan diancam akan dikeluarkan dari AKMiL, jika terbukti terindikasi simpatisan HTI dan pendukung Khilafah (Tribunnews.com, 12/08/2019).
Memang begitulah akibatnya jika seseorang terkena penyakit phobia. Karena phobia (gangguan anxietas fobik) adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Padahal sebenarnya apa yang ditakuti itu tidaklah seperti yang dibayangkan. Akibatnya orang yang terkena fobia ini menjadi tidak bisa mengendalikan rasa takut nya sehingga bisa mengakibatkan gangguan pada mentalnya.
Maka jika fobia ini disematkan pada Islam jadilah Islamophobia (Islamofobia). Islamofobia adalah istilah kontroversial yang merujuk kepada prasangka dan diskriminasi pada Islam dan kaum muslimin. Istilah Islamofobia ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 1980an, tetapi menjadi lebih populer setelah peristiwa serangan 11 September 2001. Sebelumnya istilah ini pertama kali dimunculkan oleh Runnymede Trust pada tahun 1977 dalam laporan berita the Runnymede Trust , sebuah kanal berita Inggris dengan judul Islamophobia : Challenge for Us All ( https : // id.m.wikipedia).
Dan sampai sekarang istilah ini masih digunakan sebagai gambaran adanya ketakutan terhadap Islam dan kaum muslimin. Bahkan menurut pakar sejarah Dr.Tiar Anwar , fenomena Islamofobia yang makin marak muncul belakangan ini memang diciptakan agar orang takut terhadap Islam ( Kiblat.net, 15/08/2019).
Di beberapa negara , Islamofobia bahkan muncul dalam bentuk pelecehan, kekerasan verbal, serangan fisik hingga pembunuhan dan genosida. Inilah yang terjadi atas entitas Rohingya di Myanmar, Uyghur di Turkistan Timur, dan kasus serangan brutal bersenjata atas jamaah mesjid di Selandia Baru, atau kasus-kasus kekerasan yang sering terjadi di India, daerah Afrika dan lain-lain.
Seharusnya Islamofobia ini tidak boleh terjadi. Karena akan melahirkan prasangka buruk dan ketidakadilan serta kezholiman kepada kaum muslimin dan ajaran Islam .
Dan sungguh tidak layak jika ketakutan terhadap ajaran Islam dan kaum muslimin terjadi pada seorang muslim apalagi dengan sengaja bahkan secara sistematis mengaruskan Islamofobia ini di tengah - tengah umat.
Sebagai orang yang beriman terhadap Islam , semestinya takut akan peringatan Allah SWT : "Tidaklah patut bagi mukmin laki-laki dan perempuan, jika Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan ,akan ada bagi mereka pilihan lain tentang urusan mereka. Siapa saja yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya , sungguhlah dia telah sesat secara nyata " (Qs al- Ahzab : 36).
Dan Allah SWT juga mengingatkan dengan firman-Nya yang berbunyi :
اِجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ
“Jauhilah kalian dari kebanyakan persangkaan, sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa” (QS. Al-Hujuraat: 12).
Begitu juga dalam hadist yang mulia Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:
إياكم والظنَّ، فإنَّ الظنَّ أكذب الحديث
“Jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta” (HR. Bukhari-Muslim).
Wallahu alam bisshowab