Indonesia Mundur dengan Khilafah, Benarkah?



Oleh: Anisa El-faruq


Dalam khasanah Islam, istilah khilafah banyak ditemukan dalam kitab-kitab fiqh mu'tabar. Sehingga ini bukanlah istilah asing, ia bagian dari ajaran Islam sama halnya seperti shalat, zakat, tholabul ilm, jihad dan lain sebagainya. Dalam mu'jam Musthalahat al-'ulum As-syar'iyah (hal.756) definisi khalifah ialah pengganti Nabi Saw Saat dalam menjalankan agama dan mengurus dunia dengan syariah Islam. Sebagaimana Khalifah Abu Bakar As -shidiq, Umar Bin Khattab serta khulafa'ur rasyidin lainnya sampai pada khalifah terakhir Abdul hamid II masa Ustmaniyah yang berpusat di Istanbul,Turki.


Penting untuk dicatat, semua imam  madzhab serta ulama aswaja sepakat akan kewajiban khilafah, Imam Al- Qurthubi menegaskan: " Tidak ada perbedaan pendapat mengenai kewajiban mengangkat khalifah di kalangan umat dan para imam mazhab, kecuali pendapat dari Al-asham (yang tuli terhadap syariah). (Al-Qurthubi, Al-jami' li ahkam Al-qur'an, 1/264) 


Dalam kitab fiqh yang terkenal  di kalangan pondok pesantren se- Indonesia  karya Sulaiman Rasyid dicantumkan juga bab mengenai kewajiban menegakkan khilafah, bahkan menurut Sayyid Quthb, Islam tidak akan tegak tanpa negara dan kekuasaan (Quthb,Tafsir fi Zhilal Al-qur'an,1/60)


Dienul  Islam datang sebagai rahmat bagi seluruh alam. Setelah Rasul wafat, kepemimpinan beralih kepada Khulafaur Rasyidin serta khalifah selanjutnya hingga lebih dari 1000 tahun. Sejahtera adalah kata yang cocok untuk menggambarkan kondisi pada masa itu. Dalam naungan Islam baik muslim dan non-muslim mendapat hak yang sama. Kala itu, luas wilayah kekuasaan Islam mencapai 2/3 dunia.


Sungguh aneh bin ajaib, jika hari ini ada kaum muslim alergi mendengar kewajiban khilafah, terlebih lagi dengan pernyataan ngawur bahwa khilafah akan membawa bangsa ini pada kemunduran.

Sejarah mencatat, banyak ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu lahir dari rahim khilafah, peran strategis pendidikan dalam memajukan sebuah peradaban bangsa bahkan kontribusinya mendunia hingga hari ini.


Sejarawan Barat Jacques C Raister, mengakui secara obyektif bahwa 500 tahun Islam telah menguasai dunia dengan kekuatannya serta ilmu pengetahuan dan peradaban yang tinggi nan mulia.

Masa kegelapan Barat sejak abad ke 5M mendorong Raja Inggris-Swedia dan Norwegia, Raja George II mengirimkan surat kepada khalifah Hisyam III di Andalusia, Spanyol untuk mengirim putrinya belajar ke negara khilafah. Dalam suratnya, Raja George mengakui kehebatan peradaban Islam ditengah ketertinggalan masyarakat barat yang pada saat itu jauh dari kemajuan ilmu pengetahuan.


Menurut Montgomery Watt, dalam bukunya, The Influence Of Islam on Medievel Europe (1994) peradaban Eropa hari ini tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri, jika tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi motornya, maka kondisi barat tak ada artinya.


Perlu di pahami khilafah sangat memperhatikan perkembangan ilmu dan riset. Tentunya dibangun dengan kaidah kemaslahatan umat. Karena memang pentingnya ilmu dalam Islam adalah  untuk mewujudkan aplikasi penerapan ilmu dalam kehidupan. Sehingga kaum muslim berlomba dalam berinovasi. Disisi lain negara sangat menghargainya dengan berupaya mengimplementasikan dalam pembangunan kekhilafahan.

Yang luar biasanya, kemajuan ilmu dan teknologi ini diiringi dengan kemuliaan derajat dan martabat manusia.


 Peradaban Islam melahirkan generasi yang beradab, berakhlak karimah diliputi baju ketakwaan yang menunjukkan jati diri sebagai hamba Allah. Berbeda jauh dengan kemajuan teknologi di Barat, industri berat berkembang pesat dibarengi dengan tingginya angka bunuh diri, maraknya kekerasan seksual, legalnya LGBT  bahkan insexs sudah menjadi trend baru di Barat. Tingginya gedung pencakar langit tidak menjamin ketinggian martabat manusianya, kesuksesan yang dicapai merupakan toxic sucsess (kesuksesan beracun). 


Inilah potret buram kehidupan tanpa dilandasi keimanan. Tatkala negara maju dengan keilmuannya dan tidak dibarengi dengan derajat serta martabat manusia maka akan menghasilkan kemunduran tak bertepi. Ia terus memproduksi problem- problem baru.


Realitas ini sengaja diburamkan, kaum muslim dibuat silau dengan kehidupan Barat yang selalu dipromosikan secara masif. Di sisi lain, sebagian umat sudah mulai menyadari kebusukan sistem dan aturan  yang ada. Kemudian menginginkan perubahan dengan mengambil Islam sebagai solusi tuntas atas problematika umat. Geliat kebangkitan umat sudah mulai nampak, dukungan umat terus berdatangan bak bola salju yang menggelinding kian hari terus membesar dan bertambah nyaring seruan back to syariah.


 Terlebih hasil ijtima' ulama di Sentul, Bogor menegaskan khilafah bagian dari Islam, serta kewajiban memperjuangkannya. Hal ini menjadikan umat satu suara dan terus merapatkan barisan untuk istiqomah menjadi bagian dari hamba yang ikhlas berjuang meninggikan kalam ilahi.

Bukan perjuangan namanya jika tidak ada penghalang bahkan ancaman. Perjuangan meniscayakan pengorbanan. 


Begitu juga kaum muslim hari ini, dengan skenario global dan sistemik. Khilafah sebagai bagian dari ajaran Islam di tuding membawa kemunduran, disintegrasi bumi pertiwi, bahkan anehnya segala tragedi yang terjadi belakangan ini acapkali dikaitkan dengan khilafah dan di tunggangi para pejuangnya. Mereka tak puas mencabut BHP ormas yang istiqomah memperjuangkan penegakkan syariah, sekarang pemerintah sibuk menggodok aturan untuk membungkam siapapun yang pro dengan khilafah. 


Namun, fakta berbicara bahwa umat semakin lantang dalam menyuarakannya. Semua bisa menyaksikan kondisi dunia hari ini begitu parah termasuk negeri  mayoritas Muslim. Jika kehidupan dijauhkan dari agama niscaya berujung pada malapetaka. Segala peraturan yang terpancar kini kental dengan nilai sekulerisme, liberalisme, hedonisme, bahkan film kontroversial yang harapannya bisa merepresentasikan kehidupan santri justru mencederai kemuliaan perjuangan para tholabul ilmi. 


Aroma liberal begitu tercium disetiap butir UU Sehingga tidak heran yang terjadi adalah dekadensi sosial, degradasi moral, mengguritanya korupsi, hingga keputusasaan  masyarakat karena kinerja pemerintah yang teramat parah. Baik level daerah sampai ibukota negara.


Hal ini menggambarkan bahwa dunia saat ini membutuhkan sebuah perubahan mendasar dan menyeluruh. Sebuah sistem dengan kepemimpinan agung nan mulia, bukan kepemimpinan serampangan melainkan penuh dengan  ruh Islami serta atsmosfer keimanan yang membingkai setiap sendi kehidupan. Hal itu tidak lain adalah Khilafah Islamiyah.


Wa'llahu a'lam bi showwab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak