Oleh : Ummu Aqeela
Kabar duka menyelimuti negeri, Presiden ketiga Republik Indonesia Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie meninggal dunia pada hari Rabj 11/09/2019. Pria kelahiran Pare Pare, Sulawesi Selatan, 26 Juni 1936 itu meninggal akibat penyakit yang dideritanya. Beliau meninggal pada pukul 18.05 WIB diusianya yang ke 83 tahun. Sepanjang perjalanan hidupnya, BJ Habibie kerap kali mendapatkan perawatan intensif. Terakhir sebelum beliau tutup usia, BJ Habibie dirawat intensif oleh Tim Dokter Kepresidenan (TDK) di RSPAD Gatot Subroto. ( TRIBUNnews.com, Rabu 11/09/2019 )
Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie adaah Presiden RI yang ketiga, yang sebelumnya adalah sebagai Wakil Presiden yang ketujuh, menggantikan Try Sutrisno. BJ Habibie menggantikan Presiden RI yang kedua yaitu Bapak Soeharto yang mengundurkan diri dari jabatan Presiden pada tanggal 21 Mei 1998. BI Habibie merupakan Presiden dan Wakil Presiden dengan masa jabatan terpendek, yaitu 1 tahun 5 bulan ( sebagai Presiden ) dan 2 bulan 7 hari ( sebagai Wakil Presiden ). Dari sekian banyak Presiden Indonesia, BJ Habibie merupakan satu-satunya Presiden yang berasal dari etnis Gorontalo, Sulawesi. Saat ini pemerintah Gorontalo telah menginisiasi dibangunnya Monumen BJ Habibie didepan pintu gerbang utama Bandar Udara Jalaluddin di Kabupaten Gorontalo. Selain itu masyarakat Propinsi Gorontalo pun mengusulkan nama BJ Habibie digunakan sebagai nama Universitas Negeri Gorontalo yang masih digunakan. ( Wikipedia )
Sungguh sedih dan terharu jika mendengar berita wafatnya seorang tokoh, terlebih lagi jika tokoh tersebut adalah panutan dan dianggap memiliki kontribusi besar untuk umat.
Ayyub Rahimahullah pernah berkata “ Sesungguhnya aku pernah diberitakan mengenai wafatnya seorang ahlus sunnah seolah-olah aku kehilangan sebagian anggota tubuhku “.
Dan dengan wafatnya seorang ulama, berarti Allah telah mulai mengangkat ilmu dari manusia. Rasullulah SAW bersabda, “ Sesungguhnya Allah tidak akan mengangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hambaNYA, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk pada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka orang-orang bodoh itu menjawab tanpa ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.
Beberapa bulan terakhir ini kita mendengar banyak sekali berita duka, meninggalnya Ustadz Arifin Ilham pada Rabu 22/05/2019, dan yang masih segar dalam ingatan adalah KH Maimoen Zubair pada Selasa 6/8/2019 tepat sebulan yang lalu. Harusnya ini menjadikan kita bermawas diri dan berbenah serta bertanya dalam hati, apa yang sudah kita siapkan untuk menghadapNYA? Sudahkah kita memenuhi hari kita untuk hal-hal yang bermanfaat? Atau Seberapa banyak ilmu yang kita miliki dan apakah ilmu itu bisa menyelamatkan kita kelak sebagai jariyah yang berkepanjangan?
Sesungguhnya manusia itu hanya ada dua golongan, yaitu orang yang berilmu dan orang yang menuntut ilmu, adapun selain keduanya tidak kebaikan sama sekali. Orang yang tidak berilmu dan tidak mau menuntut ilmu maka dia hanya mengikuti syahwat dan hawa nafsunya.
Dalam Islam ilmu adalah kunci segala amalan. Dan ilmu merupakan sarana untuk menunaikan apa yang Allah wajibkan untuk kita. Tidak akan sempurna sebuah keimanan dan tidak akan diterima sebuah amalan jika tidak dilandasi dengan ilmu yang benar. Karena dengan ilmu pulalah hak-hak Allah ditunaikan, dan dengan Ilmu pula Islam disebarkan. Harusnya kebutuhan akan ilmu lebih besar dibandingkan kebutuhan kita akan makanan dan minuman, karena kelestarian urusan agama dan dunia bergantung pada ilmu yang digenggamnya. Imam Ahmad mengatakan “ Manusia lebih memerlukan ilmu daripada makanan dan minuman, karena makan dan minum cukup dua atau tiga kali sehari, sedangkan ilmu dibutuhkan setiap waktu “
Ilmu yang dimaksud disini adalah ilmu syari'i. Yaitu ilmu yang akan menjadikan seorang mukallaf mengetahui kewajibannya berupa masalah-masalah beribadah dan muamalah, juga ilmu tentang Allah dan sifat-sifatNYA. Namun di era sekarang sangat disayangkan sekali kebanyakan orang lebih banyak menghabiskan waktunya didepan layar Handphone, laptop, televisi, nongkrong tidak bermanfaat dibandingkan duduk berlama-lama di majelis ilmu agama. Ada banyak faktor yang menyebabkan ini semua terjadi, salah satunya adalah umat Islam belum mengetahui manfaat dan keutamaan dalam menuntut ilmu. Dan yang lebih lagi, ini adalah agenda barat lewat sekulerisme dan kapitalismenya yang memang digencarkan melalui berbagai macam cara untuk menjauhkan umat Islam dari keIslamannya. Salah satunya adalah menuntut ilmu syar'i.
Bukalah mata dan mulai melangkah, Allah begitu banyak memberi kenikmatan untuk kita. Jika semua itu tidak kita gunakan untuk mempelajari firman-firmanNYA maka kita akan menjadi salah satu orang yang merugi nantinya. Larilah, kerjarlah ilmu itu sampai liang lahat memanggilmu. Gunakan ilmu itu untuk kemaslahatan umat dan untuk penegakan Syari'at, agar terhapus segala maksiat yang menyesatkan umat.
Wallahu'alam bishowab