Oleh : Lilik Yani
Ibu, bagaimana kabarmu?
Semoga sehat, lahir dan batinmu
Bisa merasakan nikmat Allah yang dikaruniakan kepadamu
Nikmat iman, islam dan akal cerdasmu
Ibu, apa pendapatmu dengan sebuah amanah?
Sebuah beban yang dipercayakan umat kepadamu
Harus ditunaikan sepenuh jiwa
Berlandaskan hukum Allah yang Maha Kuasa
Jangan berdasar otak cerdasmu semata
Akan jadi sebuah kesombongan di dada
Libatkan Allah setiap memberi kebijakan
Atau ketika memutuskan segala persoalan
Ibu, sandarkan segala urusan pada Allah semata
Jangan pernah dengarkan bisikan manis para pujangga
Cerna dulu apa yang diperintahkannya
Sesuaikah dengan pedoman hukum syara?
Jika mendengar suatu berita
Anak didik yang diamanahkan padamu terlibat sengketa
Dianggap salah dan melawan kebijakan penguasa
Hingga cap radikal terselip di pundaknya
Apa yang Ibu lakukan terhadapnya?
Apakah Ibu akan ikut serta menghukumnya?
Sudahkah ibu memanggilnya?
Mengajak bicara bagaikan ibu kandung dengan anaknya
Biarlah dia cerita
Tentang apa yang diinginkannya
Jika ada suatu kesalahan padanya
Sudahkah Ibu mengurai masalahnya apa?
Apa latar belakang dia berbuat demikian?
Nasehat lembut ibu akan didengarkannya
Orang tua tidak selalu lebih benar, Bu
Walau gelar berderet mempermanis nama
Walau secara usia lebih dewasa
Terkadang anak lebih jernih mengurai berita
Bisa saja anak mendapat pemahaman lebih dulu tentang tsaqafah yang benar
Jangan jadikan perbedaan, Bu
Jika terjadi beda pendapat, kembalikan saja pada hukum Allah
Tak perlu ada keributan dan perselisihan
Siapapun beda paham, tak masalah
Selama tidak melanggar hukum syara
Jangan ditentang, apalagi dilarang
Ibu, jika anak yang bersalah
Berilah nasehat untuk meluruskan
Jika anak itu benar sesuai aturan Allah
Mohon ibu berlapang dada menerimanya
Walau mungkin tak sesuai kehendak
Ibu, jika ibu memutuskan dia tersangka
Padahal hukum Allah tak menjadikan dia bersalah
Ibu hanya mengikuti bisikan tak bertanggungjawab
Anak didik yang diamanahkan padamu dihukum bersalah
Dikeluarkan dari kampus tempatmu mengemban amanah
Bagaimana perasaan Ibu?
Coba Ibu renungkan
Jika ini menimpa anak kandung Ibu
Kuliah sudah mendekati garis finish
Tiba-tiba diputuskan keluar secara sepihak
Karena dianggap melawan kebijakan penguasa
Padahal secara hukum syara tak bersalah
Hanya karena egoisme sepihak
Anak didikmu kehilangan hak
Tak bisa lulus dari almamater tercinta
Betapa sedih orangtuanya ya, Bu?
Tertatih-tatih mencari biaya tuk bisa kuliah
Menambah tsaqafah Islam di tempat ibu kerja?
Ketika jelang finish harus dikeluarkan dari arena pertandingan
Karena suatu kesalahpahaman
Yach, anak itu keluar karena kebijakan ibu
Bagaimana rasanya ya, Bu?
Betapa teriris hati orangtuanya
Harapan melihat anak lulus sarjana
Pupus sudah seluruh impiannya
Bagaimana jika terjadi pada anak Ibu?
Siapkah Ibu menerima kebijakan demikian?
Relakah Ibu kehilangan harapan dan masa depan anaknya
Buka mata hati dan akal jernihmu, Bu
Mumpung masih ada kesempatan
Jadikan momentum hijrah
Sebagai momentum perubahan
Ketundukan hati hanya pada hukum syara
Surabaya, 5 September 2019
#SaveHikmaSanggala
#DukaDuniaPendidikanIslam
#TabayunDuluSebelumBertindak