Oleh: Endah Husna
Pada tanggal 27 Agustus 2019, Hikma Sanggala mahasiswa IAIN Kendari menerima 2 (dua) surat sekaligus yaitu surat dari Dewan Kehormatan Kode Etik dan Tata Tertib Mahasiswa. Yakni usulan Penjatuhan terhadap pelanggran kode etik dan tata tertib Mahasiswa IAIN Kendari. Dan surat keputusan Rektor IAIN Kendari tentang Pemberhentian Dengan Tidak Hormat sebagai Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Kendari.
Diantara yang menjadi dasar pemberhentian tersebut yaitu diantaranya adalah "Berafiliasi dengan aliran sesat dan faham radikalisme yang bertentangan dengan ajaran Islam dan nilai-nilai kebangsaan dan terbukti sebagai anggota, pengurus dan/atau kader organisasi terlarang oleh Pemerintah".
Siapa Hikma, yang akhir-akhir ini 3 tagarnya menjadi top di twiter Indonesia. Dia bukanlah sosok mahasiswa yang bisa kuliah dengan modal kemauan saja. Namun, dia harus bekerja untuk bisa membiayai kuliahnya. Bekerja sebagai kuli bangunan seperti pekerjaan ayahanda tercintanya hingga menghidupi anak sehebat Hikma. Latar belakang keluarga yang demikian tidak membuat Hikma minder dan tak berprestasi. Hikma adalah anak ke-2 dari 5 bersaudara. Sejak kecil Hikma biasa disiplin, hidup bersahaja dan pekerja keras. Ia biasa berjualan kue sejak SD untuk ikut membantu kebutuhan keluarga.
Kuliah di IAIN Kendari adalah pilihan Hikma yang sekaligus memutuskan menjadi bagian aktivis pengemban dakwah. Setelah mengenal Islam dan "Hijrah", Hikma meninggalkan beberapa pekerjaan yang pernah digelutinya, seperti kerja ditempat karaoke, kafe.
Hikma saat ini sedang menyusun skripsi. Namun diujung perjuangan pendidikannya itulah seorang Rektor bernama Prof Fauziah Binti Awad membuyarkan cita-cita Hikma. Hikma dituding berafiliasi dengan aliran sesat. Cita-citanya dihancurkan oleh seorang ibu yang tentunya mempunyai naluri keibuan, tidak kah terbesit oleh ibu Rektor bagaimana perasaan orangtua dan keluarga Hikma mendengar keputusan DO nya?
Sangat ironi, di DO dari kampus Islam saat memperjuangkan Islam. Lalu Islam seperti apakah yang di didikan di kampus IAIN Kendari jika seorang Hikma yang berjuang agar Agama Allah bisa tegak tapi malah dipersoalkan. Siapa yang radikal?
Saat bangsa ini krisis insan kampus yang berprestasi, yang kritis, yang berkomitmen dengan dakwah Islam, terbebas dari penyakit sekulerisme liberalisme, sosok Hikma Sanggala malah dipersekusi. Apakah ini akibat proses seleksi Rektor yang keliru?
Sungguh berjuang untuk tegaknya Syariat Allah adalah kewajiban bagi kaum muslim, teruntuk ibu Rektor juga. Maka segera bertaubatlah karena kau ibu Rektor telah menjegal Allah untuk terlaksananya Syariat Allah dimuka bumi-NYA.
Teruntuk Hikma Sanggala, pilihanmu sudah tepat, langkahmu sudah benar. Mereka mengira, tanpa ijazah kau akan sengsara. Tanpa tanda tangannya, hidupmu tak bahagia. Sungguh balasan dari Allah mengalahkan segalanya. Penerusmu dijalan kebenaran akan terus ada sepanjang masa.
Inilah hidup zaman sekarang, zaman dimana kebenaran dipermasalahkan, kebatilan menjadi tuntunan. Tolok ukur berfikir bukan lagi dari Alquran dan Assunnah, namun dari akal dan hawa nafsu dunia. Semua akibat diabaikannya aturan Allah, aturan yang berasal dari Sang Pencipta. Kembali kepada Islam Kaffah, Islam yang sempurna agar yang menjadi standar berfikir sama, yakni berasal dari Alquran dan Assunnah.
Wallahu a'lam bishawab.