Oleh: Nunung Purwaningsih, S.E
Semakin maraknya artis untuk berhijrah merupakan sebuah berita gembira dan kebahagiaan. Namun seperti apakah hijrah yang sesungguhnya itu. Apakah cukup dengan berpakaian syar'i saja sudah dikatan hijrah atau bahkan masih menjadi pelaku riba. Dan lagi mereka rajin ibadah mahdhoh tapi tidak mau menutup aurat. Dan masih banyak lagi yang lainnya.
Tersebarnya tulisan bapak Habibie yang membuat hati tersentuh dan ditambah lagi dengan berita meninggalnya bapak BJ Habibie menjadikan motivasi para artis berniat untuk hijrah. Sebelum maut menjemput bekal apa yang sudah dipersiapkan untuk menuju kampung akhirat, itulah salah satu alasan mereka untuk hijrah.
Hidup didunia hanya sementara dan kadang lupa untuk berbuat kebaikan atau malah justru banyak melakukan hal-hal yang mubah atau bahkan hal-hal yang dilarang Allah. Harta, anak, tahta, jabatan adalah perhiasan dunia yang senantiasa dikejar-kejar agar bisa diraihnya. Namun apalah arti semua itu bila ajal menjemput semuanya akan ditinggalkan.
Tahun baru Hijriyah adalah sistem penanggalan Islam yang didasarkan pada peristiwa hijrah yang dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya. Peristiwa tersebut menjadi starting point peradaban Islam menuju puncak kejayaan.
Dengan adanya peristiwa hijrah itu, spirit iman menjadi nyata dalam kata dan perbuatan, sehingga tidak heran jika setelah hijrah banyak sekali para sahabat yang memiliki kepribadian unggul nan mengagumkan. Perubahan mindset benar-benar terjadi secara totalitas pada diri seluruh umat Islam kala itu.
Secara bahasa, hijrah artinya berpindah. Sementara itu dalam konteks sejarah, hijrah adalah kegiatan perpindahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad bersama para sahabat dari Makkah ke Madinah, dengan tujuan mempertahankan dan menegakkan risalah Allah, berupa akidah dan syari’at Islam.
Mereka yang berhijrah kala itu adalah Muslim yang tidak lagi memiliki tujuan apa-apa selain daripada rahmat Allah Ta’ala.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah [2]: 218).
Kondisi masyarakat modern saat ini, jika dibandingkan dengan kondisi masyarakat jahiliah pra hijrah, tampak banyak kemiripan, dan bahkan dalam beberapa hal justru lebih buruk. Ciri utama masyarakat jahiliah dulu adalah kehidupan diatur dengan aturan dan sistem jahiliah buatan manusia. Pada masyarakat Quraisy, aturan dan sistem kemasyarakatan dibuat oleh para pemuka kabilah. Hal itu mereka rumuskan melalui pertemuan para pembesar dan ketua kabilah di Dar an-Nadwah. Kondisi yang sama persis juga berlangsung saat ini.
Kehidupan diatur dengan aturan dan sistem buatan manusia yang dibuat oleh sekumpulan orang dengan mengatasnamakan rakyat.
Oleh karena itu kaum Muslim diperintahkan untuk hanya melaksanakan seluruh syariah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Tak sepatutnya kaum Muslim mempraktikkan aturan-aturan lain yang bersumber dari selain aturan Allah.
Dengan demikian haram bagi kaum Muslim untuk mengingkari atau mencampakkan sebagian syariah Islam dari realitas kehidupan dengan mengikuti prinsip sekularime.
Dikatakan hijrah totalitas itu apabila semua aktivitas dilaksanakan sesuai dengan hukum Allah. Baik itu hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan sesamanya, hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Sedangkan hijrah berkualitas itu apabila aktivitas yang dilakukan ikhlas karena Allah dan mempersembahkan amalan yang terbaik. Marilah kita tingkatkan kualitas amalan kita hanya karena Allah bukan karena makhluk.