Oleh : Selly Nur Fadilah
Hijrah, satu kata berjuta makna. Satu kata yang harus segera dilakukan oleh kaum muslimin. Bukan hanya sekedar basa-basi, esensi nya hijrah harus membawa perubahan hakiki untuk kehidupan yang lebih baik.
Sebagaimana sejarah menggambarkan, Rasulullah pun melakukan hijrah untuk memperoleh kehidupan yang lebih layak. Tinta sejarah menuliskan, dakwah Rasulullah dibagi menjadi dua fase. Pertama, fase mekkah yakni fase dimana Rasulullah baru mendapatkan wahyu hingga tiba sebelum hijrah, fase ini berlangsung selama kurang lebih 13 tahun. Kedua, fase Madinah yakni fase setelah Rasulullah hijrah hingga wafat, pada fase ini pula berdiri tegak Daulah Islamiyah. Fase ini berlangsung selama 10 tahun penuh.
Pada fase Mekkah, Rasulullah melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi pada orang-orang terdekatnya. Kafir Quraisy ketika itu tidak mempermasalahkan karena Rasulullah tidak pernah menyinggung agama dan tuhan-tuhan mereka. Fase sembunyi-sembunyi ini berlangsung selama 3 tahun dan terbentuklah pondasi ukhuwah dan taawun antar kaum muslimin yang kuat.
Setelah 3 tahun berdakwah secara sembunyi-sembunyi, turunlah wahyu yang memerintahkan dakwah secara terang-terangan dan menentang kebathilan secara lantang. Karena kita tahu pada saat itu kemusyrikan di mekkah sangat di junjung, kaum musyrikin menyembah patung-patung sebagaimana yang dilakukan nenek moyang mereka. Ketika mulai berdakwah secara terang-terangan, Abu Lahab yang merupakan paman Rasulullah menjadi penentang dakwah paling kuat.
Kesulitan-kesulitan dan penolakan dari kaum musyrikin terus ditempakan kepada Rasulullah. Bahkan mereka merencanakan dengan matang metode yang akan digunakan untuk menghalangi dakwah Islam. Sindiran, hinaan, ejekan, dan tertawaan selalu kaum muslimin terima ketika menyampaikan dakwah. Target mereka adalah menghinakan kaum muslimin dan melemahkan semangat juangnya.
Selain dari itu, kaum musyrikin juga mencemarkan citra ajaran-ajaran yang dibawa Rasulullah, menebarkan Syubhat juga tuduhan-tuduhan dusta. Dan usaha kaum musyrikin untuk melemahkan dakwah Islam lainnya juga menghalangi orang-orang agar tidak dapat mendengarkan al-Qur'an dan mengimbangi nya dengan dongengan- dongengan nenek moyang mereka.
Betapa terjal jalan dakwah yang ditempuh Rasulullah dan para sahabat pada saat itu. Cobaan-cobaan terus diterima secara kontinyu. Pada awalnya sekeras apapun tentangan dari kaum musyrikin, itu hanya ditujukan kepada para sahabat yang memeluk Islam. Mereka tetap memandang Rasulullah sebagai orang yang terhormat, berwibawa, dan sosok yang baik. Namun kaum Quraisy akhirnya membatalkan sikap pengangungan itu. Mereka mulai bersikap memusuhi Rasulullah. Tentu disini Abu Lahab menjadi dalangnya.
Karena masa sulit yang tak ada henti-hentinya, kesulitan yang tentunya sengaja dibuat oleh kaum musyrikin, membuat Rasulullah dan para sahabat memutuskan untuk berhijrah. Rasulullah dan para sahabat berhijrah ke Yatsrib (Madinah). Disinilah awal mula kejayaan berpihak kepada kaum muslimin.
Tujuan Rasulullah hijrah tak lain adalah untuk lebih leluasa mengembangkan syiar Islam, dan melanjutkan tahapan dakwah ke langkah yang lebih praktis, penerapan syariah Islam dalam tatanan bernegara. Dengan ini dakwah akan lebih mudah karena syariah otomatis ditempatkan sebagai aturan kenegaraan.
Meneladani Hijrah Rasulullah
Saat ini, hijrah bukan lagi menjadi sesuatu yang asing di telinga masyarakat. Hijrah sering kali di artikan sebagai perubahan seseorang dari yang tadinya buruk menjadi baik, meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan yang sudah dianggap biasa, dan mengubahnya dengan kebiasaan baik.
Hanya saja, jika melihat realita kita saat ini, umat seperti dicengkeran kungkungan yang sangat kuat dan sulit untuk bebas. Dalam naungan sistem kapitalisme, menjadi pribadi yang taat sangat sulit karena sistem menghalalkan apa-apa yang diharamkan dalam Islam. Riba yang telah dianggap lumrah, perzinahan yang difasilitasi, bahkan budaya apatisme sudah mengakar hingga banyak orang yang enggan menasihati dan menerima nasihat.
Jika meneladani hijrah nya Rasulullah, prioritas nya adalah setelah berusaha menjadi pribadi yang taat, maka berdakwahlah untuk mengajak masyarakat menjadi masyarakat yang Islami, karena hijrah tidak hanya merubah pribadi tapi juga merubah kesatuan masyarakat seperti yang dilakukan Rasulullah.
Setelah terwujudnya masyarakat Islami, masyarakat pun akan menginginkan sistem yang dipakai adalah sistem Islam, dengan Syariah yang dijadikan aturan kenegaraannya. Dengan begitu, hijrah total yang harus dilakukan adalah dengan menerapkan Syariah Islam dalam tatanan kenegaraan agar segala aspek kehidupan dunia diatur dengan aturan Islam, bukan aturan kapitalis.
Momentum Tahun Baru Hijriyah Menuju Islam Kaffah
Dengan bergantinya tahun baru hijriyah, mari kita tingkatkan spirit juang Islam. Terus semangat berdakwah mengingatkan sesama akan pentingnya penerapan Syariah Islam dalam segala sendi kehidupan karena hanya dengan itulah Kaum Muslimin akan hidup sejahtera.
Semoga kita bisa mengambil ibrah dari kisah hijrah nya Rasulullah, untuk kehidupan umat Islam yang lebih baik di masa depan.