Oleh: Tamroh (Muslimah Peduli Umat)
Tidak terasa kita kembali bertemu lagi dengan tahun baru hijriah. kali ini kita memasuki tahun 1441 H namun sayangnya pergantian tahun hijriah masih diiringi dengan keprihatinan kita atas sejumlah kondisi buruk yang menimpa umat Islam dalam segala aspek kehidupan. pergantian tahun hijriah yang akhir-akhir ini selalu diperingati oleh sebagian kaum muslimin justru sama sekali jauh dari esensinya, yakni perubahan. ya, esensi hijrah adalah perubahan; dari kejahiliahan menuju cahaya Islam; dari kekufuran dan kesyirikan menuju tauhid dan keimanan; dari Daarul kufur ke Daarul Islam; dari tatanan kehidupan yang rusak dan bobrok ke tatanan kehidupan yang baik dan diliputi keberkahan. karena itu penting bagi umat Islam untuk kembali merenungkan hakikat hijrah yang esensinya adalah perubahan.
Hijrah secara bahasa berasal dari kata hajara yang berarti berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, dari suatu keadaan ke keadaan yang lain.
Masyarakat Arab sebelum Rasulullah Saw hijrah merupakan masyarakat jahiliyah. hal ini bisa dilihat dari beberapa aspek. Pertama: Asoek akidah, akidah masyarakat Arab saat itu penuh dengan kemusyrikan, diantara mereka ada yang menyembah malaikat, jin, ruh nenek moyang terdahulu, binatang, dan berhala. Kedua: Aspek sosial, kehidupan sosial Mekah pada saat itu dicirikan dengan kebobrokan moral yang luar biasa, rata-rata dari mereka adalah peminum arak, tukang mabuk, pelacuran dan perzinahan merupakan hal yang biasa. Ketiga: Aspek ekonomi, bisnis yang dilakukan bangsa Arab saat itu sangat kental dengan riba. Keempat: Aspek politik, secara politik bangsa Arab saat itu bukanlah bangsa yang diperhitungkan oleh bangsa-bangsa lain.
Setelah Rasulullah Saw hijrah ke Madinah, kemudian beliau membangun Daulah Islamiyah (Negara Islam) disana, keadaan masyarakat Arab pasca hijrah berubah total.
Pertama: Dari sisi akidah, yang dominan saat itu adalah akidah Islam, bahkan akidah Islam menjadi satu-satunya asas negara dan masyarakat.
kedua: dari sisi sosial, kehidupan sosial saat itu penuh dengan kedamaian dan ketentraman serta jauh dari ragam kemaksiatan, perjudian diperangi, perzinahan diberantas.
Ketiga: Dari sisi ekonomi, saat itu ekonomi riba benar-benar di hapus.
Keempat: Dari Sisi politik. pasca hijrahlah sesungguhnya Islam dan kaum muslimin benar-benar diperhitungkan oleh bangsa lain.
Negara Islam yang dibangun Nabi Saw. betul-betul disegani, bahkan ditakuti oleh musuh-musuh Islam dan kaum muslimin.
Masyarakat saat ini sebenarnya sangat mirip kondisinya dengan masyarakat jahiliyah sebelum Rasulullah Saw hijrah ke Madinah. wajar jika sebagian ulama menyebutnya dengan "Jahiliyah modern". dari sisi Akidah berbagai kemusyrikan dan ragam aliran sesat terus bermunculan. Dari sisi sosial, kebejatan moral, tindakan kriminal, korupsi, pembunuhan, perjudiannya, narkoba dan lain-lain terus menyeruak. Dari sisi ekonomi, riba masih menjadi basis kegiatan ekonomi. di bidang politik, fenomena pilkada DKI yang menyita energi sebagian umat pastinya juga tidak akan menghasilkan kondisi yang lebih baik. oleh karena itu, saat ini sebetulnya kaum muslim bahkan dunia, perlu membangun kembali Daulah Islamiyah atau khilafah Islamiyah yang akan mampu mewujudkan kembali masyarakat Islam. karena itu awal tahun baru hijriah dan hari-hari kedepan sejatinya adalah hari-hari untuk terus menggelorakan kebangkitan Islam menuju perubahan hakiki. perubahan hakiki adalah perubahan yang dapat menyelesaikan secara tuntas seluruh persoalan kaum muslim di dunia saat ini. perubahan semacam itu tidak mungkin tercapai kecuali dengan membangun kekuatan politik internasional, yakni Khilafah Islamiyah yang akan menyatukan seluruh potensi kaum muslimin. menerapkan Islam secara kaffah, hanya dengan inilah kaum muslim akan mampu mengakhiri kondisi buruknya di bawah kekuasaan sistem kapitalisme global menuju kehidupan mulai bermartabat di bawah institusi global: Khilafah Islamiyah. "Hukum jahiliyahkah yang kalian kehendaki? siapakah yang lebih baik hukumnya dari pada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin." (TQS. Al-Maidah; 5: 50).
Tags
Opini