Oleh: Ummu Yanfiiza
Member Akademi Menulis Kreatif
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, fenomena hijrah mulai marak di Indonesia. Dari kalangan artis hingga orang biasa.
Dilansir oleh TRIBUN-TIMUR.COM, 7/11/2019, kakak kandung Ustaz Felix Siauw, Freddy Siauw baru saja mengucapkan syahadat. Beliau kini resmi menjadi seorang mualaf, tepatnya pada tanggal 7 September 2019 di hadapan banyak orang. Hidayah telah datang kepadanya, semua berkat izinNya.
Masuk Islamnya Freddy Siauw dan fenomena hijrah, selayaknya mendapat apresiasi positif dan dukungan semua kalangan, karena untuk berhijrah tidaklah mudah. Ada sebagian yang tak bertahan lama, hingga kembali ke kehidupan lamanya. Godaan bagi yang berhijrah sangatlah besar. Maka hijrah harus diikuti upaya mempertahankan keistiqomahannya.
Berikut ini cara agar tetap istiqomah, diantaranya:
_Pertama_, memiliki kawan yang sejalan. Bergaul dengan orang-orang saleh akan memotivasi kita untuk selalu istiqomah dalam beragama dan mengubah diri agar lebih baik. Kita memerlukan teman yang bisa saling mengingatkan dalam kebaikan dan meninggalkan keburukan.
_Kedua_, konsisten dalam beribadah.
Amalan yang disukai Allah Swt adalah amalan yang dilakukan secara terus-menerus daripada amalan yang sebaliknya atau tidak berkelanjutan.
Hal ini tercantum dalam salah satu hadis dari Aisyah ra yaitu:
"Amalan yang paling dicintai Allah Ta'ala adalah amalan yang berkelanjutan walaupun itu hanya sedikit."
Walaupun sedikit, amalan yang rutin dilakukan lebih baik daripada yang cuma dilakukan sekali-sekali saja. Amalan yang dilakukan secara berkelanjutan akan menjadi ladang pahala dan menjadi perantara dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt, juga akan memperbesar ketaatan terhadap segala perintah Allah. Maka istiqomah adalah hal yang harus diperhatikan oleh kawan-kawan yang ingin berhijrah.
_Ketiga_, memiliki _azzam_ (tekad) yang kuat dan pengorbanan ketika berhijrah.
Modal terkuat dari hijrah ini adalah memiliki _azzam_ untuk berubah menuju kebiasaan yang baru serta meninggalkan kebiasaan yang lama. Misalnya, bagi yang belum berhijab, dia akan bersegera berhijab, menunjukkan jati diri sebagai seorang muslimah, yang selama ini ia tinggalkan.
Saatnya Berhijrah
Hijrah merupakan proses mendesain diri meraih sukses dunia dan akhirat. Berbicara tentang hijrah, maka yang pertama kali harus dilakukan adalah meninggalkan apa yang wajib ditinggalkan yaitu hal yang dilarang Allah Swt. Kemudian, beralih menjalankan ketaatan dengan melaksanakan syariat Islam secara kaffah.
Hijrah tidak cukup terjadi pada individu saja, namun juga menuntut perubahan pada keluarga dan masyarakat. Allah Swt berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu…”(QS. At Tahriim [66]: 6).
Allah telah mensifati umat Islam sebagai umat terbaik (khairu ummah), maka harus berhijrah pula masyarakat khususnya umat Islam dengan memenuhi karakteristiknya yaitu beramar ma'ruf nahi munkar dan mengimani Allah.
Jadi Islam sangat identik dengan perubahan diri, keluarga dan masyarakat. Maka dalam upaya membangun peradaban mulia haruslah dengan membangun individu-individu yang baik (saleh), kontrol masyarakat kemudian ditopang penerapan Islam secara revolusioner oleh negara.
Nah, teori perubahan diri inilah yang digunakan para pemimpin Islam sejak awal. Amirul mukminin Umar bin Khattab berhasil memimpin peradaban Islam dengan sangat baik karena ketatnya beliau dalam menjaga diri dari penyimpangan iman. Pengawasan Umar terhadap diri dan keluarga pun sangat luar biasa. Umar yakin betul bahwa jika dirinya gagal mengubah diri maka yang dipimpinnya pun tidak akan pernah mau dan bisa berubah.
Demikian pula halnya dengan para ulama. Imam Ghazali misalnya, ketika melihat situasi sosial masyarakat sudah tidak lagi memperhatikan dan mengutamakan tegaknya agama dalam keseharian. Beliau langsung melakukan perenungan untuk menciptakan perubahan.
Akhirnya, dengan proses panjang yang dijalankan terjadilah perubahan yang menakjubkan. Itulah kisah para sahabat dan seorang ulama besar. Mereka melakukan perubahan untuk kebaikan hanya menuju rida Allah Swt semata. Maka hal inilah yang membuat mereka semakin bertambah kecintaannya kepada Islam.
Allah Swt berfirman :
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
(QS. Al-Baqarah [2]: 218).
Tidak ada alasan lagi bagi kita menunda berhijrah. Bahkan banyaknya harta, rumah mewah, jabatan tinggi dan kenaikan pangkat tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak segera berhijrah. Allah Swt hanya melihat dan menilai ketaatan menuju jalan kebaikan yang kekal. Karena setiap aktivitas manusia akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Yuk, let's go to Hijrah!
Wallahu a'lam bishshawab.