Oleh : Damae Mafazaa
Baru – baru ini kata ‘hijrah’ santer kita dengar. Entah dari kalangan orang biasa, maupun para selebritis pun kian marak untuk berhijrah. Fenomena hijrah ini tentu tidak luput dari makna hijrah itu sendiri. Hijrah sejatinya bukan hanya berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain, dari suatu keadaan ke keadaan yang lain. Akan tetapi, hijrah merupakan semangat untuk keluar dari tempat /, keadaan yang buruk ke tempat /, keadaan yang lebih mulia. Momentum hijrah tidak luput dari peristiwa hijrah pertama kali yang dilakukan Rasulullah SAW.
Jika kita tengok sejarah terdahulu, masyarakat Arab pada saat itu sangat bobrok dari segala aspek. Mereka percaya bahwa Allah adalah Sang Pencipta segala sesuatu tapi mereka menyekutukan Allah dalam menyembahnya melalui perantara berupa berhala – berhala. Dari aspek ekonomi, masyarakat Arab banyak yang berprofesi sebagai pedagang kala itu, aktifitasnya banyak sekali menggunakan riba, bahkan sampai berlipat ganda (riba fadl). Pencurian, perampokan, pembegalan pun marak dimana – mana. Pergaulan bebas, pelacuran dan pemerkosaan menjadi hal yang lumrah saat itu. Arab saat itu menjadi negara yang terbelakang dari dua negara adidaya, Persia dan Kristen Byzantium. Kekejaman dan kebiadaban sampai melampaui batas kemanusiaan. Anak – anak perempuan yang baru lahir dikubur hidup – hidup. ( QS. At Takwir: 8-9)
Kemudian, Allah SWT mengutus seorang nabi yang membawa risalah Islam, dialah Nabi Muhammad SAW. Beliaupun mengemban amanah dakwah dengan menyampaikannya di tengah – tengah masyarakat Quraisy. Namun, aktivitas dakwah beliau yang menantang budaya Arab jahilliyah, penyembahan berhala dan juga sistem kufur yang ada, tidak luput dari penolakan, persekusi, propaganda, maupun kriminalisasi. Pada akhirnya, setelah gagal menghalangi aktivitas dakwah Nabi, kaum kafir Quraisy pun merencanakan aksi pembunuhan terhadap Nabi. Pertolongan Allah pun datang dengan perintah hijrah.
Setelah Rasulullah SAW melakukan hijrah bersama pengikutnya dari Mekkah ke Madinah membawa Islam sebagai ideologi dan sistem dalam intitusi negara, yakni Daulah Islamiyah.Daulah Islamiyah berdiri pertama kali di Madinah dan didirikan oleh Rasulullah SAW. Dengan menerapkan Islam secara menyeluruh dalam segala aspek yakni, aspek ibadah, aspek ekonomi, aspek sosial hingga aspek politik. Alhasil, terciptalah masyarakat Madinah yang jahiliyah menjadi masyarakat Islami. Dengan sangat indah Rasulullah SAW menggambarkan Madinah Al-Munawarrah dengan sabdanya, “Madinah itu seperti tungku (tukang besi) yang bisa membersihkan debu – debu yang kotor dan membuat cemerlang kebaikan – kebaikannya.” (HR al Bukhari )
Masyarakat sekarang tak ubahnya seperti masyarakat Arab dahulu sebelum Islam datang. Bedanya dahulu masyarakat Arab belum mengenal Islam sedang masyarkat sekarang mengaku Islam tetapi tidak mau diatur oleh Islam. Bahkan, wajar jika para ulama menyebut kondisi sekarang dengan “Jahiliyah Modern”. Banyak dari masyarakat modern sekarang yang terkungkung dalam sistem ekonomi kapitalis membuktikan riba dimana – mana. Perampokan, pencurian, pembegalan kian marak. Pergaulan antara laki – laki dan perempuan makin liberal dengan mengagung – agungkan HAM. Mereka bebas untuk melakukan segala hal yang mereka sukai asal tidak merugikan orang lain. Perzinaan, pemerkosaan, pembunuhan, perjudian, narkoba, LGBT dll terus menyeruak. Negeri – negeri Islam akhirnya hanya menjadi obyek penjajahan negara – negara kapitalis dalam berbagai bidang. Sungguh ironis….
Untuk itu, refleksi hijrah hari ini adalah momentum mencampakkan sistem sekuler yang destruktif menuju Khilafah yang dijanjikan. Dengan menjadikan bulan Muharram sebagai tonggak kelahiran umat Islam yang memiliki negara. Yakni, Daulah Islam yang nantinya akan menerapkan syariah Islam secara kaffah dalam segala aspek kehidupan. Dan menyatukan seluruh umat Islam di dunia dengan kekuatan Islam serta membawa perubahan yang hakiki.
Allahu Akbar 3x