Headed For True Hijrah



Oleh : Zahida Arrosyida

Marak pengajian di setiap sudut kota besar yang di hadiri kaum millenilal membawa kesejukan di tengah-tengah persoalan sosial yang menimpa bangsa ini. Trend kekinian gaya hidup melanda kaum muda. Ya.. mereka beramai-ramai berhijab, mengkaji Islam, meninggalkan pergaulan bebas, dugem, riba, dan aktitas tidak Islami lainnya. Mereka hijrah menjadi pribadi yang lebih baik, lebih taat beribadah,lebih santun, dan menghiasi diri dengan akhlak mulia lainnya.

Hijrah menjadi istilah yang sangat populer saat ini. Siapapun yang berubah menjadi lebih baik maka disematkan istilah ini. Memang tak salah. Hijrah secara bahasa berarti berpindah dari suatu tempat ke tempat lain; dari suatu keadaan ke keadaan yang lain. Ibnu Hajar al-Asqalani membagi hijrah menjadi dua yaitu zhahirah dan bathinah. Hijrah bathinah adalah meninggalkan apa saja yang diperintahkan oleh hawa nafsu dan selalu memerintahkan keburukan dan seruan setan. Hijrah zhahirah adalah lari menyelamatkan agama dari fitnah.

Para fuqaha mendefinisikan hijrah secara syar'i sebagai keluar darul kufur menuju Darul Islam (an-Nabhani, Asy-Syakhsiyah al-Islamiyah, II/276).  Darul Islam adalah suatu wilayah (negara) yang menerapkan syariah Islam secara total dalam segala aspek kehidupan dan keimanannya secara penuh berada di tangan kaum muslim. Sebaliknya darul kufur adalah wilayah (negara) yang tidak menerapkan syariah Islam dan keamanannya tidak ditangan kaum muslimin. Dalam hal ini meski penduduknya mayoritas beragama Islam  tetap belum bisa disebut negara Islam jika keamanan negaranya dibawah tidak dipegang oleh kaum muslimin.

Karenanya hijrah bisa dimaknai sebagai momentum perubahan dan peralihan dari kemaksiatan menuju ketaatan, dari segala bentuk kejahiliyahan menuju Islam dan dari masyarakat jahililyah menuju masyarakat Islami.

Di zaman modern dan serba canggih sekarang ini, kemajuan sains dan teknologi berkembang sangat pesat. Manusia memang bisa terbang ke bulan tetapi mereka gagal membumikan dirinya sebagai hamba yang harus taat pada aturan Ilahi. Manusia memang menemukan mesin pencetak uang, tetapi mereka gagal mencetak orang-orang dermawan yang mampu membagikan uang pada mereka yang kekurangan. Medsos memang menjadikan hubungan jarak jauh lebih mudah dijangkau, tetapi gagal merekatkan hubungan yang dekat.

Tepat jika dikatakan bahwa sesungguhnya manusia sekarang  hidup di era jahililyah moderen. Kemajuan secara fisik telah dicapai, namun telah menjauh dari fitrah penciptaan, sebagai hamba Allah yang harus mengabdi pada Penciptanya dan sebagai khalifah fil Ardhi.

Telah banyak kerusakan, kedzaliman dan penindasan yang dilakukan antar manusia satu terhadap manusia lainnya. Telah banyak penderitaan, kerusakan dan ketidakadilan yang menimpa sebagian manusia karena dilakukan oleh manusia lainnya. Saling bertikai, ricuh bahkan perang untuk mencapai kepentingan kelompok masing-masing. Sungguh ini adalah sebuah musibah besar yang menimpa manusia karena tidak menjadikan Islam sebagai asas dan aturan Al Khaliq untuk mengatur semua aspek kehidupan.

Kondisi ini harus dirubah. Karena manusia dan perubahan itu adalah suatu keniscayaan. Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia  selalu menginginkan kehidupan yang lebih baik dan lebih menentramkan.

Saatnya menjadikan hijrah tidak hanya sekedar pada kehidupan individu, tetapi berhijrah dalam skala yang lebih besar.

Kaum muslimin memerlukan tatanan baru, yakni tatanan kehidupan yang akan menjadikan manusia berjalan sesuai fitrahnya. Tatanan inilah yang dibangun oleh Rasulullah pada saat hijrah, tatanan kehidupan yang dibangun berdasarkan ideologi dan sistem Islam. Spirit hijrah seperti inilah yang harus diwujudkan. Yaitu spirit penegakan Islam pada tataran individu, masyarakat dan negara. Spirit yang mendorong kita untuk segera meninggalkan sistem dan hukum yang bukan berasal dari Allah.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak