Fitri Rahmadhani.S
(Muslimah Perindu Surga)
Menyukai sesuatu adalah bagian dari naluri. Namun, jika naluri ini tidak terkontrol oleh pemahaman Islam yang kokoh, maka pemenuhannya akan dengan jalan yang keliru. Salah satu contohnya yaitu menggemari drama Korea.
Drama Korea telah mewabah selama beberapa tahun terakhir. Dengan pesatnya perkembangan teknologi, akses untuk menyaksikan salah satu produk gelombang Korea (Hallyu) ini pun menjadi lebih mudah. Konten drama Korea yang biasanya hanya terdiri dari 16 sampai 20 episode tak jarang membuat pemirsa ingin mengikuti kisahnya sampai akhir secara maraton (binge-watching). Alhasil, segala cara dilakukan, mulai dari menonton semalaman, menyaksikan lewat ponsel genggam di transportasi umum, hingga memanfaatkan waktu libur.
Kebiasaan tersebut bukan tak mungkin dapat menimbulkan dampak negatif bila dilakukan secara berlebihan. Misalnya, pada apa yang dialami seorang perempuan asal Nanjing, China yang hampir buta karena menonton drama Korea, 2016 lalu. Dia harus memeriksakan diri ke sebuah rumah sakit setelah kedua matanya memerah dan perih. Kondisi itu ia rasakan usai menyaksikan drama Korea selama 18 jam tanpa henti di akhir pekan. China Daily melaporkan bahwa selama kurun waktu tersebut, perempuan itu tak melakukan apapun selain makan dan tidur sejenak dan terpaku ke layar tablet miliknya untuk menyaksikan 16 episode seri Cheese In The Trap dan dua episode Descendants of The Sun(cnnindonesia.com/hiburan/20180317193844-220-283849/bahaya-candu-drama-korea). Sungguh banyak dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari kecanduan Korea yang telah menjadi budaya dikalangan pemuda ini.
Berikut ini ada lima penyakit psikologis yang diderita oleh banyak fans berat artis korea, meskipun tidak semuanya. Dilansir dari sumber (https://www.idntimes.com/science/experiment/asrizal/5-penyakit-psikologis-yang-banyak-diderita-kpopers/full): Yang pertama, celebrity worship syndr ome yaitu suatu kondisi dimana individu menjadi terobsesi kepada seseorang atau beberapa selebriti serta menjadi tertarik dengan kehidupan pribadi sang selebriti. Dikutip dari jurnal penelitian universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, tingkatan yang paling parah sindrom ini ialah menganggap sang idola akan membantunya, menolongnya dari kesusahan dan bahkan menganggap sang idola akan senang jika mereka masuk menjadi bagian dari keluarga atau mantan pacarnya. Penderita sindrom ini tidak akan rela jika idolanya dihina atau dikata-katai oleh orang lain. Kedua, pembelian kompulsif, biasanya fans yang seperti ini akan membeli barang dengan jumlah banyak secara terus-menerus, tanpa memikirkan resiko keuangan dan prilaku kompulsif ini sangat susah dikontrol, contohnya membeli album, aksesosris dan lain – lain yang berkaitan dengan sang idola. Ketiga, delusi erotomania yakni merupakan delusi atau keyakinan yang menganggap sang artis menyukai dirinya. Keempat, halusinasi berlebihan, fans yang mengalami ini biasanya meyakini bahwa ia merasa melihat sang idola atau mendengar suara sang idola, atau mungkin ia bisa meraba sang idolanya. Kelima,werther effect, masih ingat kasus bunuh diri salah satu personel boyband SHINee yang diikuti oleh fans dari indonesia? Fenomena ini disebut sebagai werther effect, meniru tindakan tersebut agar dapat menunjukkan kesetiaanya pada sang idola. Sungguh memprihatinkan bukan?
Maka hati-hatilah kita, khususnya sebagai kaum Muslim, karena melihat pengaruh buruk yang cukup besar yang disajikan oleh budaya asing salah satunya pada tontonan Korea. Baik berupa musik atau boyband Korea yang menampilkan wajah-wajah tampan mereka sehingga seseorang mudah terhasut dan selalu ingin berada dekat dengan orang-orang tersebut. Khususnya bagi para kaula muda. Dimana kecenderungan mereka untuk meniru gaya Korea (non Muslim) tanpa menyaring antara benar dan salahnya.
Padahal, ada sebuah hadits dari Anas bin Malik riwayat Ahmad dengan sanad yang shahih, beliau berkata, “Ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah Saw. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, ada seorang yang mencintai orang lain, tapi dia tidak mampu beramal seperti amalnya.” Maka Rasulullah Saw. bersabda yang artinya,“Seseorang akan bersama dengan orang yang dicintainya.” Dari hadist diatas maka dapat disimpulkan bahwa di akhirat kelak, kita akan berkumpul dengan orang-orang yang kita cintai. Termaksud dengan idola yang selalu kita dambakan, bayangkan jika idola yang kita sukai adalah seorang kafir yang jelas diharamkan surga baginya.
Demam Korea bagi generasi Muslim sejatinya adalah masalah sekaligus musibah yang harus ditangani dengan serius. Karena ini bukan perkara yang hanya bersifat individual melainkan telah terstruktur dan sistematis ditengah masyarakat. Peran Negara sangatlah dibutuhkan. Namun, negara atau pemerintah kita saat ini justru menyediakan fasilitas berupa konser bahkan jumpa fans. Hingga terkesan kalau Negara kita jauh dari tanggung jawab dalam melindungi para generasinya. Sistem Sekular yakni pemisahan agama dari kehidupan telah menggiring masyarakat dengan penduduk Muslim terbanyak di Negara ini rusak akidah dan ahlaknya karena budaya asing. Negara tak peduli pada bahaya yang ditimbulkannya kelak, yakni melandanya krisis akidah dan mental pada para generasi bangsa.
Sejatinya, hanya negara Islam dan penerapan hukum Islam secara kaffah lah yang mampu memperbaiki kerusakan-kerusakkan yang terjadi bahkan melakukan antisipasi sebelum terjadi. Dimana Negara Islam tidak akan membebaskan masuknya budaya-budaya asing baik melalui media maupun kehadirannya langsung yang dapat merusak akidah dan mental masyarakatnya. Negara Islam justru akan mengajarkan para generasi muda untuk memiliki pola pikir yang jernih dan cemerlang agar tidak lagi terjerumus kedalam kemaksiatan, bermodal kurikulum pendidikan dan media sebagai sarananya. Sarana itu pula yang akan memotivasi para generasi untuk menyukai dan menggemari kisah-kisah kehidupan dan perjuangan para nabi dan orang-orang soleh terdahulu yang patut dijadikan teladan hidup. Sehingga terciptalah generasi yang berakidah Islam yang utuh dan bermental pejuang untuk membela agama dan bangsanya. Wallahu a’lam.