Gambaran Abad Keemasan di Era Khilafah



Oleh Tri Maya 
(Anggota Revowriter)


Ide khilafah akhir-akhir ini semakin menggema hingga kepelosok negeri. Ibarat jamur yang tumbuh di musim hujan, ide khilafahpun mengalami hal demikian. Meski disisi lain masih saja berhamburan para pembenci khilafah. tetaplah khilafah sebagai sebuah konsep shohih memiliki daya juang dan daya jual tersendiri. Serangan demi serangan untuk memadamkan cahaya Islam terus bergulir, sebut saja perkataan dari Guru Besar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Profesor  Dede Rosyada (kamis 19/9) bahwa “Kalau ideologi khilafah itu dibiarkan berkembang, partisipasi masyarakat dalam politik akan sangat dibatasi. Karena sejarah khilafah yang baik, hanya pada masa Abu bakar, Umar, dan separuh pemerintahan Ustman bin Affan. Selebihnya sudah dimiliki dinasti atau kerajaan, kekuasaan ada pada khalifah, dan rakyat tidak memiliki peran. Ini (Khilafah) jelas kemunduran dalam kehidupan bernegara di zaman modern ini. Pada tahap selanjutnya, kata Dede, jika ideologi tersebut dibiarkan tumbuh dan berkembang akan mengakibatkan apatisme di kalangan masyarakat. Karena semua hal akan diatur oleh negara yang memiliki ideologi khilafah. Dalam keadaan demikian ‘kaku’ masyarakatnya juga akan memiliki keterbatasan untuk melahirkan karya. Oleh karenanya, dalam rangka mengantisipasi hal tersebut, ia mengimbau pemerintah untuk mengambil langkah tegas terhadap gerakan yang bermuara pada pendirian negara khilafah. “Pemerintah harus lebih tegas memantau pergerakan-pergerakan yang terindikasi mengusung ideologi khilafah itu, baik yang dilakukan pada kajian-kajian maupun gerakan-gerakan masif lainnya yang akan dapat mengganggu stabilitas negara ini. Tidak boleh dibiarkan. Sudah tepat itu organisasi yang menanunginya telah dibubarkan,” tuturnya.

Secara, tidaklah tepat apa yang dikatakan oleh Sang Profesor bahwa khilafah adalah sebuah ideology. Karena karakteristik ideology haruslah memiliki yang namanya fikroh (ide-ide pemikiran) dan thoriqoh (metode pelaksanaan). Dan dari sini kita hanya akan menemui 3 macam saja ideology di dunia yaitu Islam, Kapitalis dan Sosialis. Sedangkan khilafah  didefinisikan sebagai sebuah sistem kepemimpinan umum bagi seluruh kaum Muslim di dunia untuk menerapkan hukum-hukum Islam dan mengembangkan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Orang yang memimpinnya disebut Khalifah, dapat juga disebut Imam atau Amirul Mukminin. Jadi, khilafah bukanlah ideology, tapi dia adalah system pemerintahan yang berasas ideology Islam.

Fakta Real Peradaban Era khilafah

Dusta jika ada yang mengatakan di era khilafah terjadi yang namanya kemunduran dan keterbelakangan masyarakat. Belum ada peradaban yang bertahan lebih dari 13 abad lamanya kecuali Khilafah Islamiyah. Sejak Rasulullah SAW membangun negara Islam pertama di Madinah dan kemudian dilanjutkan oleh para khalifah, Islam diterapkan di tengah masyarakat yang majemuk secara nyata. Hasilnya, berbagai kemajuan luar biasa lahir dari sana. 


Tak hanya sebuah teori, kejayaan Islam itu nyata. Bahkan kemajuan Islam itu mewarnai peradaban lain. Sebuah buku berjudul “What Islam Did For Us: Understanding Islam’s Contribution to Western Civilization” (London: Watkins Publishing, 2006), karya Tim Wallace-Murphy, memaparkan data tentang bagaimana transfer ilmu pengetahuan dari dunia Islam ke Barat pada zaman yang dikenal di Barat sebagai Zaman Pertengahan (the Middle Ages). Ia menyebut, Barat telah berutang kepada Islam. ”Utang Barat terhadap Islam adalah hal yang tak ternilai harganya dan tidak akan pernah dapat terbayarkan sampai kapan pun,” kata Tim Wallace-Murphy. Contoh dibidang pendidikan yang menjadi perhatian para khalifah. Ini tidak lain karena hal itu telah dicontohkan oleh Nabi SAW. Perhatian Nabi terhadap dunia pendidikan ini sangat besar. Tak heran jika kemudian para khalifah membangun berbagai lembaga pendidikan mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi. 

Tujuannya tidak lain adalah meningkatkan pemahaman umat terhadap agama, sains dan teknologi. Semua gratis. Selama masa Kekhalifahan Islam itu, tercatat beberapa lembaga pendidikan Islam yang terus berkembang dari dulu hingga sekarang. Kendati beberapa di antaranya hanya tinggal nama, nama-nama lembaga pendidikan Islam itu pernah mengalami puncak kejayaan dan menjadi simbol kegemilangan peradaban Islam. Antara lain, Nizhamiyah (1067 -1401 M) di Baghdad, Al-Azhar (975 M-sekarang) di Mesir, al-Qarawiyyin (859 M-sekarang) di Fez, Maroko dan Sankore (989 M-sekarang) di Timbuktu, Mali, Afrika. Beberapa lembaga itu berhasil melahirkan tokoh-tokoh pemikir dan ilmuwan Muslim yang sangat disegani. Misalnya, al-Ghazali, Ibnu Ruysd, Ibnu Sina, Ibn Khaldun, Al-Farabi, al-Khawarizmi dan al-Firdausi. Tidak hanya menerima murid kalangan warga negara sendiri, lembaga pendidikan Islam ini pun menerima para siswa dari Barat. Bahkan pemimpin tertinggi umat Katolik, Paus Sylvester II, turut menjadi saksi keunggulan Universitas Al-Qarawiyyin. Pasalnya, sebelum menjadi Paus, ia sempat menimba ilmu di salah satu universitas terkemuka di dunia saat itu.
Dalam hal teknologi kaum Muslim telah menemukan teknologi pertanian dan irigasi diabad ke 8 dan 9 M. Mereka mampu memproduksi gandum yang tiada taranya. Kecanggihan teknologi masa ini juga terlihat dari peninggalan-peninggalan sejarahnya. Seperti arsitektur mesjid Agung Cordoba; Blue Mosque di Konstantinopel; atau menara spiral di Samara yang dibangun oleh khalifah al-Mutawakkil, Istana al-Hamra (al-Hamra Qasr) yang dibangun di Seville, Andalusia pada tahun 913 M. Sebuah Istana terindah yang dibangun di atas bukit yang menghadap ke kota Granada.

Di bidang kesehatan, khilafah mengenalkan konsep rumah sakit. Konsep ini belum pernah ada sebelumnya. Saat itu di Eropa, orang sakit diobati secara mistik. RS pertama dibangun atas permintaan Khalifah Al-Walid (705 M – 715 M). Pembangunan RS secara masif dilakukan pada era Khalifah Harun ar-Rasyid (786-809 M). Setelah berdirinya RS Baghdad, di metropolis intelektual itu mulai bermunculan RS lainnya di seantero jazirah Arab. Di berbagai rumah sakit semua pasien dari agama apa pun dan suku manapun dan kelas ekonomi apapun mendapatkan pelayanan prima tanpa dipungut biaya. Tak ada pasien yang ditolak untuk dirawat dan berobat. Bangsal pasien laki-laki dipisah dari pasien perempuan.

Di bidang militer, para sarjana Islam menemukan dan mengembangkan bubuk mesiu serta senjata peledak mulai awal abad ke-12. Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II, Kerajaan Usmani sudah mulai mengembangkan senjata meriam, paling mutakhir saat itu. Khilafah juga membangun galangan kapal untuk memproduksi kapal-kapal besar nan canggih sehingga mampu mengusai laut saat itu.

Hal lain yang menjadi tolok ukur sebuah peradaban adalah bagaimana suatu negara mampu menyejahterakan rakyatnya. Kejayaan ekonomi Khilafah telah muncul di awal-awal peradaban Islam. Di era pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab selama 10 tahun, di berbagai wilayah (provinsi) yang menerapkan Islam dengan baik, kaum Muslimin menikmati kemakmuran dan kesejahteraan. Buktinya, tidak ditemukan seorang miskin pun oleh Muadz bin Jabal di wilayah Yaman. Muadz adalah staf Rasulullah SAW yang diutus untuk memungut zakat di Yaman. Muadz pada masa Umar pernah mengirimkan hasil zakat yang dipungutnya di Yaman kepada Umar di Madinah, karena Muadz tidak menjumpai orang yang berhak menerima zakat di Yaman. Namun, Umar mengembalikannya. Demikian berulang pada tahun berikutnya. Umar pun memberikan gaji yang besar kepada pegawai negara. Hal yang sama terjadi di masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Semua rakyat pada waktu itu berkecukupan. Kemakmuran itu tak hanya ada di Afrika, tapi juga merata di seluruh penjuru wilayah Khilafah Islam, seperti Irak dan Basrah. Sampai-sampai tak ada lagi orang miskin yang berhak menerima zakat. Itulah sekelumit fakta sejarah peradaban di era khilafah. tak sedikitpun tampak terjadi yang namanya kemunduran dan ketidaksejahteraan masyarakatnya. Justru ideology kapitalis saat inilah yang semakin menampakkan kebusukan dan membuat masyarakat tidak sejahtera. Sudah saatnya kita kembali ke era khilafah. dan mencampakkan ideology kapitalis yang rusak dan merusak. Wallahu a’lam bish shawab. 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak