Belajar Hidup dari Kematian

(Oleh : Ummu Hanif – Anggota Lingkar Penulis Ideologis)



Salah satu putra terbaik bangsa Indonesia telah meninggalkan kita semua. Menghadap kekasih sejatinya, sang penggenggam jagat raya. Terlepas dari rasa duka yang masih tinggi, maka kematian selalu bisa menjadi pelajaran bagi kita semua.

Kematian akan menghampiri setiap anak manusia. Rasulullah SAW mengingatkan umatnya untuk selalu bersiap diri pada kematian. Diriwayatkan dari Syahr bin Husyab dia berkata, "Rasulullah SAW ditanya tentang beratnya kematian, Beliau SAW bersabda, "Kematian yang paling ringan adalah seperti bulu wol yang tercerabut dari kulit domba."

Nasihat Ibnul Qayyim menarik untuk direnungkan. Beliau berkata, "Jalanilah hidup setiap hari seakan-akan hari terakhir dalam hidupmu. Kelak hari (terakhir) itu akan benar terjadi dalam hidupmu." Dan Ali Zaenal Abidin membuat puisi penutupnya, "Menjadi (orang) asing bukanlah karena mengunjungi Suriah dan Yaman. Menjadi asing adalah saat masuk liang lahat dan berbungkus kain kafan". 

Maha suci Allah yang menguasai (segala) kerajan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu, yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Qs. Al-Mulk : 1-2)
Maka dari itu, merupakan keharusan bagi setiap orang yang hidup untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian. Bahkan, persiapan itu dilakukan harus secara optimal. karena kematian itu sesuatu yang pasti datangnya.  Dan juga karena kehidupan setelah kematian merupakan perjalanan yang panjang. Perjalanan yang hanya Allah ‘Azza wa Jalla yang tahu secara pasti berapa lamanya. Bahkan itu adalah perjalanan menuju kehidupan yang kekal abadi. 

Oleh karena itu, maka persiapan harus dilakukan setiap saat, tidak mengenal waktu karena kematian itu juga tidak kenal waktu dan tempat kedatangannya, ia menjemput yang bernyawa kapan saja dan dimana saja hanya Allah ‘Azza wa Jalla yang tahu saatnya dan tempatnya. Karena setelah kehidupan dunia ini, kita akan mempertanggungjawabkan seluruh amal kita. 

Maka hal menarik di sini yang perlu kita renungkan kembali adalah, sosok seperti apakah kita selama ini. Sudahkah kita menjadi Sosok pejuang dan penjaga islam? Ataukah kita malah menjadi penghalang diterapkannya islam.

Wallahu a’lam bi ash showab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak