Oleh : Binti Adib
Masih segar dalam ingatan kita bahwa tol Ngawi-Kertososno belum lama diresmikan . Pembangunannya didanai dari utang pada pihak asing.
Peneliti dari Institute for Development off economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira berkaitan pembangunan infrastruktur masif di era Jokowi mengatakan,"Problemnya kalau kita lihat dari nafsu atau mimpi besar Jokowi untuk membangun infrastruktur itu APBN tidak cukup. Pastinya tidak akan cukup. APBN itu sebagian besar sudah habis 23 persen habis untuk belanja pegawai, sebagian lagi untuk belanja operasional dalam bentuk belanja barang, pengadaan itu sifatnya konsumtif" .
Diberitakan di KOMPAS.com pada tanggal 11 Juli 2019 ,Direktur Utama PT Waskita Toll Road (WTR) Herwidiakto menyatakan, siap melego saham dua saham ruas tol mereka, yaitu Tol Solo-Ngawi dan Tol Ngawi-Kertosono, dalam waktu dekat.
Menurut rencana dana hasil divestasi tersebut akan dipakai untuk investasi proyek yang lain.
Pertanyaan yang muncul apakah pembangunan dengan utang yang tidak kecil tersebut berdampak pada pertumbuhan ekonomi ?
Banyak pakar ekonomi Indonesia berpandangan, bahwa utang luar negeri merupakan faktor yang paling menentukan dalam menggerakkan ekonomi negara ini. Pandangan seperti ini yang menguatkan kebijakan Pemerintah mengambil utang sebanyak-banyaknya yang bisa diberikan baik oleh negara lain maupun pihak swasta internasional.
Menurut Salamuddin Daeng,bahwa ternyata peningkatan utang pemerintah secara fantastis tidak menolong pertumbuhan ekonomi. Padahal utang meningkat secara cepat, sementara ekonomi bergerak melambat. Mengapa bisa terjadi?(KEDAIPENA)
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam lima tahun terakhir bergerak sekitar 4,75 % sampai 5,2 persen dan cenderung ke arah penurunan dalam masa mendatang.
Padahal utang luar negeri pemerintah dan otoritas moneter meningkat cepat dan sangat fantastis. Bayangkan pada tahun2014 senilai USD 129,736 miliar. Hingga kwartal I 2019 utang luar negeri pemerintah dan otoritas moneter mencapai USD 190,465 miliar. Utang pemerintah dan otoritas moneter meningkat 47 %. Ini adalah peningkatan yang sangat besar.
Peningkatan utang terutama utang pemerintah dalam jumlah besar, namun pertumbuhan ekonomi cenderung menurun. Secara teori ,menurut Salamuddin Daeng, tidak terjadi dalam praktek dunia usaha secara umum. Bisa dikatakan fenomena ini keluar dari jalur teori-teori ekonomi yang dipercaya dewasa ini. Tentu kondisi tersebut menimbulkan pertanyaan. Dana tersebut dikemanakan ?
Berkaitan dengan utang luar negeri. Kita juga perlu berhati-hati. Jangan sampai kita terkena kasususeperti yang menimpa negara lain. Diplomasi jebakan utang.
Dalam upayanya mengukuhkan pengaruh ekonomi dan politik di dunia, Pemerintah Cina kini mengucurkan dana miliaran dolar berupa pinjaman lunak kepada negara-negara miskin dan berkembang. Dana pinjaman itu umumnya digunakan dalam proyek-proyek infrastruktur.
Negara-negara miskin dan berkembang terpikat oleh tawaran pinjaman murah dari Cina demi membangun proyek-proyek infrastruktur. Kemudian, ketika negara bersangkutan tak mampu memenuhi jadwal pembayaran utangnya, Beijing akan menuntut konsesi atau ganti-rugi lainnya sebagai bentuk penghapusan utang. ( REPUBLIKA.CO.I)
Namun apa yang terjadi ketika negara penerima tak sanggup membayar pinjamannya? Sejumlah pengamat memperingatkan Beijing kini mempergunakan pinjaman sebagai bentuk jebakan. Tujuannya, memungkinkan negara itu mengukuhkan pengaruhnya di dunia.
Srilanka akhirnya menyerahkan pelabuhan Hambantota Port sebagai bagian pelunasan utang mereka ke Cina. (Wikimedia Commons)
Masalah yang dihadapi oleh banyak negara, termasuk Indonesia, dalam membangun proyek infrastuktur adalah kesalahan dasar, akibat pilihan sistem ekonomi yang salah, bahkan merusak. Akibatnya, dengan seluruh kekayaan yang dimilikinya, tidak mampu membangun infrastuktur yang dibutuhkan untuk kemaslahatan publik. Jangankan untuk membangun infrastuktur, untuk membiayai biaya penyelenggaraan negara saja harus ngutang.
Kebijakan mendasar suatu negara terkait dengan pembangunan tidak bisa dilepaskan dari sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem ekonomi yang berasal dari Yang Maha Pencipta akan mendatangkan kemaslahatan bagi manusia.. Menyangkut kepemilikan barang,, pengeloaan kepemilikan, termasuk distribusi barang dan jasa di tengah-tengah masyarakat diatur berdasar petunjuk Sang Pencipta. Dengan menerapkan sistem ekonomi ini, negara akan mempunyai sumber kekayaan yang cukup untuk membiayai penyelanggaraan negara. Termasuk memastikan terpenuhinya seluruh kebutuhan dasar rakyatnya, baik kebutuhan pribadi maupun kelompok, seperti sandang, papan, pangan, kesehatan, pendidikan dan keamanan. Pada saat yang sama, ekonomi negara tumbuh dengan sehat, karena produktivitas individu yang terjaga.
Dengan begitu, ketika negara harus membangun infrastruktur, karena ledakan penduduk,atau kurangnya sarana prasarana,maka negara mempunyai banyak pilihan. Masalah penyelenggaraan negara,pemenuhan kebutuhan dasar rakyat sudah beres.
Apabila negara mempunyai cukup dana ,pembangunan infrastruktur tidak akan membebani rakyat,diambilkan dari kas negara. Akan tetapi jika negara tidak mempunyai dana yang cukup,karena sudah terkuras ataupun karena bencana,negara bisa mengambil pajak dari penduduk yang mampu jika proyek itu vital. Sedangkan jika proyek itu tidak mendesak, bisa ditunda pembangunannya. Saatnya kita merujuk petunjuk Allah Sang Pencipta alam semesta dalam mengelola negeri.