Apa Makna Hijrahmu?




Oleh: Yuli Ummu Raihan
(Member Akademi Menulis Kreatif)


Selamat tahun baru Hijriyah 1441 HH semoga tahun baru membawa semangat baru, perubahan kearah yang lebih baik, dalam segala hal.

Beragam bentuk kegiatan yang dilakukan kaum Muslimin dalam menyambut tahun baru Hijriyah kali ini, dan khusus tahun ini kita dapat merasakan euforia yang sangat tinggi dari umat Islam di Indonesia. Mulai dari mengadakan tablig akbar, pawai obor, hingga parade panji Rasulullah al liwa dan arroya yang hampir dilaksanakan di seluruh pelosok negeri.

Tidak terkecuali di media sosial khususnya Twitter bertebaran foto dan vidio orang-orang yang membawa  bendera tauhid yang dalam postingannya disertai dengan tagar #KhilafahWillBeBack dimana membubuhkan caption tentang hijrah dan sistem Khilafah.

Dari pantauan VIVA, 1 Septemer 2019 diketahui bahwa selama ini yang paling getol menyerukan hadirnya khilafah adalah HTI yang telah resmi  di cabut BHP nya oleh pemerintah karena diduga tidak sesuai dengan falsafah Pancasila.

Selama ini kita memaknai hijrah hanya sebatas perpindahan tempat semata, yaitu hijrahnya Nabi Muhammad saw dari Mekkah ke Madinah. Padahal dibalik perpindahan ini ada makna lebih besar dibaliknya.

Hijrahnya Nabi Muhammad saw adalah langkah awal bagi tegaknya Islam sebagai sebuah ideologi dan Sistem dalam institusi negara ketika itu, yaitu Daulah Khilafah.

Hijrahnya Nabi Muhammad saw membawa perubahan besar dalam kehidupan kaum Muslimin. Baik dari aspek akidah, sosial, ekonomi dan politik.

Jika dahulu Nabi Muhammad saw hijrah dari sistem jahiliyah kepada Islam maka seharusnya kita melakukan hal yang sama. Hijrah dari sistem demokrasi kepada Islam kaffah. Karena sejatinya hidup di Sistem demokrasi tak ubah hidup di zaman jahiliyah versi modern, atau justru lebih jahiliyah dari masa itu.

 Jika pada masa jahiliyah orang-orang hanya membunuh anak perempuan karena dianggap aib, tidak memberi kebanggaan, maka hari ini tidak hanya anak perempuan yang dibunuh, bahkan belum jelas kelaminnya ( masih dalam kandungan) sudah dibunuh/ aborsi dengan atau tanpa alasan.

Jika di zaman jahiliyah orang-orang  menyembah berhala (selain Allah) maka hari ini pun sama. Manusia hidup dengan azas sekuler (memisahkan agama dari kehidupan), mengakui Allah sebagai pencipta, tapi bukan pengatur, sehingga mereka hidup dengan aturannya sendiri.

Dari sisi sosial jika dulu manusia hidup bebas, minum-minuman keras, khamar, zina, judi maka saat ini kondisinya lebih parah.
Kemaksiatan jadi tontonan sehari-hari pelakunya merata baik dari anak-anak, remaja, dewasa, lansia, rakyat biasa hingga pejabat negara.
Zina sudah terang-terangan, bahkan difasilitasi, LGBT, narkoba, miras, dan tindakan kriminal lainnya. Korupsi merajalela, orang baik dikriminalisasi pendosa diberi penghargaan.

Disisi ekonomi, jika dulu masyarakat jahiliyah hidup dengan cara-cara yang haram seperti riba, penipuan dll, maka sekarang pun sama.
Ekonomi kita berbasis kapitalis. Riba menjadi basis kegiatan ekonomi, belum lagi transaksi batil lainnya. Bahkan negara adalah pelaku utama riba dengan menumpuk utang ribawi yang entah kapan akan bisa dilunasi.

Maka hijrah kita hendaknya disertai perpindahan aturan hidup dari sistem jahiliyah modern ( demokrasi) kepada sistem Islam.

Tak hanya Indonesia bahkan dunia wajib ikut hijrah karena sistem demokrasi yang saat ini diterapkan telah nyata dan terbukti tidak memberi perubahan apalagi kesejahteraan. Yang ada hanya menimbulkan masalah demi masalah.

Bangkitnya seseorang itu tergantung kepada pemikirannya, dan pemikiran ini yang akan membentuk tingkah laku dan mempengaruhi sikap seseorang.

Maka maknailah hijrah kita dengan perubahan pemikiran, bahwa saat ini kita butuh sebuah aturan hidup  yang baru. Sistem hidup yang  dibuat oleh sang pencipta yang menjadi solusi atas semua problematika hidup saat ini, yaitu Khilafah.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak