Oleh : Dede Arnisah
( Aktivis Dakwah Lubuk Pakam )
Pada musim ini dunia perfilman di Indonesia dihantui oleh film-film yang beradegan miris bahkan tragis. Ada sebuah film yang ditunggu-tunggu khususnya oleh para remaja untuk dijadikan sebagai tontonan yang wajib ditonton bagi mereka. Telah dirilis sebuah film dengan judul "Dua Garis Biru". Film yang baik dalam menggerogoti pikiran serta akhlaknya para remaja.
Jakarta (ANTARA) - Film berjudul Dua Garis Biru yang baru tayang di bioskop hari ini dinilai sangat menggambarkan nilai-nilai yang ingin ditanamkan dalam program remaja di Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Film yang berjudul "Dua Garis Biru" mengisahkan tentang kehidupan yang sering terjadi saat ini pada anak usia remaja khususnya pelajar. Dimana semua berawal dari bebasnya pergaulan hingga pacaran dan berakhir pada penghinaan. Lantas nilai-nilai apa yang ingin dicontohkan dari film ini? Nilai-nilai seks? Pergaulan? Percintaan? Atau penghancuran generasi?
Para orang tua harusnya khawatir akan arus perfilman yang semakin hari semakin memilukan. Film-film yang tidak mendidik menjadi konsumsi sehari-hari bagi anak negeri. Beginilah ketika masih berada dalam lingkaran kehidupan sistem liberal. Para kapitalis seolah memiliki peluang yang besar dalam menyusupi kebebasan-kebebasan yang tak terarah dalam dunia perfilman demi mencapai keuntungan.
Ketika uang menjadi pandangan, akhlak-akhlak anak negeri tidak lagi terpikirkan. Mereka berlomba-lomba dalam memproduksi film yang kekinian sebagaimana halnya yang terjadi dalam kehidupan sekarang, khususnya kehidupan remaja yang mulai hilang arah.
"Beberapa scene di trailer menunjukkan proses pacaran sepasang remaja yang melampaui batas, terlebih ketika menunjukkan adegan berduaan di dalam kamar yang menjadi rutinitas mereka. Scene tersebut tentu tidak layak dipertontonkan pada generasi muda, penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa tontonan dapat mempengaruhi manusia untuk meniru dari apa yang telah ditonton," isi di dalam petisi, dilihat detikHOT, Rabu (1/5/2019).
Sungguh miris ketika film-film yang tidak mendidik bahkan jauh dari kualitas ini sangat digandrungi anak-anak negeri. Penayangan film ini sungguh tidak layak. Karena adegan-adegan didalamnya pasti akan dijadikan contoh atau dapat ditiru oleh orang-orang yang melihatnya serta menjerumuskan pemikiran generasi muda.
Didalam sistem islam, film menjadi ladang dakwah serta menjadi salah satu sarana yang dapat dijadikan sebagai edukasi bagi rakyat. Sehingga apa-apa yang ditayangkan bersifat mendidik serta membentuk pola pikir yang baik yang dapat mengahsilkan tingkah laku yang baik pula.
Sistem islam mampu mengatasi penayangan-penayangan yang layak dengan menyaring film-film yang akan diproduksi. Sehingga film yang layak dikonsumsi adalah film-film yang dapat mendidik anak-anak negeri menjadi anak-anak yang berkualitas tinggi.
Akankah ingin tetap bertahan dengan sistem liberal yang terus menjerumuskan menghancurkan generasi? Atau beralih dengan sistem yang sempurna yang datangnya dari sang pencipta yang mampu mencetak generasi berkualitas? Saat nya umat kembali memperjuangkan syariat Islam secara totalitas, bersungguh sungguh untuk mnerapkan nya dalam kehidupan secara kaffah. Dan tentu semua itu aturan dari segala aspek kehidupan yang berasal dari hukum syara` hanya bisa diterpkan dalam sebuah naungan Institusi yaitu Khilafah Ala Minhaji Nubuwwah. Wallahu A`lam Bishowab.