Oleh: Yozii Asy Syarifah
Member WCWH
Hal itu membuat masyarakat banyak yang menanyakan mengapa ibunya tega membunuh anaknya sendiri. Bayi yang berjenis perempuan itu tewas setelah mulutnya disumpal tisu toilet dan tali pusarnya dicabut, dari keterangan SNI dihadapan awak media mengatakan bahwa perempuan asal tenggarong ini sejatinya tak ingin hal ini terjadi . lantaran belum siap untuk menikah dan belum siap untuk memiliki anak, ia pun terpaksa melakukan hal itu. Padahal sang pacar yang diakui SNI telah siap untuk mengarungi rumah tangga bersamanya. “bukannya tega, cuman belum siap untuk dinikahi gitu saja, pasangannya mau nikah cuman aku belum mau nikah, umurku kan juga masih” kata SNI minggu (28/7/2019)
Tidak jauh beda dengan kasus yang terjadi diatas. Ini terjadi di daerah kampung pengungsiang yang menikah dengan teman hingga hamil lebih dulu. Sebut saja dini (nama samaran) usia 18 tahun. bulan April lalu ketika usianya masih 17 tahun dini menikah dengan teman sebayanya.
“sebenarnya tidak mau kawin cepat, cuman karena faktor begini kan, jadi kawin, kalau tidak begini kan pasti masih mau lanjut kuliah ku,” ketika di temui BBC news Indonesia Rabu (10/7/2019) dini beralasan, karena hamil diluar nikah, dirinya terpaksa menikah diusia yang tergolong masih dini.
Berbeda dengan dini yang menikah karena keterpaksaan , santi (nama samaran), menikah pada januari silam ketika dirinya masih berusia 14 tahun. Suaminya, adalah seorang pemuda berusia 20 tahun yang bekerja dipelabuhan.
“saya menikah sama dia karena kita sudah baku suka, tidak ada kata-kata untuk saling melepaskan. Kadang saya jo dilarang ketemuan, terpaksa lebuh baik kawin saja,” ungkap gadis berkulit sawo matang itu.
Santi terpaksa putus sekolah ketika duduk dibangku kelas dua sekolah menengah pertama, karena kondidi ekonomi yang tidak mendukung. Setelah gempa mengguncang vera selama beberapa minggu tinggal ditempat pengunsiang.
Setelah itu, dia tinggal dirumah neneknya.
Setelah berpacaran selama dua bulan dengan tetangganya, dia lalu memutuskan untuk menikah setelah ibu dan neneknya memergoki dia berpacaran.
“suami saya katanya belum pingin kawin. Jadi dia tuh memikirkan karena kita sudah berhubungan, terpaksa dia mau. Namanya juga kita saling menyukai. Jadi kata orang tua ya mau diapain, kawinin aja.”
Kasus diatas merupakan beberapa kasus yang terjadi di indonesia betapa tidak menurut data statistik kasus tidak hanya kasus aborsi kasus hamil diluar pernikahan juga semakin meningkat dan pernikah dinipun sudah meningkat walaupun motifnya beda-beda.
Dari sekian banyak kasus yang terjadi di negeri kita tercinta timbul pertanyaan apa yang penyebab sehingga kasus tersebut seolah menjadi berita yang lumrah baik kalangan perkampungan apatah lagi perkotaan.
Nah semua ini karena diterapkannya sistem sekuler demokrasi, nah loh.
Ia ini terjadi karena diterapkannya kebebasan dalam berperilaku, kebebasan untuk berekspresi. Sehingga masyarakat baik yang muda maupun tua bebas melakukan sesuatau karena mereka beranggapan saya dilindungi oleh Undang-undang, dan atas suka sama suka ya tidak mengapa.
Maka wajar saja jika pergaulan remaja hari ini tidak bisa dibendung mereka bebas melakukan apa saja, mau boncengan sama yang bukan mahrom tidak mengapa toh mereka suka sama suka hingga berujung pada seks bebas.
Belum lagi tidak adanya kontrol dari masyarakat jangankan masyarakat orang tua dari remaja saja kadang mereka abai terhadap pergaulan anaknya.
Sistem sekuler demokrasi akan menghasilkan para orang tua yang sekuler dan kapitalis, mereka hanya fokus pada mencari materi untuk memenuhi kebutuhan materi untuk keluarga sehinngga mereka tidak lagi memperhatikan bagaimana anaknya. Jika sudah seperti itu siapa yang mampu memperbaiki kondisi generasi hari ini karena negara juga seolah abai terhadap sistem pergaulan remaja.
Maka tidak ada solusi selain kembali kepada aturan yang berasal dari sang pencipta yang maha Tau yang terbaik untuk manusia. Sebagaimana Rasulullah manusia mulia yang dikirim oleh Allah untuk ummat manusia sebagai teladan dalam menjalani kehidupan sudah mencontohkan.
kehidupan wanita dan pria itu terpisah, walaupun memang kita meyakini bahwa Allah sudah memberikan naluri berupa melestarikan keturunan (garizah al-naw’ tetapi cara melestarikannya juga keluar dari syariat islam (pacaran) tentunya bukan dengan cara-cara yang sudah dilakukan oleh beberapa remaja tersebut. Hingga membuat diri wanita seolah tak berharga lagi bebas diperlakukan apa saja atas nama cinta. Maka tidak ada cinta yang paling tinggi kecuali cinta kepada Allah dan Rasulnya dengan taat kepada semua aturan yang sudah di syariatkan.
Maka suadah saatnya kita kembali kepada ideologi islam yang sudah jelas-jelas aturannya datang dari sang pencipta yang tidak ada keraguan didalamnya, yang dengan itu wanita akan dimuliakan.
Wallahu ‘lam
Tags
Opini