Oleh: Sri Yana
Benarkah sistem kapitalisme sudah mengakar di Indonesia? Pertanyaan tersebut membuat kita tercengang, memang pada faktanya bahwa orang yang memiliki modal atau uang, merekalah yang berkuasa. Tak disangkal orang yang berkuasa atau memiliki uang dapat membeli segalanya, termasuk jabatan.
Makanya di Indonesia tak aneh lagi dengan yang namanya korupsi. Sampai-sampai pernah seorang mantan narapidana, membuat lagu koruptor Gayus Tambunan yang bisa jalan-jalan ke Bali ketika sedang menjalani masa tahanan di penjara. Itu membuktikan uang adalah segalanya. Hal tersebut menunjukkan bahwa sudah sejak lama Indonesia menganut sistem kapitalis liberal yang sejalan dengan penerapan sistem demokrasi berbiaya mahal.
Sebagaimana dikutip m.republika.co.id, 14/8/2019 "Ketika kita berkompetisi (pilpres dan pilkada), wani piro. Saya enggak tahu lembaga pengkajian Universitas Indonesia (UI) ini sudah mengkaji wani piro itu saya enggak tahu, praktiknya yang saya tahu money is power, bukan akhlak, bukan kepribadian, bukan attitude, bukan juga ilmu pengetahuan. Above all, money is power," kata Surya Paloh, di Jakarta, Rabu (14/8).
Itu berarti menunjukkan bahwa pada pemerintahan di Indonesia sistem kapitalis liberal ini sudah menjadi tradisi pada lingkungan pemerintahan. Sehingga sistem inilah yang bertanggung jawab terhadap rusaknya tatanan masyarakat diberbagai aspek (politik, sosial, budaya, hukum dan pertahanan keamanan karena tegak di atas asas sekulerisme, liberalisme dan materialisme.
Oleh karena itu, tinggalkan sistem kapitalis liberal yang menyengsarakan umat. Sistem ini harus segera diganti dengan sistem yang sahih, yakni sistem Islam yang merupakan rahmat bagi seluruh alam, menjamin kesejahteraan hakiki bagi seluruh umat dan mewujudkan keberkahan hidup di dunia dan akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT:
"Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam. (TQS. Al Anbiya: 107)
Pada masa Rasulullah SAW, yang berhasil dengan sistem Daulah Khilafah membangun kota Madinah sebagai pusat ekonomi, politik, dan negara, merupakan tradisi baru dalam percaturan budaya Arab. Munculnya negara Islam Madinah dengan Muhammad Saw sebagai pemimpin, adalah revolusi model baru dalam konteks spiritual, pemikiran, dan budaya, yang mengantarkan apresiasi dunia untuk mengakui kekuatan moral dan agama sebagai tonggak hubungan relasi antar manusia yang berpadukan akhlak, persamaan, dan keadilan.
Madinah telah muncul sebagai prototipe negara modern yang mendominasi dunia dengan semangat moral yang mencengangkan dan menginspirasi. Kejayaannya telah mendobrak sejarah panjang pergumulan hubungan negara dan agama.
Sejarah membuktikan bahwa ia telah mewarnai dunia dengan corak idealisme Islam yang berakar pada keilmuan, pemikiran, ekonomi, dan sosial. Landasan ini didasarkan pada upaya reflektif intelektual untuk mencerna pemahaman dan prinsip politik pemerintahan Madinah yang merangkumi sistem ketatanegaraan, undang-undang, peradilan, akidah, syariah, dan hukum.
Wa'allahu a'lam bish shawab