Oleh : Titi Niswati, S. Pd.
Sudah bukan suatu hal yang mengagetkan, ketika saat ini ada seorang wanita yang tega membunuh anak kandungnya. Karena hal ini sering kita mendengar beritanya. Seperti berita kali ini datangnya dari BALIKPAPAN -
Dilansir dari news. okezone. Com Kasus pembunuhan terhadap anaknya sendiri yang dilakukan oleh remaja berinisial SNI (18) di dalam toilet Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Beriman pada Rabu 24 Juli sekira mendapat kritikan pedas dari masyarakat. Banyak yang mempertanyakan mengapa pelaku bisa tega membunuh dengan keji terhadap buah hatinya yang ia lahirkan.
Bayi berjenis kelamin perempuan itu tewas setelah mulutnya disumpal tisu toilet dan tali pusarnya dicabut. Setelah tewas, jasad bayi dimasukkan kedalam kantong plastik dan berencana membuangnya di luar. Aksinya pun ketahuan petugas rumah sakit saat hendak melarikan diri.
Dari keterangan SNI dihadapan awak media mengatakan bahwa perempuan asal Tenggarong ini sejatinya tak ingin hal ini terjadi. Namun lantaran belum siap menikah dan belum siap punya anak, ia pun terpaksa melakukan hal itu. Padahal sang pacar diakui SNI telah siap untuk mengarungi rumah tangga bersamanya.
Berita demikian memang terasa sudah bukan suatu hal yang aneh, karena memang banyak berita hal yang serupa. Namun sebagai seorang ibu, fitrahnya sudah tentu harusnya memiliki naluri kasih sayang dengan buah hatinya. Binatang saja akan melakukan apapun demi anaknya, sebuas buasnya harimau, tak akan tega membunuh anaknya.
Tetapi dalam kasus ini sungguh tak memiliki naluri ini, Fitrahnya sebagai manusia sudah tercabut. Heran juga hingga bisa terjadi ada wanita yang tak punya hati membunuh anak kandungnya dengan sangat keji. Yang dilakukannya tanpa pikir panjang, tanpa menghiraukan akibat dari setiap perbuatannya, berani berbuat namun tak berani bertanggungjawab.
Kenapa ini bisa terjadi? Kita harus mengetahui akar masalahnya dan mencari solusinya.
Kehidupan remaja saat ini, memang tak lepas dari pendidikan orangtua, sekolah, dan lingkungan. Faktor faktor ini menentukan kehidupannya dimasa depan.
Saat ini yang paling riskan adalah faktor lingkungan, lingkungan saat ini sungguh sangat bebas tak terkendali. Karena sebagai remaja disini belum mampu menentukan sikap alias labil.
Tentu hal ini tidak bisa dipisahkan dari ide penggagasnya yaitu Sekulerisme. Dalam sistem ini memisahkan urusan dunia dan urusan akhirat. Dalam urusan dunia mereka atur sendiri dengan kebebasan. Pergaulan bebas, hedonisme yang semua itu merusak generasi hingga mencabut fitrahnya sebagai manusia.
Dalam hal ini Negara gagal mendidik remaja berkarakter (yang siap bertanggung jawab pada pilihannya) dan melindungi mereka dari pergaulan bebas .
Dalam Islam sudah tentu sangat berbeda, karena hanya taat pada Sang Pencipta sudah tentu akan menghasilkan generasi yang sesuai harapan.
Islam merupakan sebuah sistem paripurna yang melindungi remaja dari kemaksiatan dan mendidik mereka dengan karakter syakhshiyyah Islam (siap bertanggung dihadapan Allah dlm menjalani kehidupan dunia)
Wallohu a'lam
Astagfirulloohaladziim,makan banyak korban dan makin banyak narapidana v gak membuat para napi kapok,huhukumannya gaknngepek,malh nambah sumpek sel tahanan,,,,
BalasHapus