Oleh : Mahdiyah Nashiroh
(Siswi Pesantren Darul Bayan)
Remaja milenial sekarang kebanyakan memiliki hp android digunakan untuk sosmed. Bahkan seorang ayah yang kerjanya tukang becak rela membelikan anaknya hp android, beliau mengumpulkan pundi-pundi penghasilannya untuk anak tercinta, beliau berkata, “Anak saya mau sepert teman-temannya yang memiliki hp layar sentuh, makanya saya mengumpulkan penghasilan saya untuk dia, mulai dari uang Rp.500 sampai uang Rp.2000 dan Alhamdulillah saya berhasil mengumpulkan uangnya”.
Ukhtifillah, pernahkah kita berpikir capek dan marahnya orang tua adalah bukti kecintaan mereka kepada kita? Tidak! Karena yang kita pikirkan hanyalah kesenangan seperti minta dibeliin mainan tanpa memikirkan apakah orang tua punya uang atau nggak. Dan yang dilakukan orang tua mengikuti kemauan anaknya agar dapat melihat kebahagiaan dari anak tercinta. Ketika orang tua mengikuti keinginan anaknya dengan harapan barang yang dikasih dapat digunakan seacara baik dan bermanfaat. Ternyata apa yang diharapkan orang tua tidak sesuai kenyataan. Ada apa dengan remaja? Remaja beranggapan gak punya hp android gak gaul, ini menunjukkan bahwa pemikiran remaja mulai terkikis sedikit demi sedikit oleh 3F (Fun, Food, and Fashion).
Menurut remaja saat ini, kebahagiaan yang hakiki adalah dengan memiliki hp android. Dari hp android kita bisa eksis mulai dari megirim foto ke medsos sampai melakukan hal yang tidak berfaedah. Seperti ada video yang didalamnya mengaku sebagai istri Iqbal Ramadhan. Dan luar biasa, video yang diposting di instagram itu dilihat banyak orang. Apakah remaja tersebut bangga? Yup, remaja itu merasa apa yang dia lakukan adalah suatu kebanggaan dan prestasi. Padahal kalau kita lihat, tidak ada yang harus dibanggakan dan dijadikan prestasi jika dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh Aisyah ra. Selain itu, ada pula remaja yang eksis di tik tok, mereka membuat video yang menurut mereka bagus meski harus membuat mereka terlihat seperti orang yang sudah tidak punya rasa malu.
Jika kita bandingkan dengan pemuda zaman dulu, sungguh sangat berbeda, seperti Muhammad Al-fatih yang menaklukkan Konstantinopel pada usia 23 tahun. Seharusnya ii yang dijadikan prestasi, bukan mengupload foto selfie seperti yang dilakukan kebanyakan remaja saat ini. Inilah yang menjadi pertanyaan besar, ada apa dengan selfie? Ternyata dengan selfie bisa menjadikan kita eksis, terbukti perbedaan ketika mengupload foto dan status, dimana lebih banyak like foto dibanding status berupa tulisan. Sebenarnya selfie itu hukumnya mubah (boleh), tapi lebih baik menjaga iffah (kehormatan) sebagai perempuan. Selain itu selfie bisa membawa malapetaka, seperti ada satu keluarga selfie di pinggir jurang, nitanya selfie tapi malah jatuh ke jurang. Naudzubillah.
Ukhtifillah, maka dari itu sebagai muslimah ideal bukan badannya ya tapi pola pikir dan tingkah lakunya (syaksiyah), kita harus menjadikan islam sebagai solusi dari segala problematika. Seperti apa sih solusinya? Ini dia.
Pertama, gunakan hp dengan sebaik-baiknya. Daripada mengupload foto tidak jelas karena hanya ingin eksis semata, lebih baik gunakan hp sebagai lading kita mengumpulkan amal jariyah seperti menulis. Ketika kita menulis terus ada yang baca lalu ia berubah, maka kita mendapat amal jariyah. Kita upload foto kemudian ada yang komen “cantik”, pastinya kita merasa senang. Jangan lupa teman, itu semua hanya titipan dari Allah SWT jangan sampai kita sombong walaupun sebesar biji dzarroh.
Kedua, menjaga iffah. Ketika kita mengupload foto di medsos, apakah kita bisa menjamin yang melihat hanya perempuan saja? jangan sampai ini menjadi dosa investasi kita ketika yang bukan mahrom melihatnya lalu menjadikannya sebagai alat fantasi mereka.
Ketiga, jangan mau jadi eksis dalam kemaksiatan. Jadi eksis itu nggak enak, soalnya suka lupa diri sama yang menciptakan kita. Lebih baik giat mencari Ridha Allah dan pahala agar kita bisa masuk surga dan menjadi orang yang bertakwa karena selfie tidak menjamin kita masuk surga.
*Sumber gambar google