Oleh : Khalida Abdul Rahman
Jika dulu slogan kapitalisme terhadap Islam adalah “Warn on Terorism”, kini isu tersebut hanyalah lagu lama permainan Amerika dan sekutunya. Hasil rancangan tersebut telah dibongkar melalui lisan-lisan mereka sendiri. Dampak permainan itu, kini Islam teroris tak laku lagi, bahkan menjadi bahan ejekan untuk pelakunya sendiri, Amerika dan sekutunya.
Tak mau kalah, kini isu tersebut mulai dikembangkan menjadi “Warn on Radicalism”. Sebenarnya, isu radikalisme sudah lama muncul, namun karena slogan utamanya yang ampuh untuk umat Muslim adalah terorisme, maka ketika isu Islam teroris telah mati sebagai gantinya, adalah radikalsme.
Kedua isu tersebut, diusung oleh sistem dan orang yang sama, maka tujuannya pun sama, yaitu menghadang laju kebangkitan Islam, melalui dakwah penerapan Islam Kaffah dalam bingkai Khilafah Islamiyyah ala’ manhaj Nubuwwah.
Jika radikal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengandung arti: mendasar (sampai pada hal yang prinsip); sikap politik amat keras menuntut perubahan (undang-undang, pemerintahan); maju dalam berpikir dan bertindak. Namun ketika kata tersebut ditambah dengan –isme, yakni radikalisme. Dalam KBBI, diartikan bahwa: paham atau aliran yang radikal dalam politik; paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaruan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis; sikap ekstrem dalam aliran politik.
Kata radikal tersebut, ketika berubah menjadi radikalisme, dimaknai sebagai suatu paham yang menuntut perubahan dengan melakukan kekerasan. Ketika para penjajah melabelinya untuk memberantas radikalisme tersebut yaitu Islam, ini justru bertentangan dengan Islam.
Dalam kancah kapitalisme menyatakan bahwa islam dengan dakwah Khilafah menyebabkan mereka termasuk dalam daftar radikalisme yang mengancam kedaulatan negara.
Padahal sejatinya Islam tak pernah sekalipun mengajarkan dakwah dengan kekerasan, terutama dalam memeluk Islam tak ada paksaan (Q.S Al-Baqarah : 256). Belum lagi Khilafah yang menerapkan Islam secara kaffah, menjadi ramhatan lil’alamin sangat anti dengan kekerasan.
Radikalisme adalah isu politik barat terhadap islam. Penguasa antek penjajah terus melancarkan propaganda ini, hingga tertancap kuat dalam benak umat bahwa memang betul paham islam yakni penerapan Islam kaffah dalam bingkai khilafah adalah bentuk dari radikalisme.
Tony Balir, mantan perdana menteri Inggris menyebut bahwa Islam adalah “Ideologi setan”. Bahkan dalam pidatonya, menyebutkan bahwa ciri-ciri ideologi setan yaitu mereka yang ; menolak legitimasi Israel, memiliki pemikiran bahwa Syariah adalah dasar hukum Islam, kaum Muslim harus menjadi satu-kesatuan dalam naungan Khilafah, serta mereka yang tidak mengadopsi nilai-nilai liberal dari barat.
Menyimak hasil pidato tersebut, Tony Balir yang merupakan salah seorang pejuang Kapitalisme, tahu bahwa ideologi mereka saat ini kebangkitannya dihadang oleh Islam. Akhirnya alternatif terbaik dengan menyebutkan paham-paham Islam tersebut sebagai ideologi setan, yang memperjuangkan Syari’ah Islam dan Khilafah.
Dengan slogan radikalisme ini, umat muslim menjadi phobia terhadap ajarannya sendiri. Dakwah Khilafah di takuti semua kalangan masyarakat, seolah-olah ini adalah suatu ajaran yang baru dan berasal dari luar.
Narasi ini pun di monsterisasi pula dengan adanya survey pada kalangan akademisi untuk mengetahui berapa jumlah mereka yang terpapar radikalisme. Akibatnya, peran intelektual mahasiswa sebagai agen of changes menjadi kacau balau.
Mahasiswa yang tahu bahwa kebangkitan hakiki tak bisa di peroleh dengan jalan Kapitalisme maupun Sosialisme, dan jalan Islam yang dapat mewujudkan ini semua, mereka menjadi buronan kampus. Aktivitas dakwah mereka pun terancam oleh pihak kampus, yang pro terhadap penguasa kapitalisme, rezim zholim yang diktator.
Slogan radikalisme ini menjadi alasan bagi barat untuk mencegah kembali Khilafah, setelah melihat kondisi bahwa umat semakin sadar akan pentingnya penerapan Islam harus dengan institusi Khilafah. Umat pun telah disadarkan betapa diktatornya penguasa saat ini, mereka memperalat kekuasaan untuk mencapai tujuan mereka.
Kesadaran ini pun memicu umat, bahwa betapa pentingnya seseorang untuk memahami Islam politik. Mereka pun mulai peka terhadap penguasa, bagaimana interaksi penguasa dengan rakyat, pedulinya terhadap umat, bahkan seberapa besar pengaruh atau hubungan penguasa dengan penguasa asing.
Umat tak lagi buta terhadap kebijakan pemerintah, membawa ketakutan amat bagi penjajah dan sekutunya untuk menyerang islam secara halus, mereka pun mengangkat isu radikalisme terhadap islam.
Alasan yang menjadi dasarnya penempatan isu radikalisme terhadap islam telah kita saksikan bersama. Bagaimana propaganda ini jatuh pada ajaran islam dan para pendakwahnya, hingga membuat umat muslim phobia terhadap ajarannya sendiri.
Para pejuang syariah dan Khilafah pun menjadi orang yang ditakuti umat Muslim. Mereka harus menghadapi penolakan sesama saudaranya umat muslim sendiri, sampai pada rezim penguasa. Namun Allah Subhanahu Wata’ala telah berjanji pada hamba-hambanya yang senantiasa beriman dan mengerjakan amal shaleh,
“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak menyekutukanku dengan sesuatu pun. Tetapi barangsiapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik” (Q.S An-Nur : 55)
Semua pertarungan yang ada di dunia ini, pada akhirnya hanya Islam yang dimenangkan Allah. Sebagaimana dikuatkan dengan sabda Rasulullah bahwa Khilafah akan tegak setelah kediktatoran ini. Ini adalah pukulan orang-orang kafir, sekaligus kabar gembira bagi umat Muslim.
Seberapa kuatnya orang-orang kafir melakukan makar apapun itu, betapapun Muslim menjadi antek kafir, ataupun phobia terhadap Islam, Islam tetap akan bejaya, dan Khilafah akan tetap tegak. Maka pejuang Islam tak boleh menyerah kepada mereka orang-orang kafir dan antek-anteknya.