Polemik Demokrasi Hanya sistem Islam Sebagai Solusi



Oleh : Ummu Muhammad 


"Kita ini malu-malu kucing untuk mendeklarasikan Indonesia hari ini adalah negara kapitalis, yang liberal, itulah Indonesia hari ini," kata Surya Paloh dalam diskusi bertajuk Tantangan Bangsa Indonesia Kini dan Masa Depan di Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat, Rabu (14/8).

Telah lama Indonesia mendeklarasikan diri sebagai negara yang berideologi pancasila. Ideologi yang dibuat sebagai jalan tengah antara ideologi kapitalis dan komunis.

Rumusan pancasila yang ada pun merupakan hasil dari kesepakatan para pendiri bangsa yang harus tetap terjaga meskipun sejarah sebenarnya mencatat berbeda. Mereka juga menganggap bahwa pancasila adalah bagian dari ajaran islam karena para pendirinya sebagian besar adalah muslim, meskipun pada faktanya kini islam selalu menjadi kambing hitam atas ketidakmampuan penguasa dalam menjalankan kekuasaannya.

Dalam perjalanan sejarah, demokrasi Indonesia pun mengalami berbagai pandangan yang berbeda-beda sesuai pemahaman rezim penguasa yang ada. Pada awal pemerintahan Soekarno konsepsi demokrasi yang dimaksud adalah marhaenisme yang merupakan wujud protesnya terhadap demokrasi kapitalis liberal. Meskipun enggan mengungkapkan diri berpaham sosialis komunis namun penerapannya yang menjawab.

Sedangkan istilah demokrasi pancasila mulai digunakan saat pemerintahan orde baru Soeharto dengan maksud meluruskan pemerintahan sebelumnya yang melenceng menjadi kediktatoran yang tidak sesuai dengan makna demokrasi indonesia yang diinginkan. Namun faktanya demokrasi pancasila yang dibanggakan pun berakhir menjadi kediktatoran junta militer.

Perjalanan demokrasi Indonesia juga mempengaruhi sistem pemerintahan negara. Sehingga kediktatoran penguasa menjadi pengalaman pahit bagi bangsa. Yang akhirnya saat era reformasi, negara merombak kembali sistem demokrasi indonesia yang mengalami kegagalan dalam merealisasikan nilai-nilai pancasila menjadi demokrasi konsolidasi yaitu membuat kesepakatan bersama untuk menciptakan stabilitas rezim. 

Sekarang faktanya demokrasi konsolidasi yang dianggap sebagai yang paling demokratis, hanyalah sebuah transaksi bagi para pencari kekuasaan dari para pemilik modal. mereka menjalankan sistem politik yang pragmatis  yang tak serius mengurusi urusan rakyatnya yang berakhir pula pada kediktatoran penguasa. 

Seperti menyediakan fasilitas kesehatan yang gratis namun rakyat terbebani premi dan denda, pendidikan yang katanya gratis namun tak difasilitasi,  rakyat yang mengeluh akan ketidak-adilan penguasa malah dijadikan mangsa penjara, dan masih banyak lagi contoh lainnya.

Penguasa lebih berpihak pada  pengusaha ketimbang rakyat jelata. Fasilitas-fasilitas yang disediakan pemerintah tak lain karena hasil perhitungan untung dan rugi dengan pengusaha. Maka wajar semakin lama berkuasa semakin menumpuk pula kekayaannya dan semakin enggan turun tahta.

Sedangkan rakyat jelata hanya mampu menyaksikan dan merasakan kondisinya yang semakin merana. Fasilitas yang dibutuhkannya malah diabaikan karena tak menguntungkan. Kebutuhan-butuhan rakyat yang mendasar pun malah menjadi target market penguasa. Yang akhirnya membuat kondisi negara tidak stabil karena protes masyarakat yang tidak merasakan keadilan. 

Penguasa pun lebih memilih membebaskan pajak impor pengusaha asing dan barang-barang mewah milik orang-orang kaya daripada membebaskan rakyatnya dari pemalakan legal dan ilegal. Katanya, rakyat jangan banyak menggunakan barang-barang impor namun faktanya pemerintah sendiri yang membukanya lebar-lebar. Menurutnya kemajuan sebuah negara itu dilihat dari infrastrukturnya, tapi ternyata infrastruktur yang dibuat pun bukan milik negara. 

Negeri kaya raya namun jika sistem pemerintahannya hanya menampung orang-orang yang haus kekuasaan, serakah dalam jabatan, dan jauh dari tuhan, maka kekayaannya tak bermanfaat sama sekali karena ketamakan menghabiskannya. Dan rakyat hanya dijadikan pihak penanggung hutang-hutang mereka.

Begitu banyak kekayaan alam negeri zamrud ini, namun semuanya milik negeri lain. Mereka berbondong-bondong mengambil aset-aset negara atas nama investasi.  Mereka leluasa mengambil semua milik negara dengan legal karena undang-undang buatan mereka berhasil menjamin penjajahannya.

Sampai Ketua partai Nasdem Surya Paloh baru-baru ini mengatakan bahwa indonesia adalah negara kapitalis liberal. Padahal indonesia sudah menjalankan praktik kekuasaan kapitalis liberal dimulai pada zaman orde baru. Dan informasi negara tengah menjalankan roda pemerintahan kapitalis pun sudah banyak beredar. Apakah dia tidak menggunakan akalnya untuk berfikir selama ini? Ataukah dia hanya mencari simpati masyarakat agar partainya mampu menguasai kekuasaan? Atau pernyataannya hanya sebuah rasa sakit hati karena tidak kebagian jatah kekuasaan?



Begitulah hasil produksi sistem buatan manusia menjadikan pribadi-pribadi yang mendahulukan syahwatnya. Syahwatnya menjadi tolak ukur suka atau benci, terpuji atau tercela. Dan Saat syahwatnya tak terpenuhi haknya maka akalnya baru berfungsi,  namun menjadi buntu saat melihat rakyat tak mendapatkan haknya.

Meskipun sejarah demokrasi ini berjalan sesuai pandangan rezim yang berkuasa namun pada akhirnya kediktatoran sebagai mimpi buruk sejarah pun terulang. Bahkan harapan mewujudkan nilai-nilai pancasila pun kandas yang berujung pada masalah-masalah baru yang tidak terselesaikan.



Kenapa demokrasi selalu berujung pada kediktatoran dan menambah rumit masalah negara ? Karena demokrasi adalah alat bagi ideologi kapitalis dan komunis dalam menerapkan dan menyebarkan idenya yang mengesampingkan atau tidak mengakui adanya tuhan yang mengatur kehidupan. Mereka menganggap akal manusialah yang berhak mengatur kehidupan dunianya. Mereka tidak mengakui kelemahan akal yang disimpan dalam dirinya sebagai manusia yang terbatas. Sehingga kelemahan dan keterbatasannya yang berkuasa yang tidak memahami fitrah manusia.

Sedangkan pancasila tidak memiliki alat untuk menerapkan dan menyebarkan idenya. Karena ia adalah hasil dari penggalian nilai-nilai Islam maka seharusnya hanya sistem islamlah yang cocok untuk mewujudkan nilai-nilai itu.

Dan layak bagi negara ini pun mencoba menerapkan sistem Islam dalam bingkai khilafah sebagai alat untuk menerapkan islam secara keseluruhan agar nilai-nilai pancasila dapat dirasakan sebagaimana rezim telah mencoba menggunakan demokrasi sesuai versinya untuk mencapai tujuan pancasila.



Sistem islam adalah sistem yang lahir dari sang pencipta manusia. Dia-lah yang lebih mengetahui segala kebutuhan dan kesejahteraan hambanya. 

Sistem islam dijalankan berdasarkan petunjuk wahyu-Nya dan penjelasan Rasu-Nya. Manusia hanya bertugas menjalankan sesuai petunjuk-Nya. Yang akhirnya sistem ini mampu melahirkan para penguasa dan individu masyarakat yang menjalankan aktivitasnya berdasarkan takwa karena merasa takut diawasi tuhannya.

Maka, islam bisa menjadi alternatif solusi bagi permasalahan negeri ini karena ia sesuai dengan akal dan fitrah manusia.

Meskipun seluruh muslim itu sadar islam sesuai dengan akal dan fitrah manusia. Namun ternyata muslim sendiri penghalangnya. Kenapa?

Apa yang membuat ragu untuk mencoba menerapkan sistem islam ?

Bukankah sistem islam telah terbukti  membuat gemilang sebuah peradaban bangsa ? Sedangkan demokrasi ?

Keraguan terhadap islam hanyalah bagi mereka yang tidak memahami ajarannya sendiri, dan keraguan mereka hanyalah karena akal mereka dipenuhi dengan pemahaman asing atau syahwatnya yang menginginkan dia jauh dari islam. 

Padahal islamlah yang mampu membuat kehidupannya menjadi mulia, islamlah yang membuat Allah ridha kepadanya, dan islamlah yang mampu membawanya ketempat kembali yang tidak ada lagi duka nestapa. 


Sedangkan demokrasi belum ada sejarah yang menorehkan sebagai sistem yang berpihak kepada semua lapisan masyarakat. Demokrasi hanya  menjadi biang wadah nafsu manusia yang membuat mayarakat sengsara.

Maka bagi manusia yang berakal tak sepantasnya mempertahan sistem rusak ini lebih lama lagi dan mencoba memilih menerapkan sistem alternatif yaitu islam. Agar mimpi-mimpi hidup sejahtera dapat segera terwujud.

Kemudian hembusan keraguan yang dilakukan penjajah lainnya adalah bagaimana menerapkan islam dalam keadaan berbagai mazhab ? Bagaimana dengan non muslim ? Dan bagaimana dengan segala adat istiadat yang sudah ada di negeri ini ? 

Perbedaan madzhab atau pendapat Islam bukanlah barang baru yang terjadi pada masa ini. Namun telah terjadi sejak masa Rasulullah hingga akhir kekuasaan islam. Islam tetap bisa diterapkan karena Islam menggunakan asas akidah islam yang asas ini menjadi kesepakatan semua madzhab. Hukum-hukum yang diadopsi pun adalah hukum-hukum yang terkait dengan persengketaan atau perselisihan yang terjadi ditengah umat serta hukum yang menjadikan agama ini tegak.

Sedangkan non- muslim sejarah telah mengisahkannya, mereka nyaman hidup dibawah naungan islam bahkan rela mati berjuang bersama pemerintah islam dalam menghadapi penjajah asing. Karena islam telah mengatur posisi non muslim baik hak dan kewajibannya, baik dalam pemerintahan maupun kehidupan. Mereka diberikan tempat dalam pemerintahan sebagai perwakilan pemeluknya dalam menyampaikan keluhan-keluhan ummatnya.  Dan mereka diberi kebebasan dalam ibadah, makanan, minuman dan pernikahan sesuai dengan ajaran dan  kepercayaannya dengan negara sebagai pengaturnya. Bahkan syariat menganggapnya sebagai tetangga yang harus membelanya jika mereka disakiti dan dijajah.

Untuk adat istiadat yang sudah ada. Maka, islam mengaturnya dengan mengidentifikasikannya apakah adat istiadat ini bagian dari kemusyrikan dalam Islam atau merupakan kepercayaan suatu agama tertentu. Sehingga negara bisa memberikan solusi yang tepat. Jika kemusyrikan maka negara mengedukasinya agar dia kembali kepada jalan Islam dengan mengEsakan Allah saja. Jika merupakan ritual agama tertentu maka negara wajib memberikan hak dan kewajibannya sesuai dengan aturan yang diambil syariat.

Jadi, apalagi yang membuat kita masih mempertahankan sistem rusak ini? Sedangkan hati dan akal kita membenarkan dan membutuhkannya. Maka, saatnya kita membuka diri untuk mengkaji sistem Islam ini agar penerapannya sesuai dengan kehendak Ilahi dan kita bisa menyaksikan cita-cita negeri ini tercapai yaitu baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur, negeri yang baik lagi nyaman yang Allah selalu melimpahkan ampunan-Nya.


Waallahu 'alamu bi shawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak