Oleh: Rindoe Arrayah
Beberapa hari ini, media digemparkan dengan sebuah berita yang terjadi di Jember. Sungguh dramatis. Saat mendengar kisah Nisa, bayi berumur 14 bulan yang ditemukan menangis dalam rumah terkunci. Ia ditemukan di dalam kamar bersama jasadnya ayahnya, Fauzi (40).
Peristiwa ini terjadi di Perumahan Kaliwining Asri Blok C6, Dusun Bedadung Kulon Desa Kawining, Kecamaran Rambipuji, Kabupaten Jember, Jawa Timur.
"Bayinya ada di lengan kiri jenazah ayahnya. Telentang. Sudah nggak menangis. Waktu ngerti pintu dibuka, dia langsung ngamplok Pak Kasun," ujar Aipda Teguh Siswanto, Babinkamtibmas Desa Kaliwining kepada Surya.co.id (Kamis, 15/8/2019)
Bayi itu diprediksi menunggui jasad ayahnya selama tiga hari, sejak Minggu (11/8) hingga Rabu (14/8). Sang ibu, Sulastri, saat ini tengah berada di Taiwan sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Fakta menyedihkan di atas menunjukkan bahwa di negeri gemah ripah loh jinawi ini masih banyak ditemui potret buram yang menimpa rakyat sendiri.
Ibu mana yang tega harus berpisah dengan anak bayinya demi mencari sesuap nasi hingga membelah negeri.
Ini semua, tak lain dan tak bukan karena efek diterapkannya kapitalisme yang berlandaskan sekulerisme. Sistem kehidupan yang rusak dan merusak ini telah memporak-porandakan sendi-sendi keluarga. Sosok suami sebagai kepala keluarga dibuat tak berdaya dalam mencari kerja. Hal inilah yang mengakibatkan berakhir pada sebuah keputusan, yaitu sang istri terpaksa berdikari demi memenuhi belanja sehari-hari.
Di mana peran negara yang punya kuasa untuk memenuhi hajat rakyatnya? Sebenarnya tak perlu bekerja hingga ke luar negeri. Sudah menjadi tugas negara, manakala ada seorang suami yang kondisinya masih sehat namun menjadi pengangguran, maka bisa dibukakan lapangan kerja sesuai keahliannya. Bagi sang istri bisa lebih fokus menjadi umm wa robbatul bait (ibu sekaligus pengatur rumah tangga).
Sebuah negeri yang aneh. Saat banyak pengangguran melanda rakyatnya, penguasa justru mengimpor tenaga asing dan aseng yang jumlahnya tak terhitung lagi banyaknya.
Islam adalah agama paripurna yang sempurna, mengatur seluruh aspek kehidupan. Islam juga menjelaskan dan memberikan solusi terhadap seluruh problematika kehidupan, baik dalam masalah aqidah, ibadah, akhlak, muamalah, rumah tangga, politik, ekonomi, sosial dan budaya.
"Apakah sistem jahiliah yang mereka kehendaki? Siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah bagi orang-orang yang yakin?" [QS. Al-Maidah (5): 50].
Sudah saatnya mencampakkan kapitalisme yang terbukti hingga kini tidak pernah memberikan solusi pasti, kemudian menggantinya dengan menerapkan syariat Islam yang menenteramkan bagi seluruh alam.