Monsterisasi Deradikalisasi Keluarga



Oleh: Jatri Maulidia


Pakar terorisme dari Yayasan Prasasti Perdamaian Noor Huda Ismail berpendapat program deradikalisasi menjadi tak efektif jika hanya menyasar individu. Sebab, saat ini pola perekrutan anggota teroris sudah menjalar sampai ke keluarga inti. Pola penyebaran paham radikalisme, kata Ismail, saat ini sangat cair. Salah satunya melalui media sosial. Sementara itu, pendekatan mitigasi pemerintah masih berkutat secara formal melalui konferensi. Senada dengan Ismail, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius pun mengatakan, selama mantan teroris menjalani deradikalisasi,merek harus menciptakan lingkungan yang kondusif. Sehingga ideologi yang meracuni mereka tidak bisa bernapas, pada TEMPO.CO, Jakarta

Polri memberangkatkan 30 anggota keluarga tersangka terduga terorisme ke Jakarta. Puluhan orang tersebut, merupakan keluarga tersangka terorisme yang ditangkap di Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Menurut Dedi, program deradikalisasi tidak dilakukan di Kalimantan Tengah, lantaran tidak tersedia fasilitas yang cukup untuk jumlah peserta sebanyak itu. Karenanya, Polri bekerja sama dengan instansi terkait mengirim para keluarga tersangka terorisme ke Jakarta. “Oleh karenanya, untuk mengikuti program deradikalisasi, Polri bekerja sama dengan BNPT dan kementerian terkait, untuk melakukan program deradikalisasi di Jakarta,” ucap Dedi. (asp) dari VIVA.CO.ID - 

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bakal menertibkan sekolah yang mengajarkan hal-hal berbau radikalisme. Langkah tersebut dilakukan untuk mencegah terorisme mulai sejak dini. Hal itu mengemuka dalam pertemuan Ganjar dengan para mantan narapidana kasus terorisme (napiter) yang tergabung dalam Yayasan Gema Salam di Solo, Jumat (28/6/2019). Mereka bersilaturahmi sambil membahas langkah pencegahan penyebaran radikalisme. Awalnya Ganjar mengaku bingung apa yang menjadi penyebab anak-anak dan remaja memiliki pemikiran radikal. Dia menggali informasi dari eksnapiter agar bisa mencegahnya. "Doktrin ke anak itu tentunya mengikuti orang tuanya, setiap hari ditanamkan mana yang kafir, thogut. Pencegahan yang bisa dilakukan ialah memilihkan anak ke sekolah yang mengajarkan radikal," kata Ketua Yayasan Gema Salam, Joko Tri Harmanto atau akrab alias Jack Harun, di DETIK.COM - Solo

Berbagai sosialisasi pun dilakukan berbagai kalangan, salah satunya sosialisasi yang dilakukan oleh Pusat Studi Agama dan Demokraasi (Pusad) Paramadina Jakarta yang dalam hasil risetnya membeberkan bahwa kasus kekerasan atas nama agama di Banjarmasin dan umumnya kalimantan Selatan masih terbilang tinggi. Padahal menurut tokoh Forum kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) di Banjarmasin, kondisi di Banjarmasin terkesan aman, damai dan tentram. Dalam forum tersebut juga dinyatakan bahwa kasus kekerasan dipicu oleh rendahnya tingkat pendidikan di Kalsel.

Memperingatkan tentang bahaya radikalisme dan terorisme juga dilakukan oleh pihak kepolisian melalui program jumat keliling (juling). Pantauan dilapangan ini sudah dilaksanakan oleh Kapolsek Banjarmasin Selatan. Dalam kegiatan tersebut Ia juga mengingatkan warga untuk tetap menjaga kondusifitas keamanan pasca pemilu 2019 dan bijak dalam bermedia sosial.

Kegiatan sosialisasi seperti ini banyak dilakukan agar masyarakat tidak terpapar paham radikal, pertanyaannya adalah siapa yang dijadikan tertuduh sebagai gerakan radikal? Jawabannya adalah Islam, inilah yang membuat miris hati umat dan masyarakat yang mayoritas adalah muslim. Penguasa terus menjalankan program deradikalisasi ke semua lini masyarakat. Berkolaborasi dengan TNI, Polri dan LSM serta para aparatur negara lainnya, program ini terus disosialisasikan ke masyarakat. 

Terciptanya masyarakat yang setia kepada negara adalah dengan cara memberi kesadaran terhadap masyarakat hakikat mereka sebagai warga negara dan manusia yang baik menurut hakikat penciptaannya, yaitu terciptanya kehidupan mereka dialam semesta. Alam semesta ini teratur dengan ada nya siang dan malam serta bergulirnya kelahiran dan kematian. Manusia juga mempunyai aturan hidup untuk memenuhi segala keperluan jasmani dan rohaninya. Masyarakat merasakan adanya krisis ekonomi karena kebutuhan dasar kolektif mereka belum terpenuhi dengan benar seperti kesehatan, keamanan dan pendidikannya, bahkan lebih dari itu kebutuhan dasar pokok individu masyarakat ada yang belum tercukupi seperti pangan sandang dan papannya. Jadi sangatlah wajar jika masyarakat menjadi resah dan tidak tenang akibat dari kapitalisme yang dijalankan di kehidupan mereka. 

Melihat banyaknya upaya pencegahan terorisme dengan melakukan perlawanan  terhadap radikalisme membuat kita bertanya-tanya apa sebenarnya makna radikal. Hingga semua wacana yang membahas terorisme harus dikaitkan dengan kata “radikal”. Pada hakikatnya, radikal diambil dari kata radix dalam bahasa latin yang artinya akar.

Jika kita melihat ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata radikal memiliki arti, yaitu secara mendasar (sampai kepada hal yang prinsip). Sikap politik amat keras menuntut perubahan (undang-undang, pemerintahan), dan maju dalam berpikir atau bertindak. Akan tetapi, pandangan radikal yang senantiasa digaungkan dan disematkan pada Islam melahirkan framing negatif tentang Islam. Dimana selalu digambarkan bahwa muslim yang radikal suka melakukan kekerasan, berbuat onar, bahkan membunuh.

Stempel radikal memang sengaja digunakan secara sistematis untuk melabeli pihak-pihak yang menentang sistem kapitalisme Barat. Inilah tujuan terselubung dibalik program tersebut. Deradikalisasi merupakan upaya deislamisasi agar sekulerisme terus bercokol.

Semua ini sengaja diciptakan oleh Barat dan antek-anteknya untuk memecah belah umat Islam. Sehingga generasi muda muslim jauh dari nilai agama dan identitas sejatinya. Dan umat terus dipaksa berada dalam pusaran sekulerisme yang mengerdilkan peran agama hanya dalam ibadah ritual semata.

Deradikalisasi adalah program yang bertujuan menetralkan pemikiran-pemikiran mereka yang sudah terpapar radikalisme agar kembali menjadi bagian dari masyarakat yang biasa (bnpt.or.id.). Selanjutnya dikatakan Intoleransi sebagai bibit dari paham radikal (majalah.tempo.co, 27 Mei 2018),  ada juga yang menyatakan bahwa Deradikalisasi adalah Pemahaman agama yang kaku dan mudah mencap sesat yang tidak sependapat (majalah.tempo.co, 27 Mei 2018). Pertanyaannya adalah apa yang dimaksud dengan Radikal dalam program deradikalisasi? Lalu, agama mana yang di maksud dalam kalimat "tafsir kaku terhadap dogma agama"? Dan Apa yang dimaksud KAKU atau INTOLERAN?

Jawabannya akan sampai pada kesimpulan bahwa Program Deradikalisasi adalah Ketakutan (Phobi) Pada Islam Ideologis-Politis Karena Islam ideologis politis berpeluang diterima di kampus yang merupakan komunitas intelektual yang berfikir kritis yang selalu mencari serta berpihak pada kebenaran yang jika dibiarkan akan mengganggu ketenangan dan keberlangsungan sistem sekuler-kapitalis sehingga harus ada langkah dalam menanganinya.

Deradikalisasi ala Barat akan melanggengkan penjajahan gaya baru (neo-imperialisme). Generasi muda ditumpulkan daya kritisnya dan dibuat apolitis. Sehingga, tidak peka lagi terhadap berbagai kezaliman yang menimpa rakyat.

Misalnya, sebutan Muslim Radikal berarti seorang Muslim yang memegang Islam sebagai prinsip hidupnya, mengambil Islam secara keseluruhan mulai dari akar hingga pangkal. Tentu hal ini yang memang harus dilakukan seorang Muslim sebagaimana al-Qur’an telah memerintahkan kita :

ياايّها الّذين امنوا ادْخلوا في السلم كافّةً

"Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara Kaffah" Qs. Al-Baqarah : 208

Inilah cara Barat melemahkan kaum Muslim dengan menumbuhkan keraguan terhadap ajaran Islam. Memaknai setiap syariat yang diemban sebagai sebuah ancaman. Setiap pemikiran Islam Kaffah yang disebarkan melalui dakwah Islam dan Khilafah dinilai sebagai sebuah pergerakan yang berbahaya. Opini negatif tentang radikalisme juga akan menghilangkan ketsiqohan ummat terhadap Islam.

Sebab Islam digambarkan dengan citra buruk melalui media-media, yang terjadi akhirnya adalah Islamophobia dan kecenderungan terhadap westernisasi.

Sebagai ummat terbaik yang telah Allah sematkan kepada kita, kita harus cerdas menyikapi setiap perkara terutama perkara yang menyudutkan ajaran Islam. Opini radikalisme dengan sudut pandang negatif ini tak bisa kita biarkan, harus terus dilakukan dakwah sebagai upaya penyadaran ummat akan misi Barat untuk menghancurkan Islam.

Dengan demikian akan terjadi perlawanan terhadap propaganda Barat dengan kesadaran penuh ummat yang tak lagi mau dibodohi dengan skenario Barat.

Islam mewajibkan setiap muslim untuk berpegang teguh pada agamanya. Menjadi seorang pejuang dan penegak Islam Kaffah dalam kehidupannya. Dakwah menjadi poros hidupnya. Dan jika radikal adalah pemahaman yang mengakar dengan kuat, bukankah pemahaman Islam yang mengakar kuat pada umatnya merupakan kebaikan? Bahkan ini menjadi sebuah kewajiban.

Jangan biarkan radikalisme menjadi alat untuk memadamkan cahaya kebangkitan Islam yang kembali benderang untuk memimpin dunia. Apalagi, menyeru kepada Islam bukanlah sesuatu yang keliru apalagi dikatakan perbuatan yang negatif. Dakwah merupakan kewajiban dari Allah SWT kepada hamba-Nya yang beriman untuk taat pada seluruh syari'at. Hingga syari’at dapat diterapkan secara menyeluruh sebagai rahmatan lil 'alamin.

Dan peran  para mahasiswa dalam dakwah Islam sangatlah urgen. Mahasiswa harus memiliki pemahaman Islam yang jernih, agar tidak mudah terseret opini yang sengaja diaruskan oleh Barat. Mahasiswa harus terus bergerak melakukan perubahan dan penyadaran pada umat sesuai dengan tuntunan syari’at. Karena di tangan merekalah tongkat estafet kepemimpinan Islam akan berpindah. Wallahua'lam bish shawwab.


Referensi:

https://www.google.com/amp/s/nasional.tempo.co/amp/1223107/deradikalisasi-harus-menyasar-keluarga-inti

https://m.viva.co.id/amp/berita/nasional/1159938-jalani-program-deradikalisasi-30-keluarga-teroris-dibawa-ke-jakarta

https://m.detik.com/news/berita-jawa-tengah/d-4604001/sekolah-berpaham-radikal-dipantau-gubernur-jateng-akan-ditertibkan?_ga=2.245302661.1466993596.1563974130-1258741418.1554942433

https://www.mediaoposisi.com/2018/06/deradikalisasi.html?m=1


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak