Memaknai Kemerdekaan Yang Hakiki




           Oleh  : Ummu Muhammad 

(Member Akademi MenulisKreatif) 


"Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa".

(Ir. Soekarno)

Itulah sepenggal quotes presiden pertama Indonesia yang pidatonya berhasil membakar semangat pemuda Indonesia untuk memajukan bangsanya.

Sudah tujuh puluh empat tahun Indonesia merdeka dan setiap tahun dirayakan. Aneka selebrasi kemerdekaan pun terus diadakan berulang, meskipun hal itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Masyarakat pun antusias mempersiapkan aneka acara penyambutan baik dari pemasangan bendera disetiap ruas jalan, maupun arak-arakan. Masyarakat yang memamerkan aneka budaya dan kekayaan alam, beberapa perlombaan yang biasa menjadi khas kemerdekaan seperti balap karung, panjat pinang, makan kerupuk dan lain-lain, dan yang tidak pernah  ketinggalan acara dangdutan yang diliputi kemaksiatan pun digelar.

Rakyat Indonesia seperti terpaksa bergembira dengan kemerdekaan negaranya. Meskipun batinnya merasakan kepiluan yang tidak bisa dijabarkan. Namun formalitas perayaan mencoba menutupinya sementara. Bagi mereka yang berakal, sebenarnya kemerdekaan macam apa yang sedang dirayakan? Apakah karena telah merdeka dari penjajahan asing? Atau merdeka dari manusia dan aturannya yang membelenggunya?

Secara fisik mungkin tidak terlihat ada penjajahan, namun jika dilihat lebih saksama, kondisi sekarang tidak jauh beda bahkan lebih parah lagi dibanding masa kolonial. Dulu kita bisa melihat dengan jelas para penjajah membawa senjata untuk menghabisi warga negara jajahannya, menyiksa, memeras, dan membawa seluruh hasil bumi negara. Mereka juga menempatkan agen-agennya dari kalangan pribumi dengan maksud mempertahankan penjajahan.

Sedangkan kondisi sekarang penjajah yang membawa senjata dan tank baja sudah terusir dari negeri Indonesia. Yang ada hanyalah penjajah asing yang masuk dengan setelan jas berdasi membawa setumpuk uang untuk memberikan hutang dan investasi. Mereka bisa bebas masuk kembali ke negeri ini karena ada jaminan undang-undang yang sah yang dibuat oleh agen-agen mereka yang disimpan di pemerintahan.

Atas nama hutang dan investasi kekayaan alam negeri tak lagi dikuasai pribumi, aset negara dengan mudah pindah kepemilikan, serta kebijakan-kebijakan penguasa yang hanya ramah pada pengusaha, membuat kehidupan rakyat semakin sempit, harga kebutuhan dasar semakin melangit, pendidikan yang mulai sulit, iuran kesehatan mulai mencekik sampai keamanan dalam negeri pun sering membuat panik. Jika kondisi ini terus berlangsung bisa membuat rakyat Indonesia mati perlahan tanpa jejak dan tanpa tanggung jawab. Karena penguasa boneka tak berkuasa di negaranya sendiri dia terikat dengan berbagai syarat hutang dan investasi sehingga sibuk melayani dan menyediakan segala kebutuhan tuannya yang tamak.

Dan fakta yang membuat sesak dada ditengah euforia kemerdekaan negeri ini. Pemerintah hendak menambah hutang baru sebanyak 15 triliun untuk mengisi kekosongan kas APBN untuk pembiayaan 2019. Sebagaimana dilansir dalam media kompas.com

"Pemerintah akan kembali mencari utang kali ini melalui lelang Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa (27/8/2019).

Ada 7 seri surat utang yang dilelang, yakni SPN03191128, SPN12200508, FR0081, FR0082, FR0080, FR0079, dan FR0076. Jadwal jatuh tempo mulai dari 28 November 2019 hingga paling lama 15 Mei 2048" (23/8/2019). Sungguh nyata negeri ini terjajah hutang, lalu masih mau teriak Merdeka?

Selain itu untuk mengokohkan jajahannya, mereka menawarkan ide-idenya atas nama ilmu pengetahuan dan kemanusiaan.

 Pluralisme, liberalisme, feminisme, sekularisme dan lain-lain adalah alat baginya untuk menghentikan kebangkitan di dunia Islam khususnya Indonesia. Ide-ide itu sengaja dimasukkan kedalam kurikulum pendidikan dalam negeri agar out put-out put pendidikan tidak mempermasalahkan bahkan mendukung penjajahan dan melegalkan kebenaran pemikirannya, bahkan mereka sampai memberikan berbagai penghargaan skala internasional agar seluruh dunia mendengar dan membenarkan seluruh isi kepalanya.

Dan penjajah berhasil menanamkannya pada jiwa-jiwa muslim agar dia ragu dan menjauhi ajarannya. Stigma fundamentalis, radikalis, dan teroris, mampu membuat seorang muslim takut mengamalkan ajarannya. Yang akhirnya mereka menyerang dan menista agamanya sendiri. Sungguh ironis muslim teriak merdeka sedang isi kepalanya dibelenggu oleh akal lemah manusia.

Lalu bagaimanakah kemerdekaan yang sebenarnya itu? Kemerdekaan yang sebenarnya adalah kemerdekaan yang lepas dari aturan-aturan syahwat manusia menuju aturan Ilahi, bebas dari penghambaan terhadap kepongahan manusia menuju penghambaan kepada Rabb semesta alam. Tidak ada jalan lain selain kembali kepada jalan Islam sebagai pandangan hidup dan solusi atas berbagai problematika kehidupan. Menjadikan syariat Allah sebagai hakim dalam menyelesaikan masalah manusia.

"Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya" (Q.S An-Nisa:65)

Sebagaimana yang disampaikan Soekarno bahwa kekuasaan yang tertinggi dari segala kekuasaan hanyalah milik Allah SWT. Karena pada dasarnya manusia itu lemah bahkan untuk memegang hatinya sendiri pun tak mampu. Bisa saja hari ini dia mengatakan kebenaran namun esok hari dia mengingkarinya. Akal manusia pun lemah karena ia ditempatkan pada ciptaan yang lemah sehingga akalnya tak mampu memahami masa lalu dan masa depan kecuali akal yang digunakan untuk memahami syariat tuhan.

Sehingga benarlah kekuasaan seorang penguasa itu terbatas yaitu dibatasi oleh syariat-syariat Allah. Dia memimpin manusia dalam rangka menerapkan apa yang perintahkan Allah. Dia pun sadar bahwa kepemimpinannya akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah. Sehingga aktivitas politiknya semata-mata hanya mengharapkan ridha Allah.

أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ , وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ , فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ .

“Ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpin, penguasa yang memimpin manusia dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari no. 7138)

Dia akan memberikan hak-hak rakyatnya sesuai dengan perintah syariat. Seperti mempermudah rakyatnya dalam memenuhi kebutuhan dasarnya baik berupa sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Dia pun akan mengelola apa yang menjadi kepemilikan umum, negara dan invidu sesuai dengan penjelasan nash syariat. Karena setiap pengabaian pemimpin terhadap hak-hak rakyatnya maka ia telah berbuat dzalim dan Allah telah mengancamnya dengan api neraka. Sedangkan jika dia berbuat adil maka dia berhak akan naungan Allah yang tidak ada naungan selain naungan - Nya.



Sedangkan rakyat menjadi pengontrol berjalannya syariat Allah sebagaimana baiatnya yaitu akan menerapkan al-quran dan as-sunah. Sehingga akhirnya tercipta keseimbangan kehidupan karena manusia yang hidup di dalamnya memiliki standar yang sama dan tujuan yang sama yaitu ridha Allah SWT. Maka layaklah negeri yang menghamba kepada Tuhannya mendapatkan kebaikan dan keberkahan dari penguasa langit dan bumi. Sebagaimana firman Allah.


(وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰۤ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوۡا۟ لَفَتَحۡنَا عَلَیۡهِم بَرَكَـٰتࣲ مِّنَ ٱلسَّمَاۤءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَـٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذۡنَـٰهُم بِمَا كَانُوا۟ یَكۡسِبُونَ)


"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan"(QS, Al-Qur'an A'raff:76)

Itulah kemerdekaan sejati saat kebahagiaan dan kesejahteraan yang dinikmati hanya beserta ridha Ilahi.

 

Waallahu A'lamu bishawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak