Kursi Panas Untuk Mobil Mewah



Oleh : Marsitin Rusdi 


Apa sesungguhnya yang mereka cari 

Menjadi wakil rakyat sekaligus penggagas anggaran negara untuk kesejahteraan rakyat, itu persoalan yang tidak mudah, dan banyak resiko. Namun terbalik bagi bangsa ini.  


Posisi demikian diperebutkan hingga cakar - mencakar melupakan adap dalam berpolitik secara benar. Sahabat jadi musuh, musuh jadi sahabat. Keluarga jadi musuh, musuh jadi keluarga. Rela mengeluarkan dana berjumlah milyar bahkan trilyun demi kursi-kursi panas yang siap membawa mereka pada kezaliman terstruktur. Merencanakan kebijakaan seakan memihak pada masayarakat namun,  sesungguhnya mencekik masyarakat.


Contoh kongkrit sajalah BPJS yang sudah umum. Semua masyarakat diminta bikin kartu BPJS yg dibayar tiap bulan sakit tidak sakit harus bayar . Seakan akan mereka jadi penentu sakit seseorang. Kalau sakit itu sih nggak jadi soal karena memang harus beli obat dan kamar. Kondisi seperti ini dibilang gratis sama mereka, pinter bukan mereka bermain kata-kata. Gratis dari manakah?  Tiap bulan itu bayar lho. 

Nah, kalau yang tidak sakit, harus bayar terus. Zolim itu, walau alasannya saling menolong. Bukan tempatnya saling menolong pada posisi demikian. Jadi terbalik - balik, jika demikian berarti rakyat yang membiayai negara. 


Negara ini masih mampu mengobati bangsanyan sendiri seharusnya. 

Bukanya sudah termaktub dalam UUD 45 pendidikan dan kesehatan adalah menjadi tanggung jawab negara, berarti menjadi hak setiap warga negara. Karena termasuk kebutuhan primer raakyat. Lucunya justru Pegawai Negeri gratis (potong gaji), orang miskin suruh bayar tiap bulan. Harusnya tidak ada bedanya karena semua adalah warga negara Indonesia.


Itu aja belum terealisasi secara benar sudah merancaang beli mobil mewah !

Apakah mereka tidak malu, fasilitas mewah kinerja tidak pernah baik dan benar. Saat sidang tidur,  saat dinas wilayah jalan-jalan, katanya study banding ternyata plesir.


Semua itu karena ketiadaan KHALIFAH Seharusnya pegawai negara itu tidak digaji. Cukuplah  dipenuhi kebutuhannya. Bila khilafah tegak tidak ada aturan semacam itu. Mereka tidak butuh biaya banyak untuk keluarga mereka, karena sekolah anak-anaknya gratis sampai perguruan tinggi, listrik dan air gratis, kesehatan gratis, makan dijamin negara juga, butuh apa lagi? Begitulah bila khilafah tegak. 


Sehingga tidak ada yang berani menghabur - hambur uang ditengah masyarakat terjerat kebutuhannya. 

Mari perjuangkan tegaknya khilafah, karena itu ajaran Islam. Khilafah itu juga fikih, fikih itu dari toharoh hingga khilafah. 


Wallohu'alam bish shaw-wab 


#AMK5

#pejuangkhilafah

#penulisIdiologis

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak