Oleh: Rindoe Arrayah
Mungkin saat ini, tidak ada yang bisa menandingi kesedihan dan rasa sakit hati yang tengah dirasakan ayah Husen saat melihat anaknya ditemukan tewas tenggelam. Terlebih lagi, ketika ayah Husen terpaksa harus berjalan kaki membopong sendiri jenazah anaknya tanpa bantuan gara-gara permintaannya pinjam jasa ambulan ditolak Puskesmas Cikokol, Tangerang (Tribunnews.com, 25/8/2019).
Tanpa pikir panjang, ayah Husen memilih untuk membopong sendiri jenazah anaknya. Berjalan kaki keluar Puskesmas agar bisa segera sampai di rumah dan dikebumikan.
Dengan wajah sedih, ayah Husen kemudian membawa jenazah anaknya menuju jembatan penyeberangan orang (JPO). Melihat peristiwa yang memilukan tersebut, seorang pengendara menghentikan laju mobilnya dan memberikan tumpangan kepada ayah Husen.
Melansir laman Wartakotalive, Minggu (25/8/2019). Muhammad Husen (8 th), ditemukan warga tenggelam di Sungai Cisadane pada Jumat (23/8/2019) pukul 14.30 WIB.
Bocah laki-laki malang itu pun langsung dilarikan warga ke Puskesmas Cikokol untuk mendapatkan pertolongan pertama. Namun sayang, sesampainya di Puskesmas, nyawa Husen tak lagi tertolong. Husen dinyatakan meninggal dunia akibat terlalu banyak menelan air.
Video dan foto-foto ayah Husen yang sedang membopong jenazah anaknya sangat viral. Bahkan, menjadi perbincangan di media sosial saat ini.
Sungguh ironis. Inilah buah dari diterapkannya sistem kapitalis-sekuleris. Banyak manusia yang kehilangan hati nuraninya. Kepekaan akan rasa empati telah tergerogoti.
Kapitalis-sekuleris adalah sistem buatan manusi yang telah nyata dari awal lahirnya hingga kini merupakan sistem yang rusak dan merusak.
Salah satu efek negatif dari kesemua kerusakan sistem kapitalis-sekuleris bisa dilihat bagaimana dalam memperlakukan manusia. Jangankan dengan yang masih hidup, sesosok jenazah pun diabaikan kepengurusannya.
Kewajiban menghormati jenazah telah diperintahkan oleh Rasulullah SAW. Hal ini dikarenakan:
1. Kedudukan manusia sebagai makhluk mulia.
Sebagaimana firman Allah SWT, "Sesungguhnya telah Kami muliakan anak Adam (manusia). Kami angkut mereka di daratany dan di lautan. Kami beri mereka rizqi yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan." (QS. Al-Isra': 70)
Jelaslah bahwa di dalam Islam, jenazah manusia tidak sama dengan bangkai binatang. Meski tak bernyawa, manusia berhak dihormati hingga ditempat persemayamannya.
2. Perlakuan terhadap jenazah sama dengan memperlakukannya semasa hidup.
Meski sudah tidak berdaya lagi, perlakuan terhadap jenazah dipandang sama dengan memperlakukannya semasa hidup. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Bahwa memecah tulang mayit seperti memecahkannya pada waktu dia hidup." (HR. Abu Daud)
3. Menghormati Sang Pencabut Nyawa.
Menghormati jenazah tidak hanya semata ditujukan kepada si mayit saja, melainkan ditujukan pula kepada Sang Pencabut Nyawa, yaitu Allah SWT dan malaikat-Nya. Dalam suatu riwayat dikisahkan, ketika rombongan iring-iringan jenazah Yahudi melewati Rasulullah SAW yang tengah duduk-duduk bersama para sahabat, beliau berdiri, hingga iring-iringan jenazah melewati beliau. Sebagaimana bunyi sebuah hadits, "Rasulullah SAW dan para sahabatnya berdiri ketika jenazah orang Yahudi (lewat dihadapan mereka, hingga jenazah itu berlalu." (HR. Muslim)
Ketika salah satu sahabatnya bertanya: "Ya Rasulullah, jenazah orang kafir berlalu dihadapan kami, apakah kami perlu berdiri?" Nabi SAW menjawab, "Ya, berdirilah. Sesungguhnya, kamu berdiri bukanlah untuk menghormati mayitnya, tetapi menghormati yang merenggut nyawa-nyawa." (HR. Ahmad)
4. Kematian bersifat faza' (dahsyat).
Kematian merupakan perkara serius dalam Islam, di mana manusia akan segera mendapatkan ganjaran dari perbuatannya selama di dunia. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Sesungguhnya, kematian itu adalah faza' (dahsyat), maka jika kalian melihat jenazah, maka berdirilah." (HR. Muslim)