Kisah Nabi Ibrahim Dan Idul Adha



Oleh. Reni Tresnawati 


Umat Islam memiliki dua hari raya. Yakni, Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha. Yang akan dibahas saat ini ialah Hari Raya Idul Adha. Dalam hari Raya Idul Adha yang disebut juga dengan hari raya kurban. Sebab, di hari raya ini ada kisah Nabi Ibrahim ketika Allah perintahkan mengurbankan (menyembelih) anaknya, Ismail. 

Nabi Ibrahim sudah lama tak kunjung dikaruniai anak, kemudian beliau berdoa kepada Allah, jika suatu saat beliau diberikan keturunan, apapun akan dilakukan untuk mensyukuri anugrah yang Allah berikan kepadanya. Allah pun mengabulkan doa Nabi Ibrahim. Istrinya Siti Hajar akhirnya mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Ismail. 

Ismail tumbuh menjadi anak yang sholeh juga lucu. Allah pun menagih janji yang Nabi Ibrahim ucapkan dulu melalui mimpinya. Dalam mimpinya Nabi Ibrahim harus mengorbankan (menyembelih) anak satu-satunya yang sangat beliau sayangi. Beliau lalu berdoa. "Ya Allah, bila mimpi itu datangnya dari Engkau, maka hamba ikhlas melaksanakan perintah-Mu. 

Sebelum Nabi Ibrahim melaksanakan yang di perintahkan Allah. Setan tak tinggal diam. Dia mempengaruhi supaya Nabi Ibrahim tidak melakukan apa yang Allah perintahkan. Tetap, keimanan Nabi Ibrahim tak pernah goyah sedikit pun. Nabi Ibrahim tak berhasil digoda. Setan pun datang ke Siti Hajar. Sama seperti suaminya, siti Hajar pun tak menggubris bujuk rayu setan. Lalu setan pun pindah ke Ismail kecil, tetapi Subhanallah Islmail kecil pun tak memperdulikan bujukan setan. Akhirnya setan pun menyerah. 

Singkat cerita, Nabi Ibrahim pun melakukan apa yang diperintahkan Allah. Ismail kecil pun ridha dengan apa yang Allah perintahkan. Kemudian Nabi Ibrahim dengan hati sedih tapi penuh keikhlasan menyembelih putra kesayangannya. Namun, tak lama kemudian, Ismail kecil ditukar dengan hewan (kambing) oleh Allah SWT. 

Ujian dari Allah untuk keluarga Nabi Ibrahim, tidak hanya berhenti disitu. Pada suatu waktu, Nabi Ibrahim membawa istri dan anaknya (Siti Hajar dan Ismail kecil) ke suatu padang pasir yang jauh dari mana-mana, lalu beliau meninggalkan anak-istrinya. Lalu, Siti Hajar bertanya. " Wahai suamiku, kenapa kami ditinggalkan di tempat ini? ".Nabi Ibrahim tak berkata sedikit pun, beliau berlalu tanpa menoleh ke belakang sambil menahan tangis. Siti Hajar pun menanyakan untuk kesekian kali. Tetap saja Nabi Ibrahim melanjutkan langkahnya. Lalu, Siti Hajar pun bertanya lagi." Apakah ini perintah Allah wahai suamiku? ". Kemudian Nabi Ibrahim pun mengangguk sambil mempercepat jalannya. Setelah Siti Hajar mengetahui, bahwa apa yang dilakukan suaminya, semata-mata karena Allah. Beliau pun akhirnya menerima dengan penuh keikhlasan. Siti Hajar yakin bahwa Allah tidak akan pernah menelantarkan hamba-Nya.

Itulah, buah dari ketakwaan dan ketaatan dari seorang hamba Allah yang dengan ridha melakukan apa yang Allah perintahkan. Meski pun itu berat. Pasrahkan seluruh jiwa dan raga hanya kepada Allah. 

Kini, setiap hari raya Idul Adha disambut dengan sukacita oleh umat Islam sedunia. Kisah keluarga Nabi Ibrahim, di aplikasikan dalam pelaksanaan ibadah haji. Seperti sya'i, belari-lari kecil selama tujuh kali putaran dari Syafa ke Marwah, sebagai mana yang pernah dilakukan Siti Hajar ketika mencari air karena kehausan. Lempar jumroh diartikan sedang melempari setan yang menggoda keluarga Nabi Ibrahim agar tidak mau menyembelih putranya. Menyembelih hewan sabagai kurban. Dan banyak lagi. 

Ibadah haji, merupakan salah satu rukun Islam yang ke lima. Wajib dilaksanakan bagi yang mampu. Arti mampu di sini, bukan hanya yang mampu dari segi materi saja. Namun, harus ada niat dalam hati untuk berkunjung ke baitullah. Kini banyak sekali orang yang berangkat haji, justru datang dari orang yang tidak mampu secara materi. Setiap bulan haji, yang berangkat haji dari Indonesia selalu ada peningkatan setiap tahunnya. Semoga ini bukan hanya ceremonial saja. Sebab, dalam sistem demokrasi ini, untuk mewujudkan keimanan kepada Allah secara kaffah itu sulit. Karena pemikiran dalam sistem saat ini sudah teracuni oleh sistem sekuler, yang memisahkan antara agama dan kehidupan. Berangkat haji hanya merupakan ngetren saja. Naudzubillah. 

Dengan adanya ibadah haji dan berkumpulnya umat Islam seluruh dunia di tanah suci. Menandakan umat Islam sangat kuat dalam persatuan dan kesatuan dalam melaksanakan perintah Allah. Baitullah dipadati umat Islam dari berbagai negara. Dalam rangka beribadah kepada Allah. Dengan mengelilingi ka'bah, sebagai bukti ketaatan kepada sang pemilik ka'bah. Dari peristiwa haji dan idul adha, sudah terbukti bahwa ketaatan yang mutlak hanya bisa diwujudkan dalam sistem Islam. 




Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak